CSR Corner Corporate Action

Dedikasi Jenny untuk Masa Depan Anak Indonesia

Dedikasi Jenny untuk Masa Depan Anak Indonesia

Bagi sebagian anak-anak di negeri ini, ungkapan “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit” sudah biasa terdengar. Apalagi bagi mereka yang merasakan bahagianya duduk di bangku sekolah. Namun bagi sebagian yang lain, jangankan untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit, untuk bermimpi saja mereka tidak berani.

Proses Belajar Bersama Sjors di wilayah Jembatan 3 Jakarta

Proses Belajar Bersama Sjors di wilayah Jembatan 3 Jakarta

“Tidak tahu nanti besar saya mau jadi apa,” ungkap Jenny Tjoa, Co-Founder Yayasan BBS menirukan gaya bahasa Devi (13), dengan ekpresi sedih. Sejak bertemu remaja di kawasan Jembatan 3 Jakarta itu, Jenny makin terketuk hatinya untuk membantu mereka menemukan mimpi dan mewujudkan mimpi mereka.

Sejak itu, tepatnya tahun 2014 Jenny bersama rekannya meresmikan Yayasan Belajar Bersama Sjors (BBS). Menurut Jenny, kata Sjors (baca: syors) merupakan ejaan bahasa Belanda dari nama Georges, salah satu pendiri dan rekan Jenny yang bernama Georges Hilaul.

“Sebelum BBS terbentuk, George sudah banyak melakukan kegiatan sosial di sekitar Jakarta bersama anak-anak sejak 2011. Setelah banyak berkomunikasi dengan George, hingga terbentuk BBS secara resmi, saya putuskan untuk meninggalkan profesi saya sebelumnya dan fokus untuk membina anak-anak kurang mampu,” jelas Jenny pada SWA Online saat perayaan 1 tahun kelahiran BBS di Jakarta.

Mengusung tema pokok kampanye “Setiap Anak Berhak Bermimpi”, misi BBS adalah untuk menolong anak-anak (usia 5-15 tahun) yang kurang beruntung dengan memberikan beragam pendidikan moral dan mengenalkan mereka kepada beragam profesi yang ada di dunia. Caranya, dibagi menjadi 9 kelas sesuai dengan rentang usia dan latar belakangnya.

Untuk kelas 1-7 merupakan kelas regular, sedangkan dua kelas lainnnya yaitu kelas Bintang untuk anak-anak yang punya penanganan khusus dan kelas Matahari untuk anak-anak bawah lima tahun atau kelas yang setara dengan PAUD. Adapaun materi yang diberikan untuk murid yang berjumlah 330 tersebut berasal dari konsep yang dikemas oleh Jenny dan George.

Menurut Jenny, materi yang disampaikan setiap acara BBS yang berlangsung satu minggu sekali itu berasal dari berbagai sumber yang diolah oleh para pendiri. Dalam satu tahun terdapat 4 tema yang berbeda. Pertama tema tentang membangun mimi, tema ke duanya tentang ke Indonesiaan baik dari budaya maupun kisah dari para pahlawannya. Tema ke tiga tentang sosok inspiratif dan yang terakhir tentang kekeluargaan.

Setiap pertemuan yang berlangsung selama 2 jam dari pukul 10.00 sampai 12.00 itu, anak-anak dibekali dengan berbagai baju khas BBS dan peralatan bak peralatan sekolah formal pada umumnya. Demi menjaga komitmen dan konsisten anak-anak, jika 3 kali absen dalam pertemuan BBS maka akan dikeluarkan.

Untuk penggalangan dana, Jenny dan George menggandeng beberapa donatur dari Belanda dan perusahan-perusahaan multinasional yang ada di Indonesia. Dengan presentasi sumbangan 50% dari Belanda dan 50% lainnya berasal dari multi company di Indonesia. Dana yang terkumpul tersebut digunakan untuk mendanai kebutuhan anak-anak didik sebesar Rp 1 juta/anak setiap tahunnya beserta kebutuhan-kebutuhan administrasi lainnya.

Wanita kelahiran Medan 2 Februari 1986 itu mengaku masih kesulitan mencari volunteer yang tetap. Untuk menyiasatinya BBS mengadakan Volunteer Award dengan memberikan penghargaan dan reward yang menarik bagi para volunteer yang datang minimal 5 kali pertemuan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved