CEO Interview

Dharsono Hartono, Terjun ke Bisnis Konservasi Hutan

Dharsono Hartono, Terjun ke Bisnis Konservasi Hutan

Dharsono Hartono, CEO PT Rimba Makmur Utama, sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia mengembangkan proyek REDD + 108.255 hektar hutan lahan gambut di Kalimantan Tengah. Pria kelahiran 7 Agustus ini memiliki pengalaman dalam konsultasi keuangan dan perbankan internasional.

Sejak tahun 1998, pehobi makan dan traveling ini telah bekerja untuk perusahaan-perusahaan multinasional seperti PricewaterhouseCoopers dan JP Morgan di New York untuk menangani akuisisi merger, manajemen utang dan pembiayaan dan peningkatan modal.

http://news.mongabay.com/2013/0411-dharsono-interview-katingan.html

http://news.mongabay.com/2013/0411-dharsono-interview-katingan.html

Selain menjadi pengusaha, ayah satu orang anak ini sekarang menjabat juga sebagai Vice Chairman of The Committee in Sustainable Forestry, Conservation, and Climate di KADIN. Mengenal lebih dekat pria yang percaya kesuksesannya adalah dukungan dari sang istri, berikut petikan wawancara dengan Istihanah, reporter SWA Online.

Apa latar belakang pendidikan dan karier Anda?

Saya kuliah di Conell University, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Bachelor of Science dan Master of Engineering di bidang Financial Engineering. Setelah lulus dari Cornell, saya sempat bekerja di PricewaterhouseCoopers dan JP Morgan di New York selama 6 tahun.

Mengapa Anda tertarik untuk berada di bisnis konservasi hutan (kehutanan dan pembangunan berkelanjutan)?

Tahun 2007 saya bertemu kembali dengan teman kuliah saya di Cornell, Bapak Rezal Kusumaatmadja. Dia yang mengenalkan saya ke bisnis konservasi hutan, dan saya melihat ini sebagai suatu potensi bisnis masa depan, di mana kita harus mulai memberikan nilai ke lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Apa sajakah yang menjadi faktor pendorongnya?

Kami menghadiri konferensi international perubahan iklim (UNFCCC) di Bali pada bulan Desember 2007 dan mempelajari potensi bisnis dari kegiatan konservasi hutan. Kami berkesimpulan bahwa bisnis ini harus bisa dilaksanakan karena persoalan perubahan iklim akan menjadi tantangan bagi dunia, dan kontribusi dari sektor bisnis khususnya sangat di harapkan.

Apa saja keunikan dari kegiatan PT Rimba Makmur Utama?

Perusahaan kami mendapatkan izin restorasi pada tahun 2013 seluas 108,255 hektar di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah setelah melalui proses perizinan selama 5 tahun. Dalam perjalanan proses ini, kami sudah mulai melakukan kegiatan di lapangan berkerja sama dengan masyarakat. Salah satu faktor keberhasilan kami dalam melaksanakan konservasi di kawasan hutan di Kalimantan Tengah adalah karena beberapa prinsip dasar yang diterapkan seperti transparansi, equitabilitas, akuntabilitas dan komunikasi yang baik.

Kami menempatkan masyarakat sebagai partner yang setara. Sebagai direksi perusahaan, kami langsung terjun ke lapangan dan menemui masyarakat di desa-desa di areal kami.

Bagaimanakah proses terbentuknya PT Rimba Makmur Utama?

Setelah menghadiri konferensi perubahan iklim di Bali pada Desember 2007, saya dan Rezal sepakat berkerja sama dan mendirikan perusahaan PT Rimba Makmur Utama dan memohon Izin Restorasi di Kalimantan Tengah.

Berapakah besar modal dalam operasionalisasi program PT Rimba Makmur Utama? Dari manakah sumber modalnya?

Kami telah menanamkan modal dan biaya operasionalisasi sebesar Rp 50 miliar. Sumber dana didapatkan dari pemegang saham dan pinjaman dari pihak ketiga.

Bagaimanakah strategi pemasaran PT Rimba Makmur Utama?

Salah satu produk utama kami adalah karbon kredit. Karena karbon kredit dari hutan belum menjadi komoditas yang diakui di pasar wajib karbon dunia, pembeli yang kami targetkan adalah perusahaan besar di negara maju yang ingin menurunkan emisi karbonnya seperti Microsoft, Google, Disney dll.

Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan Jepang untuk menjadi bagian dari JCM (Joint Credit Mechanism) antara negara Jepang dan Indonesia, dimana perusahaan Jepang diharuskan membeli karbon kredit sebagai upaya menurunkan emisi karbon negaranya,

Bagaimanakah pengalaman jatuh bangun dalam karier atau bisnis?

Proses perizinan kami boleh dikatakan lama (5 tahun) karena kami melalui semua prosedur perizinan dan menerapkan best practice dalam proses ini. Ini sempat membuat saya frustasi tetapi saya tetap yakin dan berusaha semaksimal mungkin melobi pemerintah untuk dapat mengeluarkan izin tersebut.

Apa saja tantangan bisnis yang pernah dihadapi dan bagaimanakah solusi dan penanganannya?

Salah satu tantangan yang kami hadapi adalah lamanya proses perizinan restorasi dan kami beruntung setelah kunjungan Bapak Harrison Ford di areal kami pada September 2013 dan membuat sebuah film documenter berjudul “Years of Living Dangerously”, izin kami ditanda tangani pada Oktober 2013. Bagaimana strategi perluasan bisnis PT. Rimba Makmur Utama? Untuk sementara kami akan berkonsentarsi di Katingan sambil membuktikan konsep bisnis ini sendiri.

Berapa perkiraan omset kerja PT Rimba Makmur Utama per bulan atau per tahunnya? Berapa jumlah karyawan atau tim di dalam PT Rimba Makmur Utama?

Karena kami belum melakukan penjualan, omset kami masih nol. Jumlah karyawan PT Rimba Makmur Utama sekitar 100 orang, di mana mayoritas adalah karyawan lokal dari daerah Katingan dan Kalimantan Tengah.

Apa saja target dan rencana Anda untuk ke depannya?

Target saya ke depan, saya ingin membuktikan bahwa perusahaan swasta dapat berkerja sama dengan masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai partner yang setara dan memberikan manfaat kepada perusahaan, masyarakat dan lingkungan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved