CEO Interview

Jurus Hartono Membawa IBF Menjadi Perusahaan Terbuka

Jurus Hartono Membawa IBF Menjadi Perusahaan Terbuka

Setelah sahamnya resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Intan Batuprana Finance (IBF) Tbk yang dipimpin oleh Hartono, diharapkan mampu memiliki ekuitas senilai Rp 1 triliun atau lebih. Walau belum pernah berpengalaman membawa perusahaan terbuka dan melantai di bursa saham, Hartono berhasil merubah perusahaan keluarga menjadi perusahan terbuka. Pria peraih Master of Business Administration in General Management, dari Boston University, Massachusetts, USA 1995 ini, juga menargetkan pemeringkatan perusahaan menjadi A atau lebih baik dari BBB yang saat ini diraih.

IBF adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1991. Tahun 2003 IBF di akuisisi oleh PT Intraco Penta Tbk dan tahun 2010 IBF mendirikan unit IBF syariah dalam mengembangkan bisnisnya. Selama ini IBF telah memiliki kredibilitas yang baik, juga telah memiliki klien-klien besar dari industri dimana sebagian besar bergerak di bidang pertambangan, khususnya batubara dan membiayai merek equipment dari brand yang dipegang grup.

Bagaimana strategi pria kelahiran tahun 1970 ini, membawa IBF menjadi perusahaan yang stabil dan non-cyclical. Berikut petikan wawancara reporter Syukron Ali dari SWA Online dengan Presiden Direktur IBF ini:

Hartono, President Director PT Intan Batuprana Finance (IBF) Tbk

Hartono, President Director PT Intan Batuprana Finance (IBF) Tbk

Bagaimana kondisi PT IBF sebelum Anda bergabung?

Selama ini IBF telah memiliki kredibilitas yang baik, juga telah memiliki klien-klien besar dari industri dimana sebagian besar bergerak di bidang pertambangan, khususnya batubara dan membiayai merek equipment dari brand yang dipegang Grup. Jadi belum banyak diversifikasi pembiayaan yang dikelolanya.

Setelah saya masuk, maka saya lakukan banyak pembenahan agar dalam dua tahun siap jadi perusahaan publik. Kami revisi and perbaiki kebijakan-kebijakan dan System Operation Procedure (SOP) dalam tubuh IBF. Kami juga melengkapi semua database, dan memperkuat KYC (Know Your Customer) atas klien-klien kami. Selain itu, kami juga membangun budaya kerja yang produktif. Dan semua ini sesuai dengan arah strategi kami yaitu untuk memiliki diversivikasi 50/50 pembiayaan ke sektor pertambangan dan non-pertambangan serta pembiayaan atas brand/produk Group dengan brand/produk dari di luar Group.

Sejak kapan Anda bergabung di PT IBF?

Saya bergabung dengan IBF mulai Juni tahun 2012 yang diawali oleh tawaran pemilik Intraco Penta Group, Petrus Halim, yang merupakan induk usaha Intan Baruprana Finance, Tbk (IBFN). Beliau menawari saya posisi Presiden Direktur, dengan jabatan Deputy President terlebih dahulu supaya tandem dengan Presiden Direcktur sebelumnya di masa transisi.

Walau pun beliau perlu orang baru untuk membawa IBFN ke arah baru dan naik ke tingkat berikutnya (next level) namun tetap diperlukan masa transisi dan membina keselarasan (chemistry) seperti halnya yang lazim terjadi di business group manapun di Indonesia. Pembicaraan antara Petrus dan saya dimulai di tahun 2011 dan setelah melalui pertimbangan selama 11 bulan, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan IBF.

Kenapa Anda tertarik untuk bekerja di IBF?

Hal yang membuat saya tertarik mengambil pekerjaan ini karena pemilik perusahaan memberikan mandat untuk membawa IBF menjadi perusahaan well established, independent, dan public listed company. Untuk membuat dan membangun IBF menjadi perusahaan Tbk (public) adalah sebuah tantangan yang harus saya capai, karena saya belum pernah membawa perusahaan menjadi perusahaan terbuka dan melantai di bursa.

Apa saja tugas dan tanggung jawab Anda?

Saat saya pertama masuk di IBF, saya membenahi sistem dan prosess yang sebelumnya ada, diubah menjadi lebih produktif dan efisien. Perbaikan tersebut berupa pembenahan kebijakan (policy) dan standar operasional prosedur (SOP). Kami membuat kebijakan yang lebih market friendly dan sejalan dengan regulasi yang ada.

Tanggung jawab saya tentunya untuk membawa perusahaan ini menjadi lebih baik lagi yaitu menjadi market leader di industri pembiayaan dan juga tetap menjaga hubungan antar setiap dan semua stakeholder perusahaan khususnya para Investor, karena saat ini IBF sudah menjadi perusahaan terbuka.

Kendala apa saja yang Anda hadapi di perusahaan?

Tidak banyak kendala yang dihadapi saat saya bergabung dengan IBF, dengan latar belakang saya dari industri perbankan membuat saya lebih mudah dalam mengelola IBF,

Bagaimana strategi Anda menjadikan perusahaan tumbuh lebih baik seperti sekarang ini?

Melakukan efisiensi. Saat awal masuk IBF, portofolio bisnis pembiayaan perusahaan dari sektor batu bara sebanyak 70% dan sisanya dari pembiayaan sektor infrastruktur dan perkebunan. Kemudian saya memutuskan untuk melakukan diversivikasi bisnis masuk ke kesehatan, infrasuktur, transportasi dan logistik, minyak dan gas bumi. Salah satu industri yang menjanjikan adalah pembiayaan untuk alat-alat kesehatan.

Dalam hal pembiayaan sekarang ini kami tidak cuma menyalurkan pembiayaan alat berat, tetapi meluas ke pembiayaan investasi (capital goods). Dengan diversifikasi pembiayaan ini, kami tidak tergantung pada satu sektor bisnis saja. Jadi, kami tidak terpengaruh jika terjadi penurunan di satu sektor. Bagi saya, bisnis harus tetap tumbuh dan hidup harus tetap berjalan.

Di sisi lain, saya menuntut karyawan agar produktif bekerja secara konsisten. Tujuannya agar perusahaan beroperasi dengan efisien. Buktinya, selama tiga tahun memimpin perusahaan ini, saya tidak banyak merekrut karyawan. Tahun 2012, jumlah karyawan sekitar 55 orang. Tahun 2014 masih kurang dari 70 orang. Dalam hal recruitment, saya terapkan berdasarkan ratio total asset per employee, revenue per employee, net income per employee dan NIM per employee.

Apa saja prestasi yang sudah Anda raih sejak bergabung di IBF?

Tentunya yang paling membanggakan adalah saat saya berhasil membawa IBF melantai di Bursa pada tanggal 22 Desember 2014 lalu. Selain itu, IBF juga berturut-turut dari tahun 2012 – 2014 meraih penghargaan Multifinance Award versi majalah Infobank dengan perusahaan pembiayaan berpredikat “Sangat Bagus” untuk katagori asset diatas Rp 1 triliun. Bahkan terakhir bisa masuk ranking 9 besar dari sebelumnya di angka ranking sekitar 30-an.

Pencapaian lainnya adalah IBF bisa mengajak Phillip Capital menjadi investor sebesar 9,7% di IBF. Yang kita bangga adalah Phillip Capital merupakan perusahaan manejemen investasi raksasa dari Singapore yang mengelola total USD 23 Billion Asset Under Management.

Juga pada awal tahun 2014 IBF bisa menerbitkan Medium Term Notes (MTN) sebesar IDR 300 miliar MTN yang di arrange oleh BNI Securities, salah satu perusahaan investment bank terbesar di Indonesia. Dan baru-baru ini IBF bisa berhasil memperoleh pinjaman sebesar USD10 Miliar dari ICD, anak perusahaan Islamic Development Bank (IDB), tepatnya pada November 2014.

Bagaimana strategi Anda dalam menghadapi kompetitor bisnis?

Tentunya dalam berbisnis kompetitor akan selalu ada dan saya selalu menyikapinya dengan positif, ini yang membuat saya terus bersemangat dalam menjalankan bisnis. Salah satu kelebihan kami dibandingkan dengan kompetitor lain adalah semakin banyak jenis pembiayaan yang kami tawarkan sehingga tidak tergantung dengan satu sektor bisnis.

Saya selalu melihat kompetitor kami sebagai mitra atau business partner. Ini dikarenakan di deal tertentu yang megah dan besar, kita harus bisa menggandeng kompetitor lain dalam hal club deal and risk sharing.

Apa harapan Anda untuk IBF di masa depan?

Setelah kami berhasil melantai di bursa pada 22 desember 2014 lalu, tentunya ini merupakan langkah besar yang baik dalam memajukan IBF. Setelah ini harapan saya berikutnya adalah mampu memiliki ekuitas Rp. 1 triliun atau lebih. Tujuannya agar IBF menjadi perusahaan pembiayaan yang berada di peringkat pertama. Saya juga menargetkan pemeringkatan perusahaan menjadi A atau lebih baik dari BBB yang saat ini IBF raih. IBF akan terus jadi perusahaan yang stabil dan non-cyclical.

Dalam memimpin perusahaan, prinsip apa yang Anda pegang?

Efisien & efektif, disiplin, konsisten, dan cepat melihat peluang bisnis, Menegakkan tata kelola perusahaan yang baik, menghormati seluruh pemangku kepentingan, mempraktekkan profesionalisme yang tinggi dan memiliki karakter yang jujur. Juga dalam melakukan negosiasi dengan pihak siapa pun, kita harus selalu FAIR. Kita harus selalu posisi kan diri kita di posisi mereka (in their shoes). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved