Column

Kembali & Menang

Kembali & Menang

Happiness Inspirer & Penulis Buku I Love Monday

Minal Aidin Wal Faizin. Kalimat ini begitu akrab di telinga kita dan diucapkan oleh setiap orang yang bertemu dalam suasana Idul Fitri. Namun banyak orang yang mengartikan kalimat ini dengan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Padahal arti sesungguhnya sangatlah berbeda. Kalimat ini adalah sebuah doa yang berarti “Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang kembali dan menang.”

Kembali & Menang

Kembali & Menang

Makna kata “kembali” dan “menang” sesungguhnya tidak sesederhana yang kelihatan. Kata-kata ini memiliki makna mendalam dan sesungguhnya merupakan hasil terbesar yang didapatkan orang yang berpuasa. Kata-kata ini melambangkan kesuksesan sekaligus kebahagiaan yang mencapai puncaknya di hari yang suci.

Kembali adalah kata kunci kebahagiaan, sedangkan menang adalah kata kunci kesuksesan. Bukankah kebahagiaan senantiasa dilambangkan dengan sebuah peristiwa kembali: kembalinya anak yang hilang, kembali ke pangkuan ibunda, kembali ke jalan yang benar, kembali bertemu orang-orang yang dicintai. Kembali adalah bahasa kebahagiaan. Kembali adalah sebuah kerinduan terbesar seseorang pada asal usulnya. Mudik sesungguhnya adalah perjalanan untuk kembali. Dan bukankah perjalanan “mudik” yang terindah adalah perjalanan kita nanti menuju Tuhan Yang Maha Kuasa?

Kembali juga jauh lebih indah dari pada pergi. Kalau suatu ketika Anda mendapatkan kesempatan untuk berlibur bersama keluarga keluar negeri – katakanlah keliling Eropa atau Amerika – apa yang akan rasakan? Pasti senang dan gembira, bukan? Tapi apakah yang akan membuat Anda bahagia? Bahagia adalah ketika Anda pulang ke tanah air tercinta. Kembali ke rumah sendiri bukan hanya mendatangkan kegembiraan tetapi juga kedamaian, rasa kerasan, tenteram dan betah. Itulah yang saya sebut dengan kebahagiaan.

Puasa benar-benar mengajak kita untuk kembali kepada asal muasal kita, kepada fitrah dan khittah kita. Perjalanan hidup kita sehari-hari sering membuat kita semakin jauh dari fitrah kita yang senantiasa mendambakan kebenaran dan kebaikan. Puasa mengajak kita kembali kepada fitrah kita yang suci. Puasa juga mengajak kita menemukan kembali diri kita, melihat diri kita sebagai kepanjangan tangan Tuhan di dunia ini. Bukankah kita diutus ke dunia ini dengan sebuah misi suci dari Tuhan? Bukankah tugas kita adalah menjalankan panggilan kita (calling) masing-masing?

Kalau kita sudah kembali pada kebenaran dan kebaikan maka kita akan mencapai puncak-puncak kebahagiaan (ini dilambangkan dengan Idul Fitri). Dan ketika kebahagiaan sudah digenggam maka langkah berikutnya adalah mencapai kesuksesan yang dilambangkan dengan kata menang. Hal ini menciptakan sebuah kombinasi yang indah sekaligus ilmiah. Bukankah penelitian Psikologi Positif telah membuktikan bahwa bahan bakar terbesar mencapai kesuksesan adalah kebahagiaan? Maka sesungguhnya kebahagiaan itu mendahului kesuksesan. Jadi kita harus bahagia dulu dan karena bahagia kita akan lebih cepat mencapai kesuksesan. Atau dalam bahasa Idul Fitri, kita harus kembali dulu baru kita dapat meraih kemenangan.

Kombinasi dari dua dimensi ini melahirkan empat jenis orang (lihat gambar). Orang yang pertama adalah orang yang tidak kembali dan tidak menang. Inilah manusia yang merugi. Orang kedua adalah orang yang “tidak kembali” tetapi “menang”. Ini adalah orang yang tersesat. Dia tidak pernah kembali ke jalan kebenaran dan kebaikan, tetapi dia merasa tidak perlu kembali karena dia sudah menang dan terus menang. Orang-orang ini terus beroleh kekayaan dan kekuasaan walaupun mereka memperolehnya diluar jalan kemuliaan dan kebaikan. Orang ketiga adalah orang yang “kembali” tetapi tidak “menang”. Saya menamakan orang-orang ini sebagai orang yang bahagia. Mereka adalah orang-orang yang telah menemukan jalan sejati mereka tetapi tidak memanfaatkan potensi yang mereka miliki untuk meraih kesuksesan yang lebih besar lagi.

Orang yang keempat adalah mereka yang “kembali” dan “menang”. Saya menamakan orang-orang ini sebagai orang yang mencapai kesuksesan dan kebahagiaan sekaligus. Mereka telah menemukan diri mereka kembali, mencapai kebahagiaan dan menggunakan kebahagiaan itu untuk prestasi dan pencapaian dalam kehidupan ini. Mereka meneruskan kemenangan yang diperoleh dalam puasa (private victory) untuk mencapai kemenangan dalam bisnis dan kehidupan (public victory).


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved