Financial Report Corporate Action

Astra Catat Kenaikan Laba Bersih 9% Menjadi Rp 19,4 Triliun

Astra Catat Kenaikan Laba Bersih 9% Menjadi Rp 19,4 Triliun

Sepanjang tahun 2012, PT Astra International Tbk dan anak perusahaannya (Astra atau Perseroan) mencatat kinerja keuangan yang cukup baik dibandingkan tahun 20122. Pendapatan bersih perusahaan otomotif ini tahun lalu mencapai Rp 188,1 triliun, naik 16%. Ini mendorong kenaikan laba bersih Astra sebesar 9% dari Rp 17,8 triliun menjadi Rp 19,4 triliun di tahun 2012. Laba bersih per saham juga naik 9% menjadi Rp 480 per saham dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 439 per saham.

“Kinerja Grup Astra yang baik ini terutama didukung oleh tingginya penjualan mobil, yang membuat Astra kembali mencatat rekor baru laba bersih dan nilai bersih aset per saham,” ungkap Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto. Hanya saja, ia menambahkan, turunnya permintaan di sektor alat berat yang disebabkan oleh melemahnya harga batu bara serta turunnya harga CPO meskipun produksinya meningkat, telah mempengaruhi tingkat keuntungan perseroan. “Prospek bisnis kami tetap baik, walaupun kondisi saat ini masih dipengaruhi oleh ketidakstabilan harga batu bara dan CPO serta dampak dari peraturan uang muka minimum pada pembiayaan otomotif syariah.” kata Prijono. Kegiatan Grup Astra fokus kepada enam lini bisnis inti, yaitu divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi .

Prijono menjelaskan, kontribusi laba bersih divisi otomotif tahun 2012 meningkat 15% menjadi Rp 9,5 triliun, terdiri dari Rp 4,9 triliun yang berasal dari perseroan dan anak perusahaan, serta kontribusi dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities di bidang otomotif sebesar Rp 4,6 triliun. Kontribusi laba bersih Perseroan dan anak perusahaan otomotif yang dikonsolidasi sebagian besar dihasilkan dari aktivitas penjualan mobil dan motor, serta bisnis komponen otomotif. Sedangkan kontribusi laba bersih perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities terutama dihasilkan dari kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif.

Menurutnya, pemberlakuan peraturan uang muka (down payment) minimum pada pembiayaan otomotif konvensional sejak pertengahan bulan Juni 2012 lalu telah menyebabkan penurunan pada pasar sepeda motor, begitu juga dengan pengetatan standar pemberian pinjaman pada beberapa perusahaan pembiayaan konsumen tertentu sepanjang tahun lalu. Namun, lanjut Sugiarto, hal ini tidak terlalu berdampak terhadap pasar mobil. Sementara peraturan baru uang muka (down payment) minimum pada pembiayaan otomotif syariah yang diberlakukan untuk perusahaan pembiayaan sejak tanggal 1 Januari 2013 dan akan berlaku di bank mulai 1 April 2013 diperkirakan juga akan memberikan dampak negatif pada pasar mobil dan motor.

Total penjualan mobil nasional meningkat 25% menjadi 1,1 juta unit. Penjualan mobil Grup Astra (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks dan Peugeot) mengalami kenaikan 25% menjadi 605.000 unit, dengan pangsa pasar sebesar 54%. Sepanjang tahun 2012 Astra meluncurkan 18 model baru dan 26 model facelift.

Sementara itu penjualan sepeda motor nasional turun 12% menjadi 7,1 juta unit. Penjualan sepeda motor Honda keluaran PT Astra Honda Motor (AHM) turun 4% menjadi 4,1 juta unit, dengan peningkatan pangsa pasar dari 53% menjadi 58%. Peningkatan pangsa pasar ini didukung oleh berbagai model sepeda motor yang ditawarkan, serta kemampuan untuk menawarkan paket pembiayaan syariah yang menarik, yang tidak didasarkan pada persyaratan uang muka minimum. Sepanjang tahun 2012, AHM meluncurkan empat model baru dan sepuluh model facelift.

PT Astra Otoparts Tbk (AOP), perusahaan di bidang manufaktur komponen yang 95,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun, meningkat 5%, dimana sebesar 74% merupakan kontribusi dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities. Peningkatan pendapatan sebesar 12% terutama untuk pasar pabrikan (OEM) dan suku cadang pengganti, tergerus sebagian oleh meningkatnya biaya bahan baku dan tenaga kerja yang tidak dapat dibebankan seluruhnya kepada pelanggan.

Dari divisi jasa keuangan, bekontribusi laba bersih Rp 3,7 triliun, naik 12% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total pembiayaan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra yang terdiri dari Federal International Finance (FIF), Astra Credit Companies (ACC), dan Toyota Astra Financial Services (TAFS) tumbuh 2% menjadi Rp 50,3 triliun, termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse. Total pembiayaan alat berat melalui PT Surya Artha Nusantara Finance dan PT Komatsu Astra Finance turun 2% menjadi Rp 7,1 triliun.

PT Bank Permata Tbk yang 44,6% sahamnya dimiliki Astra, mencatat laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun, meningkat 18%, didukung oleh pertumbuhan dari pendapatan bunga bersih dan fee-based income, meskipun terdapat kenaikan biaya operasional. Di bulan Desember 2012 Bank Permata berhasil menyelesaikan proses penawaran umum terbatas (right issue) dan penerbitan obligasi subordinasi, yang memperkuat rasio kecukupan modal di akhir tahun 2012 menjadi 17% (2011: 14%).

Kemudian, PT Asuransi Astra Buana (AAB) anak perusahaan yang bergerak di bidang asuransi berhasil membukukan laba yang lebih tinggi disebabkan pertumbuhan pendapatan premi kotor yang sangat baik, meskipun sebagian terkoreksi oleh biaya komisi dan biaya klaim yang lebih tinggi.

Hanya saja, divisi alat berat dan pertambangan kontribusinya menurun 2% menjadi Rp 3,5 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh perseroan, laba bersihnya turun 2% menjadi Rp 5,8 triliun, meski pendapatan bersih meningkat 2%. Pendapatan bersih segmen usaha mesin konstruksi turun 19%, dikarenakan turunnya penjualan alat berat Komatsu sebesar 27% menjadi 6.202 unit. Ini Terjadi akibat menurunnya permintaan dari sektor tambang karena merosotnya harga batu bara dan meningkatnya kompetisi yang disebabkan oleh kelebihan produksi alat berat dari China yang dialihkan ke pasar Indonesia. Meskipun demikian, kata Prijono, dampak penurunan penjualan alat berat dapat dikurangi oleh tingginya pertumbuhan pendapatan dari penjualan suku cadang dan layanan purna jual.

Sementara itu, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak usaha UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 25%, seiring dengan peningkatan produksi batu bara sebesar 9% menjadi 94 juta ton dan peningkatan pengerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 7% menjadi 855 juta bcm. Anak perusahaan UT di bidang pertambangan mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 7%. Hal ini didukung oleh penjualan 5,6 juta ton batu bara atau meningkat sebesar 24% walaupun penurunan harga jual rata-rata batu bara dan meningkatnya harga bahan bakar telah mengurangi margin laba kotor. UT dan anak perusahaannya memiliki sembilan tambang batu bara dengan total cadangan diperkirakan sebesar 424 juta ton.

Divisi lainnya dalam Grup Astra adalah divisi agribisnis. Divisi ini memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp 1,9 triliun, sama dibandingkan tahun 2011. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun. Walaupun harga rata-rata CPO mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 7.322/kg atau turun 3%, produksi minyak sawit meningkat 16% menjadi 1,5 juta ton, yang menghasilkan peningkatan pendapatan sebesar 7% menjadi Rp 11,6 triliun. Namun laba bersih masih sama dengan tahun sebelumnya disebabkan oleh tingginya biaya produksi dan biaya operasional.

Dan, divisi infrastruktur, laba bersihnya tahun lalu tumbuh 13% menjadi Rp 683 miliar karena adanya keuntungan tambahan tahun lalu yang berasal dari pembalikan penyisihan pajak penghasilan, yang bila dikecualikan maka laba bersih tahun 2012 naik sebesar 35%. PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang 79,3% sahamnya dimiliki oleh Astra yang mengoperasikan jalur Tangerang – Merak sepanjang 72,5 km, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 15% menjadi 37 juta kendaraan. Pada akhir tahun 2011, Astra mengakuisisi 95% saham jalan tol Kertosono – Mojokerto di Jawa Timur sepanjang 40,5 km, yang saat ini sedang dalam masa konstruksi dan diperkirakan akan selesai tahun 2014, tergantung pada penyelesaian proses pembebasan lahan. Ditambah dengan 40% kepemilikan Astratel di jalan tol lingkar luar Jakarta rute Kunciran-Serpong sepanjang 11,2 km, Astra memiliki total kepemilikan jalan tol sepanjang 124,2 km.

Lalu, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), perusahaan penyedia air bersih di wilayah Jakarta Barat, sepanjang tahun 2012 berhasil meningkatkan volume penjualan air bersih sebesar 4% menjadi 160 juta m3. Selanjutnya, PT Serasi Autoraya (SERA), anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Perseroan mencatat peningkatan laba bersih, terutama didukung oleh meningkatnya jumlah kontrak sewa kendaraan di bisnis rental kendaraan TRAC sebesar 12% dengan jumlah kendaraan lebih dari 31.000 unit.

Terakhir, divisi teknologi dan informasi, yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp 132 miliar. PT Astra Graphia Tbk (AG), sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan agen tunggal Fuji Xerox di Indonesia, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Astra, mencatat laba bersih sebesar Rp 171 miliar, naik 23%. Selama 2011 Astra Graphia melakukan kerjasama dengan Monitise Asia Pacific untuk melayani mobile banking, serta layanan pembayaran dan perdagangan di Indonesia. Kerjasama ini mulai beroperasi di tahun 2013.

Laporan keuangan Astra 2012


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved