CSR Corner Corporate Action

YDBA Dukung Kemajuan Perempuan Indonesia

YDBA Dukung Kemajuan Perempuan Indonesia

Foto 3

Dalam seminar Inspiring Business Women yang diselenggarakan untuk memperingati hari Kartini, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) menghadirkan 3 UMKM perempuan. Seminar ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai peluang sukses dan peranan wanita dalam dunia bisnis. Ketiga pembicara tersebut adalah Rosalina Faried, pemilik PT Rekadaya Multi Adiprima, Anny Alkhusniaty, pemilik Bengkel Fam Auto, dan Leony Agus Setiawati, pemilik CV. Azka Syahrani, Bukit Air Resto, dan Butik Al Azqila. Mereka telah melewati jatuh bangun dalam bisnis yang mereka bangun.

Rosalina memulai bisnisnya pada tahun 1994. Perusahaan yang bergerak dibidang otomotif ini memiliki 9 unit kerja dan unit pabrik yang terpusat di jalan Alternatif Cibubur-Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. PT Rekadaya Multi Adiprima bergerak di sektor komponen otomotif roda 2 dan roda 4. selain itu, perusahaan ini juga menjadi produsen insulator assy dush panel dan insulator door trim untuk kendaraan roda 4. Komponen tersebut telah diekspor keluar negeri yang merupakan produk Original Equipment Manufacturing.

Rosalina masuk ke bisnis otomotif di saat yang tepat. Ketika ia sedang magang di Kementrian Pariwisata, kesimpulan akhir dari laporan tentang daerah-daerah wisata adalah masalah transportasi. Ia lalu memikirkan bagaimana cara mengatasi permasalah tersebut. Di tahun 1994 itu lah iya merealisasikan ide-idenya. “Jangan pernah malas pergi ke pameran! Pergi ke pameran pikirannya jangan mau belanja, tapi pikirkan apa yang bisa kalian bisa bikin untuk dijual disana,” kata Rosalina memberi saran.

Anny Alkhusniaty mendirikan Fam Auto pada tahun 2005. Sebelumnya ia pernah membuat bimbingan belajar, warung makan, dan produk shampoo. Namun, ketiga usahanya tersebut tidak berjalan mulus. Tahun 2002, ia mendirikan bengkel dengan modal bersama, namun juga tidak berjalan mulus. Tahun 2005 ia membuat bengkel dengan usahanya sendiri. Lagi-lagi usahanya tersendat. Ia lalu mengoreksi apa yang salah dengan sistem bengkelnya.

“Setelah saya telusuri, ternyata banyak konsumen yang meminta kasir untuk me-markup harga atau kwitansi kosong. Tujuannya agar bisa mendapat keuntungan dari kantor/pemilik mobil. Pantas saja usaha saya tidak berkah,” kata Anny. Lalu ia menerapkan sistem tidak menerima mark up harga. Di depan kasir ia tulis sistemnya tersebut. Awalnya banyak yang tidak suka dengan sistemnya itu. Namun, ia percaya jika sistem barunya dapat menuai berkah. Benar saja, omsetnya naik 2 kali lipat karena sistem barunya. “Banyak pemilik kendaraan yang mempercayakan kendaraannya di bengkel ini,” tambahnya. Saat ini omset bengkel Fam Auto berkisar 400 juta perbulan dengan mayoritas konsumen adalah corporate.

Leony Agus Setiawati memulai usahanya pada tahun 2001. Perusahaan ini berupaya untuk mewujudkan spiritual company, yaotu tidak menjadikan laba sebagai tujuan akhir, tetapi merupakan media untuk melakukan hal-hal demi kemaslahtan umat dan mencapai ridho Allah SWT dengan mengusung pemberdayaan masyarakat sekitar dalam proses produksi. Usaha pertama Leony adalah mendirikan CV Azka Syahrani yang bergerak di fesyen busana muslim. Keunggulan dari produknya adalah ia menggunakan aplikasi sulam tangan dengan kombinasai kain etnik nusantara seperti Lurik ATBM Klaten, Sasiringan Banjarmasin, dan lain lain. Ia melihat ibu-ibu di sekitar rumahnya di daerah Bogor terampil membuat sulaman tangan. Kemudian ia memberdayakan kemampuan mereka agar mereka mendapat penghasilan untuk keluarganya.

Usahanya ini sempat bangkrut dan suaminya sempat memintanya untuk berhenti. Namun, ia berhasil meyakinkan suaminya bahwa ia bisa bangkit kembali. Tidak hanya membuat bisnis feyen, ia melebarkan sayap dengan membuka rumah makan Bukit Air Resto dan membuat Butik Al Azqila. Meskipun perusahaannya masih berbentuk CV, program Corporate Social Responsibilty rutin dilakukan seperti khitanan gratis, pembagian sembako, pembangunan MCK, dan nikah gratis.

F.X. Sri Martono mengatakan, “YDBA berharap akan banyak lagi pebisnis perempuan lainnya di Indonesia. Dengan berwirausaha, angka membuka banyak lapangan pekerjaan. Sehingga angka kemiskinan juga akan berkurang.” Program YDBA untuk tahun 2015 adalah program pelatihan yang terdiri dari basic mentality, techinal skill, dan managerial skill. Program pendampingan yang terdiri dari pendampingan technical skill dan pendampingan konsultatif bagi calon wirausaha. Program fasilitas pasar yang terdiri dari pameran seperti Inacraft, Gakindo, dan lain lain. Fasilitas pembayaan yang terdiri dari supplier gathering (kerja sama dengan AMV dan Permata Bank).

Saat ini anggota YDBA berkisar 8.700 lebih. Program ini sudah mengahasilkan sekitar 60.000 lapangan pekerjaan. Sri Martono berharap tahun ini akan ada peningkatan anggota sekitar 500 orang. “Kami juga berharap anggota yang aktif akan semakin banyak,” tambahnya. Semua kalangan dipersilahkan mengikuti syaratnya cukup mendaftar di situs YDBA. Untuk mengikuti program YDBA peserta tidak dipungut biaya. Namun, untuk menjaga komitmen para anggota, beberapa program dikenai biaya sekita Rp 50.000. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved