Management Strategy

Sukses Binbin Memodernisasi Bisnis Keluarga

Sukses Binbin Memodernisasi Bisnis Keluarga

Warisan bisnis keluarga seperti apa pun kondisinya, jika berada di tangan orang yang tepat, akan menjadi aset potensial yang siap diangkat ke pentas bisnis nasional. CV Karya Hidup Sentosa (KHS), selaku produsen traktor tangan Quick yang berbasis di Jalan Magelang 144 Yogyakarta, telah membuktikannya.

Berkat inovasi dan kegigihan generasi keduanya, Hendro Wijayanto, Quick berhasil bermetamorfosis dari sebuah perusahaan kecil menjadi produsen traktor tangan nasional nomor wahid dengan penjualan mencapai puluhan ribu unit per tahun. Bahkan, kini produknya sudah merambah pasar ekspor.

Hendro Wijayanto alias Binbin, Generasi Ke-2 Quick Tractor

Hendro Wijayanto alias Binbin, Generasi Ke-2 Quick Tractor

KHS dibangun oleh kedua orang tua Hedro, Kirdjo Hadi Suseno dan istri, pada 1953, di lokasi yang sama yang kini menjadi kantor pusatnya. Hendro, yang kerap disapa Binbin, mulai memegang tampuk komando perusahaan pada 1987. Kala itu, Binbin yang baru lulus dari Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah Mada ditunjuk keluarganya untuk menggantikan posisi sang ayah yang baru saja wafat.

Binbin masih ingat, saat awal memegang komando bisnis KHS, perusahaan masih dikelola secara sederhana. “Waktu Pak Kirdjo yang jalankan, perusahaan ini masih tradisional. Masih one man show. Jadi, delegasinya kurang, rekrutmen juga nggak mikir ada HRD. Produksi pun masih seperti bengkel besar saja. Nah, saat itu kami pikir, lebih urgent memperkuat perusahaan, melakukan pembenahan manajemen dan teknologi, ketimbang mengganti dari CV ke PT,” Binbin memaparkan.

Produk Quick

Produk Quick

Sejumlah pembenahan pun lantas digelarnya. Di antaranya, menajamkan fokus bisnis lantaran Quick terdesak produk impor sejenis berharga murah. “Akhirnya, kami memutuskan bergerak hanya di produksi traktor tangan dan pompa air. Tetapi, sekarang kami sudah nggak produksi pompa air lagi,” Binbin menjelaskan.

Selanjutnya, Binbin menyasar peningkatan kualitas manajemen dan sumber daya manusia. Caranya, dengan meningkatkan pelatihan SDM dan merekrut tenaga kerja bergelar D-3 dan S-1. Langkah itu diakuinya takmudah. Pasalnya, KHS telah lama dikenal sebagai perusahaan yang mempekerjakan lulusan STM. Meski demikian, timnya tidak menyerah. Berbagai kampus ternama pun disambangi demi memburu SDM unggulan. “Waktu kami mengadakan pencarian tenaga kerja di universitas-universitas seperti UGM atau ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya), slogan kami adalah, Build your nation, starts from here,” ungkap Binbin. Hasilnya, perlahan tetapi pasti lulusan berbagai kampus ternama mulai bergabung.

KHS pun merombak budaya kerjanya. Binbin mengungkapkan, pola kerja sama tim di KHS harus dibenahi. “Meskipun keputusan diambil oleh struktur organisasi, saya percaya bahwa proses kerja sama tim-lah yang membuat perbedaan,” katanya.

Seiring dengan peningkatan fungsi manajemen dan kualitas SDM-nya, teknologi pun turut didongkrak. Binbin memaparkan, KHS tak ragu menggelontorkan dana puluhan juta, bahkan miliaran, rupiah untuk membeli berbagai perangkat keras dan lunak yang dibutuhkan. Di antaranya, memboyong puluhan mesin computer numerical control (CNC) demi menghasilkan produk yang berkualitas dan berpresisi tinggi.

Bahkan, dalam proses perancangan pun digunakan perangkat lunak mutakhir CAD (computer aided design), dan CAE (computer aided engineering). Hasilnya, KHS bisa merancang gambar kerja tiga dimensi yang memiliki presisi dan berkualitas baik, serta dapat melakukan simulasi untuk menghitung kekuatan tiap-tiap komponen produknya. “Dengan begitu, kami bisa simulasi untuk menentukan seberapa berat beban yang bisa ditahan. Dari situ kami bisa improve produknya,” kata Binbin.

Proses komputerisasi berlanjut hingga uji coba produk di lapangan. “Waktu testing pun kami buat prototipenya dan kami tes di lapangan bagaimana temperaturnya, dan tekanan mesin. Secara wireless, data dari prototipe kami itu masuk ke laptop tim R&D,” kata Binbin seraya menyebutkan, divisi penelitian dan pengembangannya kini diawaki 100 orang.

Selain itu, dalam merancang produk, KHS memperhatikan sekali kondisi alam di pedesaan. Ttraktor tangan Quick, sebagai contoh, bisa digunakan di sawah terasering (bertingkat). Sejumlah produk Quick pun mudah dibongkar-pasang menjadi beberapa bagian untuk memudahkan menggotongnya melalui pematang sawah, sungai hingga perbukitan.

Kekuatan desain itu pun diyakini Binbin sebagai keunggulan Quick dibanding produk kompetitor, bahkan jika disandingkan dengan produk asing sekalipun.Yang lebih membanggakannya, hampir seluruh bagian produk Quick dibuat di pabriknya di Indonesia. Bagian tertentu seperti special part one shaft harus diimpor karena belum ada yang bisa memproduksi di Indonesia.

Tentu, kualitas produk yang baik tidak ada artinya jika tidak disertai dengan upaya pemasaran yang gencar dan tepat sasaran. Karena itu, secara berkala KHS menggelar promosi dan demo produk langsung ke pasar sasarannya, para petani.

Hendro Wijayanto

Hendro Wijayanto

“Jadi, yang membuat Quick unggul adalah kualitasnya bagus, desainnya menarik, dan harga pun kompetitif,” ujar Binbin sambil menyebutkan, traktor tangan Quick yang terdiri dari 15 varian dijual mulai dari Rp 12 juta hingga Rp 30-an juta. Maka, KHS pun tak ragu mengekspor produknya ke Jepang serta negara-negaa Afrika dan Amerika Latin.

Memang, penjualan terbesar KHS saat ini masih berasal dari dalam negeri. Meski demikian, pasar ekspor mulai menggeliat. “Ekspor ke luar negeri sekitar 100 unit/ tahun. Oktober 2015 saja sudah ada tiga buyer dari Afrika yang datang ke sini. Saya pikir, ekspor itu kan tidak mudah, butuh lebih tabah lagi,” ujarnya bersemangat.

Meski demikian, tidak hanya Binbin yang mengurusi laju KHS. Dua kakaknya turut membantu. YennyWidayani, kakak tertua, kini menangani pemasaran di wilayah timur. Sementara Wenny Widayanti, kakak ketiga, mengelola pemasaran dan keuangan. “Kakak lainnya juga pemilik. Mereka tidak mengurusi harian, tetapi selalu siap membantu jika diperlukan,” tutur ayah tiga anak kelahiran Yogyakarta, 25 Desember 1960, itu.

Di dalam negeri, Binbin mengklaim KHS yang kini diawaki 3 ribu karyawan menguasai hingga 70% pasar traktor tangan roda dua dengan penjualan tahunan mencapai 50 ribu unit lebih. Selain traktor tangan, KHS pun turut memproduksi aneka produk lain, seperti mesin pemanen padi, mesin pengolah lahan, perontok padi, mesin diesel, genset dan berbagai suku cadang penunjang lainnya. Kantor cabang Quick pun kini tersebar di Yogyakarta, Jakarta, Nganjuk, Surabaya, Medan, Lampung, Makassar dan Sidenreng Rappang (Sulawesi Selatan).

Kunci Sukses KHS

Twitter @bungiskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved