Financial Report

Alasan di Balik Penurunan Laba Merck

Oleh Admin
Alasan di Balik Penurunan Laba Merck

Perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dan kimia, PT Merck Tbk. berhasil menghasilkan pendapatan Rp 930 miliar pada tahun 2012. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai Rp 919 miliar. Namun demikian, laba yang dihasilkan Merck justru menurun dengan hanya mencapai Rp 108 miliar pada 2012.

Jajaran direksi PT Merck Tbk

“Dari pendapatan tersebut, Divisi Merck Serono memberikan kontribusi sebesar 43 persen, Divisi Bahan Kimia menghasilkan 39 persen, dan Divisi Kesehatan Konsumen 18 persen,” sebut Markus Bamberger, Presiden Direktur PT Merck Tbk, di Jakarta, Rabu (20/3/2013).

Pada Divisi Bahan Kimia, anak perusahaan Grup Merck yang berbasis di Jerman ini mencetak kenaikan penjualan. Produk-produk yang dipasarkan melalui divisi ini berupa, bahan-bahan kimia, reagen, instrumen dan alat uji, hingga pigmen. Tahun 2012, divisi ini menghasilkan penjualan sebesar Rp 359 miliar. Ada kenaikan sebesar 12 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 320 miliar.

Memang, catatan penjualan divisi ini cukup menawan sepanjang lima tahun belakangan. Selama kurun waktu tersebut, rata-rata tingkat pertumbuhan penjualan di atas 12 persen. Merck mengklaim angka tersebut jauh melampaui pertumbuhan pasar.

Sedangkan, di Divisi Merck Serono, yakni divisi yang menangani produksi dan distribusi obat dengan resep, mengalami penurunan penjualan. Jika tahun 2011, angka penjualan bisa mencapai Rp 419 miliar, maka pada tahun 2012, hanya Rp 405 miliar.

Catatan yang kurang memuaskan juga terjadi di Divisi Kesehatan Konsumen. Penjualan produk obat-obatan bebas atau tanpa resep, berkurang dari Rp 180 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 166 miliar di 2012. Terhadap kinerja divisi ini, Nils Moen, Direktur Kesehatan Konsumen Merck, menuturkan, hal itu disebabkan oleh adanya restrukturisasi bisnis.

Divisi ini memang mengalami restrukturisasi dan pengurangan portofolio produknya demi operasional yang lebih ramping dan terfokus. Restrukturisasi terjadi sebagai respons terhadap kondisi pasar lokal. Karena, di sisi konsumen, Nils menjelaskan, masyarakat di Tanah Air belum memasukkan produk kesehatan, seperti vitamin, sebagai pengeluaran yang penting. “(Produk) kesehatan tidak berada di dalam pengeluaran teratas masyarakat Indonesia,” tutur dia.

Secara keseluruhan, Bambang Nurcahyo, Direktur Keuangan Merck, menyampaikan, perseroan memang mengalami penurunan kinerja di tahun lalu. Dari sisi laba saja, Merck hanya bisa menghasilkan laba Rp 108 miliar, sedangkan tahun 2011, perusahaan bisa mencetak laba Rp 231,159 miliar. Ia beralasan, turunnya kinerja perusahaan karena adanya penjualan aset properti perusahaan di Bumi Serpong Damai dan Kemang, pada tahun 2011.

“Mengenai aset yang dijual, kita memutuskan dan menilai aset itu kurang optimal, karena kita tidak lagi mempunyai intention buat pabrik di BSD sebagaimana ide awalnya,” jelas Bambang.

Dengan catatan keuangan yang demikian, Merck pun akan membagikan dividen sebesar Rp 80 miliar di tahun ini. Besaran tersebut diputuskan dengan mempertimbangkan kecukupan modal kerja. “Ini yang melatarbelakangi keputusan dewan direksi (membagikan dividen) secara total sejumlah Rp 80 miliar di 2013,” tandas Bambang. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved