CSR Corner Corporate Action

CCFI - USAID Gencarkan Program Sumur Resapan

CCFI - USAID Gencarkan Program Sumur Resapan

Perubahan iklim, pemanasan global semakin parah hingga isu perubahan iklim semakin menarik perhatian dunia. Hal ini menjadi isu penting global, sehingga lebih dari 100 pemimpin dunia berkumpul untuk membahas berbagai tantangan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata.

Salah satu dampak nyata dari perubahan iklim ialah ketersediaan air, yang turut terpengaruh oleh peningkatan evaporasi (penguapan) akibat peningkatan temperatur permukaan bumi dan perubahan pola curah hujan terhadap penurunan ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Maka kita perlu membuat langkah nyata dalam menyiasati perubahan iklim terhadap ketersediaan air ini, salah satunya dengan “menabung air” melalui sumur resapan.

20151217_130824_resized

Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersama dengan United States Agency for International Development (USAID) melalui program IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygine) menjalankan program pembuatan sumur resapan sebagai upaya menyelamatkan beberapa mata air penting di Indonesia (lumbung air).

CCFI selama empat tahun melalui program yang dikenal dengan “Lumbung Air” ini setidaknya telah membangun 3.250 lumbung air yang dibangun di berbagai daerah tangkapan air di Indonesia, seperti di Kabupaten Semarang, Kabupaten Salatiga, Kabupaten Malang, Mojokerto, Sibolangit dan Pematang Siantar.

Lumbung air menawarkan sebuah solusi sederhana yang efektif untuk meningkatkan resapan air, menjaga ketersediaan air baku, penyediaan air bersih, serta meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam mengatasi dampak perubahaan iklim.

Menurut Titie Sadarini, Ketua Pelaksana Coca-cola Foundation Indonesia, konversi air telah menjadi bagian penting dari Sustainability Platform Coca-cola di seluruh dunia. Dalam 10 tahun terakhir Coca-cola telah terlibat di lebih dari 320 community water partnership di lebih dari 85 negara. Katanya setidaknya satu miliar liter air telah dikembalikan ke alam melalui program yang telah dilaksanakan tersebut.

“Kami telah mengembalikan jumlah air yang setara dengan yang terpakai dalam produksi produk-produk kami, yaitu kembali ke alam dan masyarakat,” ujarnya.

Sementara, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Ir Dodo Gunawan, mengungkapkan kelangkaan air dan pasokan berkelanjutan akan memberikan dampak terhadap bisnis seperti penurunan jumlah air yang tersedia untuk kegiatan bisnis, peningkatan biaya untuk air serta akan adanya gangguan operasional dan kerugian finansial. Tak hanya itu, nantinya juga bisa berdampak pada pertumbuhan masa depan perusahaan dan izin operasi.

Untuk menghadapi hal tersebut, perlu adanya beberpa langkah. Pertama, peningkatan efisiensi air atau meningkatkan kegunaan sumber daya air yang ada saat ini. Kedua, penggunaan sumber daya air yang ada dengan cara lebih baik dan pendayagunaan semua sumber daya yang ada seperti air pipa, air tanah, air hujan dan lain-lain. “Kita juga harus mengurangi limbah dan pencemaran air untuk mempertahankan sumber daya air yang ada,” dia menyarankan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved