CSR Corner Corporate Action

Aplikasi Pendeteksi Alergi dari Nestle – FK UI untuk Masyarakat

Aplikasi Pendeteksi Alergi dari Nestle – FK UI untuk Masyarakat

Nestle Nutrition Institute (NNI) sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan edukasi bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) meluncurkan Allergy Risk Tracker (ART) dan melakukan studi untuk mempelajari pengaruh penyakit alergi terhadap sisi ekonomi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dilakukan bertepatan dengan hari peringatan World Allergy Week pada tanggal 7 sampai 13 April 2014.

Aplikasi ART adalah sebuah alat pendeteksi alergi sederhana yang dapat digunakan untuk mengetahui dan mengurangi risiko alergi pada seseorang. Aplikasi ART ini dapat memberi informasi gejala umum alergi seperti ruam, sesak napas, mata berair, dan lain-lain. Selain itu, aplikasi ini dapat mengetahui tinggi atau rendahnya resiko alergi seseorang. Aplikasi ini dapat diakses melalui www.sadaralergi.com.

alergi

Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), peneliti Health Economics dari unit kesatuan kerja Alergi-Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Alergi-Imunologi IDA), mengatakan bahwa meningkatnya prevalensi alergi di dunia mendorong Indonesia ikut melakukan studi yang mempelajari korelasi pengobatan alergi terhadap kondisi finansial.

Menurut Zakiudin, tingginya risiko terhadap penyakit alergi di Indonesia yang dipengaruhi faktor gen dan lingkungan, perlu dipelajari lebih lanjut. “Pencegahan penyakit alergi dapat mencegah pengeluaran biaya pengobatan yang tinggi,” kata dr. Zakiudin.

Risiko alergi harus diketahui sedini mungkin. “Untuk mencegah anak kita terkena alergi sebaiknya sejak awal perkawinan diperiksa apakah ada riwayat penyakit alergi di keluarga kita atau tidak,” lanjutnya. Selain itu juga, Zakiudin menghimbau agar ibu hamil mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi agar sang buah hati tidak kekurangan gizi yang mengakibatkan bayi menjadi rentan terhadap penyakit. Untuk menghemat biaya perawatan dan pengobatan, Zakiudin menyarankan untuk memberikan ASI pada bayi selama 6 bulan sampai 1 tahun pertama. “Mencegah lebih baik daripada mengobati,” tukasnya.

Hal senada disampaikan oleh Dr. dr. Astrid Widajati Sulistomo, MPH, SpOk. Dari Departmen IKK FKUI, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan terus meningkat. Untuk itu, NNI melakukan studi seperti yang negara-negara lain telah lakukan. Studi tersebut menunjukan bahwa adanya korelasi antara pencegahan penyakit alergi terhadap kondisi finansial, mulai dari skala keluarga hingga negara.

Studi Health Economics di Indonesia membandingkan biaya pengobatan termasuk biaya medis, seperti biaya konsultasi, obat-obatan, dan laboratorium yang akan dikeluarkan. “Studi menunjukan bahwa biaya pencegahan dini akan mengurangi biaya kesehatan dimasa yang akan datang,” Astrid menambahkan.

Pada kesempatan yang sama, Michelle Maria Pietzak, M.D, Nutrition Advisory Board Nestle Nutrition Institute, mengatakan bahwa prevalensi alergi di dunia terus meningkat dan semakin menjadi beban, baik dari segi kesehatan, kualitas hidup keluarga sampai segi ekonomi.

Michelle yang berasal dari Negeri Paman Sam ini, mengatakan bahwa 15 juta lebih warga amerika terkena penyakit alergi. Menurut hasil studi di Amerika, jumlah tersebut meningkat setiap tahunnya. Berkaitan dengan hal tersebut, NNI melakukan studi yang serupa untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Inonesia.

Hasil studi yang terangkum dalam Health Economics Study 2014 ini baru akan diumumkan pada bulan Agustus 2014 mendatang. (Dadi A. Salim)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved