Financial Report

Omset Rp 559 Miliar, Trisula Tambah 40 Titik Penjualan dan Dua Brand Baru

Omset Rp 559 Miliar, Trisula Tambah 40 Titik Penjualan dan Dua Brand Baru

PT Trisula Interational Tbk (TRIS), emiten distributor fashion Indonesia, berhasil menunjukan pertumbuhan pada penjualan maupun keuntungan sepanjang tahun 2012. Penjualan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2012 tercatat tumbuh 19% dengan angka penjualan bersih sebesar Rp 559 miliar. Hasil penjualan yang tinggi mendorong peningkatan capaian laba bersih tahun buku 2012 sebesar Rp 30,2 miliar, tumbuh 71% dari periode yang sama tahun 2011.

Manajemen TRIS mencatat penjualan ritel domestik berkontribusi cukup gemilang dengan peningkatan hingga 40%. Ini terkait dengan penambahan titik penjualan baru sepanjang 2012 sebanyak 65 titik. Adapun titik-titik penjualan masih fokus di daerah Jabodetabek dengan penetrasi hingga 64%, diikuti Jawa Timur 10%, Sumatra 10%, Jawa Barat 6%, Jawa Tengah 4%, dan wilayah Indonesia Timur 6%.

Lisa Tjahyadi, CEO Trisula

Dengan jumlah total titik penjualan hingga akhir tahun 2012 yang mencapai 230 titik, TRIS mendistribusikan beberapa merek-merek terkenal seperti Jack Nicklaus, JOBB, G2000, Man Club, dan UniAsia.

Terkait rencana bisnis TRIS, jumlah titik penjualan akan terus dikembangkan minimal mencapai 270 gerai. Salah satu ekspansinya adalah penambahan titik penjualan merek G2000, merek yang baru di peroleh perseroan hasil kerja samanya dengan patner bisnis asal Hongkong di kwartal akhir 2012 lalu. TRIS akan meningkatkan titik penjualan G2000 dari 22 gerai menjadi minimal 40 gerai. Sedangkan selebihnya akan diikuti dengan pembukaan gerai baru untuk merek Jack Nickalus, JOBB, Man Club, dan Uni Asia.

“Hasil yang baik di tahun 2012, membuahkan hasil bagi pemegang saham TRIS. TRIS akan memberikan dividen sebesar Rp 9,- per lembar saham atau sekitar 30% dari laba bersih,” ujar Direktur Utama PT Trisula International Tbk (TRIS), Lisa Tjahjadi usai public expose RUPS di Jakarta.

Sementara untuk kinerja penjualan internasional, dalam keadaan situasi yang belum stabil, TRIS masih dapat mencatat kenaikan penjualan sebesar 14%. Area penjualan cukup tersebar di negara-negara sebagai berikut : Asia 29% (sebesar 23% fokus pada pasar Jepang), AS 26 %, Uni Eropa 15% (sebesar 14% fokus pada pasar United Kingdom), dan Australia 30%.

Rencananya, untuk tahun 2013, TRIS akan tetap fokus pada negara-negara tersebut dengan sangat selektif memilih pelanggan-pelangan yang solid dan sudah berhubungan lama dengan TRIS. Dalam meningkatkan produktivitasnya, melalui anak perusahaan TRIS, investasi mesin automasi juga dilakukan untuk memberikan pelayanan cepat dan berkualitas untuk pelanggan.

Manajemen optimistis bahwa kinerja retail TRIS yang terus berkembang akan menarik minat investor atau pelaku bisnis yang sama di luar negeri untuk bekerja sama dengan TRIS dalam memasarkan mereknya di pasar Indonesia. Perseroan memperkirakan merek baru akan masuk dalam portfolio TRIS pada kwartal kedua tahun ini.

Dalam menunjang perkembangan usaha retail domestik, TRIS memperkirakan adanya kebutuhan dana baru dikisaran Rp. 60 miliar. Dari total kebutuhan investasi untuk ekspansi bisnis baru tersebut, diperkirakan sebesar Rp. 40 milair akan digunakan untuk investasi atas merek baru yang akan masuk portfolio TRIS di kuartal kedua tahun ini.

“Dengan berbagai rencana ekspansi tersebut, TRIS terus berkomitmen untuk meningkatkan penjualan ditahun 2013 mencapai Rp. 675 milar atau naik 20%, dengan target laba bersih sebear Rp. 35 miliar”, papar Lisa.

Tambah 40 Titik Penjualan

TRIS terus mengembangkan titik penjulanan di dalam negeri guna meningkatkan kontribusi pendapatan perseroan dari penjualan ritel lokal yang saat ini belum mencapai 20%. Ada pun kontribusi pendapatan terbesar masih didominasi ekspor yang mencapai 80%. “Kami sudah melakukan perhitungan, dan diharapkan dalam lima tahun ke depan (2018) antara ritel lokal dan ekspor bisa balance kontribusinya terhadap pendapatan,” kata Lisa.

Untuk mendukung target tersebut, di tahun ini TRIS akan menambah 40 titik penjualan baru, sekaligus merealisasikan penambahan satu brand baru yang renacananya bisa dihadirkan pada kuartal 2 tahun ini. “Kami targetkan tahun ini tambah dua brand baru. Sementara ini satu brand hampir pasti, saat ini dalam tahap negosiasi akhir. Satunya lagi nanti kita lihat lagi,” tambahnya.

Dia mengungkapkan, untuk investasi penambahan brand baru tersebut, TRIS mengalokasikan dana sekira Rp.30-40 miliar. Biaya investasi tersebut, kata Lisa, akan dialokasikan dari rencana belanja modal (capital expenditure/capex) TRIS tahun ini sebesar Rp 60 miliar. “Capex ini sekitar Rp 40 – Rp 45 miliar dari pinjaman bank, karena kita masih ada sisa dana IPO (initial public offering) Rp 14,5 miliar,” ungkap Lisa.

Dengan berbagai rencana ekspansi tersebut, TRIS menargetkan penjualan di tahun 2013 mencapai Rp 675 milar atau naik 20%, dengan target laba bersih sebesar Rp.35 miliar. Lisa menjelaskan, peningkatan laba yang ditargetkan tahun ini memang lebih kecil dibanding tahun lalu, demikian juga dengan target penjualan. “Ini karena banyak alokasi dana kita untuk penambahan titik penjualan, juga reserve untuk brand baru yang juga membutuhkan banyak biaya. Tahun depan baru petik buahnya,” papar Lisa.

Dia menambahkan, untuk kinerja kuartal pertama tahun ini juga tidak tumbuh signifikan. Hal ini sebagai akibat dari adanya bencana banjir dan kenaikan upah minimum di awal tahun. “Jadi pertumbuhanya flat. Tetapi kami optimis di kuartal berikut akan tumbuh, terutama jelang lebaran,” jelas Lisa.

Rudolf Simarmata, Direktur Pemasaran TRIS, menambahkan, pihaknya sangat optimis bahwa ke depan, ritel fashion di dalam negeri akan tumbuh signifikan. Ini didukung dengan potensi pasar yang ada masih sangat besar, dan terus tumbuh pula.

Rudolf menyebutkan, rasio populasi penduduk kita dengan pusat belanja masih kecil, yakni per 1 juta penduduk baru dilayani oleh 3 mall. Sementara di Singapura sudah sekitar 4-6 mall per 1 juta penduduk. “Ini indikasi bahwa bisnis ritel fashion sangat prospektif,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut dia, pasar di indonesia sangat besar. Ini bisa dilihat dari penduduk kelas menengah yang terus tumbuh, menaikan daya beli konsumen. Memang, saat ini bisnis TRIS masih mendominasi di area Jabodetabek, namun, kata Rudolf, akan tetap berekspansi ke daerah lain. “Karena konsumsi rumah tangga individu terus meningkat, investor mall tentu akan kembangkan mall di luar Jabodetabek. Maka retail fashion juga akan berkembang mengikuti pertumbuhan mall,” kata dia.( EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved