Entrepreneur

Abdul Anzisy, Pengusaha Bakso Kreatif Asal Palembang

Abdul Anzisy, Pengusaha Bakso Kreatif Asal Palembang

Pengusaha muda biasanya dipenuhi kreativitas. Tak terkecuali Abdul Ansizy, pemuda berusia 22 tahun asal Palembang yang mengembangkan bisnis bakso granat. Hidupnya sederhana dan jauh dari hingar bingar, namun tak disangka ia memiliki segudang ide kreatif dalam memasarkan Bakso Granat Mas Azis. Berikut wawancara Abdul dengan wartawan SWA Rangga Wiraspati:

Bagaimana kisah Anda membangun bisnis Bakso Granat?

Saya lahir 8 Agustus 1991, tamat sekolah MAN III tahun 2009. Hendak masuk Politeknik Universitas Sriwijaya, ternyata masuk Politeknik Universitas Jombang. Tidak mengambil kuliah di Jawa setelah lulus MAN, saya mengikuti kursus komputer selama setahun di Palkomtek Palembang, sekaligus menjadi sales di Palkomtek itu. Pada bulan ke-empat saya ditawari mengajar desain grafis di Palkomtek itu, saya hanya bertahan mengajar selama kurang lebih delapan bulan, karena saya hanya kursus setahun di sana.

Selama saya mengajar, saya mengikuti pelatihan wirausaha YEC Palembang pada bulan Oktober 2010. Sembari ikut pelatihan selama enam bulan di YEC Palembang, saya mengambil D3 Manajemen di AMIK Bina Sriwijaya di akhir 2010. Waktu semester dua di kuliah, saya mengikuti lomba kewirausahaan yang diadakan kampus. Pada awalnya ayah saya yang hanya seorang tukang becak menyarankan saya untuk berdagang aksesoris, maka saya berdagang kalung nama ukir asal Jepara.

Usaha itu gagal tak lama setelah saya memulai. Di bulan Agustus 2011 saya membuka usaha Bakso Granat, resep baksonya saya dapatkan dari Ayah. Jika ayah sedang tidak mengantar penumpang becak, ayah membantu pedagang bakso sesama perantau dari Jawa untuk membuat bakso. Terkadang jika si tukang bakso sedang pulang kampung sebulan, ayah saya menggantikan posisinya sebagai tukang bakso. Ayah saya mengusulkan saya untuk berusaha kuliner bakso saja. Setelah diskusi keluarga, diputuskan usaha bakso granat menjadi fokus bisnis keluarga, maka ayah saya tidak perlu ‘narik becak lagi dan ibu tidak berjualan jamu lagi. Kami membutuhkan modal usaha sebesar Rp 38 juta, sebesar Rp 20 juta didapatkan dari pinjaman bank, sisanya hasil menang lomba BDEC 2011 sebesar Rp 6,5 juta, sisanya gabungan uang ayah dan tabungan saya hasil mengajar di Palkomtek Palembang.

Pertama kali saya menyewa sebuah tempat di Jl. Inspektur Marzuki di depan SMA 11 seharga Rp 6 juta per tahun, saya menyewa tempat itu untuk tiga tahun, maka sampai saat ini sewanya belum habis. Selain itu investasinya lebih pada gerobak, perlengkapan warung bakso, alat-alat dan perlengkapan masak, neon box, papan menu, serta promosi. Sampai saat ini produksi bakso belum memakai mesin, masih dikerjakan oleh Ayah di rumah. Saya percaya diri untuk berdagang bakso karena bekal pelajaran kuliah desain dan pengalaman bekerja sebagai sales, serta kemampuan ayah untuk membuat bakso.

Di Palembang banyak kuliner bakso isi berukuran besar, biasanya berasal dari pulau Jawa seperti Solo dan Wonogiri. Saya mencoba segala jenis bakso yang ada di Palembang, sekalian riset pasar. Ternyata rasa pedas sangat disukai di Palembang, dan belum ada bakso pedas di Palembang saat itu. Saya berpikir jika saya usaha bakso pedas, pasarnya masih sangat terbuka karena belum ada saingannya di Palembang.

Untuk itu, saya mempelajari konsep Bakso Kaget pedas, Bakso Top, dan Restoran Lela di Bandung, kemudian Mie SP Cirebon melalui internet. Saya gabungkan konsep jajanan pedas itu ke dalam Bakso Granat Mas Azis. Brand yang saya tonjolkan Mas Azis, karena ketika ingin mendaftarkan merek Bakso Granat di bulan Juli 2012, ternyata sudah ada yang memakai merek tersebut.

Uang pendaftaran merek sebesar Rp 1 juta saya dapatkan hasil menang lomba Wirausaha Muda Mapan Hatta Rajasa pada bulan Juni-Juli 2012. Pada saat buka pertama kali Bakso Granat Mas Azis hanya laku 10 mangkuk, tiga dari sepuluh pengunjung saat itu marah sebab mereka tidak tahu bakso yang saya sajikan adalah bakso granat pedas. Untuk mengedukasi pasar saya memang agak jahil, saya hanya menanyakan mereka “mau bakso yang kecil atau bakso yang besar?” Ketika mereka memesan bakso yang besar, maka saya akan memberinya bakso granat pedas. Meskipun banyak yang komplain, namun ternyata banyak yang kembali lagi ke warung bakso saya. Memang awalnya nama warung bakso saya hanya Bakso Mas Azis, sehingga banyak pengunjung yang tidak tahu bahwa yang saya sediakan bakso granat pedas. Dari kejadian itu saya mendapat inspirasi tagline Bakso Granat Mas Azis, yaitu “Pedasnya Bikin Ketagihan”. Bakso Granat Mas Azis beroperasi sejak pukul 08.00-21.00.

Untuk menaikkan omset, saya buat event berhadiah Rp 1 juta, yaitu lomba makan bakso granat. Untuk membuat acara itu saya mendapat sponsor dari brand Hydro, sehingga saya bisa mengiklan di koran. Peserta dikenai biaya pendaftaran sebesar Rp 20.000, dan saya berhasil menjaring 120 peserta. Meskipun lomba makan ini terkesan remeh, eksposure media sangat bermanfaat bagi saya.

Saya mengundang berbagai media mulai dari koran (Sriwijaya Pos, Sumatera Ekspress) sampai televisi (TVRI, PAAL TV, Sriwijaya TV). Ternyata banyak media tertarik terhadap lomba kuliner unik yang saya adakan. Sejak saya membuat acara ini brand awareness Bakso Granat Mas Azis terus naik.

Apa keunikan produk/jasa Anda?

Untuk saat ini hanya ada lima menu bakso pedas di Bakso Granat Mas Azis, yaitu Bakso Granat, Bakso Rawit, Bakso Lombok Ulek, Bakso Ranjau, dan yang tebaru BASOKA (Bakso Sama Cuka). Ke depannya saya ingin membuat jenis bakso Bumerang (bakso dengan bumbu kacang).

Saya ingin mem-branding Bakso Granat Mas Azis dengan image tentara. Misalnya nama produk Bakso Granat, Ranjau, BASOKA, dsb. Pelayanan juga akan disertai salam dan sambutan a la tentara, misalnya “Lapor Pak! Mau makan apa?” dan jawabannya “Siap laksanakan!”. Perbedaan bakso granat Mas Azis dengan bakso besar atau pedas lainnya adalah setiap bakso kami memiliki asal-usulnya. Misalnya menu Bakso Lombok Ulek yang memiliki asal-usul Jawa, karena kata ‘lombok’ yang berasal dari bahasa Jawa dan berarti cabai.

Keunikan lain baksi granat kami yang tidak dimiliki bakso lain adalah adanya tingkat kepedasan, yaitu level 1, level 2, dan level geledek. Setelah memenangi ajang Wirausaha Muda Mandiri kategori Diploma dan Pra-Sarjana dan kategori usaha catering di bulan Januari 2013 saya memasang CCTV di gerai Bakso Granat Mas Azis. Terinspirasi oleh program TV “Uji Nyali”, saya menginstruksikan pengunjung yang tidak tahan dengan pedasnya bakso saya untuk melambaikan tangan.

Pengunjung mengetahui keberadaan mereka direkam CCTV, maka saya harap efek ‘uji nyali’ muncul ketika mereka makan di gerai saya. Event lomba makan pun saya adakan rutin setiap tahun, sejak 2011 sudah berlangsung dua kali, tahun ini akan saya adakan di bulan Oktober.

Abdul Anzisy (kemeja putih) bersama staf Bakso Granat Mas Azis

Abdul Anzisy (kemeja putih) bersama staf Bakso Granat Mas Azis

Bagaimana aktivitas promosi Anda lakukan?

Saya pasang iklan rutin selama sebulan di koran Sriwijaya Pos. Di twitter, saya menggunakan jasa akun @kicaupalembang untuk berpromosi, saya membayar sejumlah biaya kepada admin akun tersebut supaya usaha saya dipromosikan. Saya juga memiliki akun twitter pribadi @azis_granat. Di Facebook, saya nebeng di Fanpage ‘Wisata Kuliner’, kebetulan memang sudah banyak pengikutnya dan adminnya teman saya.

Menurut survei saya, fanpage di Facebook banyak pengikutnya jika berjudul minat-minat yang umum, seperti ‘Wisata Kuliner’ atau ‘Pakaian Dalam Wanita’ misalnya. Jika terlalu spesifik agak sulit untuk menjaring pengikut secara masif. Untuk menjaga loyalitas konsumen, saya membuat sistem kartu anggota. Keuntungannya jika menjadi anggota, pengunjung bisa makan gratis saat berulang tahun, kemudian jika anggota bisa membawa teman yang bernama Azis atau Lela, maka dapat makan gratis. Tentunya anggota perlu membawa kartunya ke gerai kami. Untuk meningkatkan penjualan di malam hari, karena malam di Palembang cenderung sepi, dari jam 18.00-21.00 diberlakukan diskon 5% bagi anggota yang membawa pacarnya (syaratnya pacar tidak boleh gonta-ganti pacar). Saya juga memberikan penawaran kartu anggota ke sekolah-sekolah setingkat SMP dan SMA di Palembang, walaupun saya lebih mengincar data para siswa dibandingkan jumlah yang mendaftar menjadi anggota. Saya juga memasang spanduk-spanduk yang menunjukkan jarak menuju Bakso Granat Mas Azis di sepanjang jalan yang mengarah ke gerai saya.

Untuk biaya iklan di koran dan Twitter, juga spanduk saya anggarkan Rp 1 juta selama sebulan. Saya juga bekerja sama dengan radio-radio anak muda di Palembang untuk memberi hadiah voucher makan gratis yang bisa didapatkan lewat kuis. Saya mengelola ikatan emosional dengan anggota dengan memberikan info-info kuliner serta ucapan selamat melalui pesan pendek (SMS) dan Blackberry Messenger (BBM). Jadi fokus saya daripada mencari anggota/konsumen baru, lebih pada merawat konsumen lama dengan insentif-insentif.

Untung merawat konsumen lama, itu bagiannya tim pemasaran Bakso Granat Mas Azis. Dengan adanya program makan gratis, pengunjung otomatis mengajak temannya yang belum pernah makan di gerai kami, sehingga promosi word of mouth (WOM) akan berjalan sendirinya. Daripada agresif mencari konsumen baru, lebih baik memikirkan cara bagaimana konsumen lama dapat membawa konsumen baru. Selain itu saya juga rajin mensosialisasikan Bakso Granat Mas Azis ketika saya diminta menjadi tamu di sebuah universitas di Palembang atau seminar kewirausahaan.

Bagaimana iklim persaingan bisnis sejenis?

Setelah saya mengadakan lomba makan bakso granat pertama kali, kemudian muncul beberapa pengikut. Di antaranya adalah Bakso Jontor dan Bakso Gila. Pemilik Bakso Jontor pernah datang ke rumah saya untuk memberitahukan bahwa dia membuat menu serupa. Namun, saya perhatikan kedua usaha bakso pedas tersebut tidak memfokuskan produknya pada bakso granat pedas saja.

Menurut saya mereka kurang konsisten pada produk. Secara produk pun Bakso Granat Mas Azis lebih unggul, karena sudah pionir.

Interior Bakso Granat Mas Azis

Interior Bakso Granat Mas Azis

Siapa target pasar Anda?

Target pasar saya adalah konsumen usia remaja, kira-kira usia SMP dan SMA. Saya sudah survei, rata-rata konsumen yang berkunjung ke gerai kami berusia 15-25 tahun. Orang tua sudah tidak terlalu intens makan masakan pedas.

Bagaimana kinerja bisnis saat ini?

Setelah mengadakan event lomba makan mendekati akhir 2012, omset saya yang awalnya Rp 800 ribu per bulan naik menjadi Rp 2-3 juta per bulannya. Indikator naiknya omset saya adalah lakunya minuman es/dingin yang saya jual. Margin dari penjualan bakso memang tipis, maka naiknya keuntungan penjualan Bakso Granat Mas Azis sangat terbantu oleh penjualan minuman es/dingin. Saat ini untuk gerai pertama dalam sehari habis 13 kg bakso, untuk cabang baru yang kedua kira-kira habis sebanyak 6-7 kg. Saat ini memang baru satu cabang. Saya sedang mengembangkan sistem kemitraan (franchise). Cabang pertama berada di Jalan Prameswara, samping SMK PGRI I.

Saya menggunakan urutan nomor terbalik dalam menomorkan setiap cabang Bakso Granat Mas Azis. Saya berencana membuka 50 cabang di seluruh Indonesia. Gerai pertama saya beri nomor urut 50, kemudian cabang pertama saya beri nomor 49, begitu seterusnya. Gerai kedua berdiri di tahun ini dan sudah berjalan sekitar empat bulan.

Omset gerai kedua stabil di angka Rp 800 ribu-Rp 1,5 juta per harinya. Jika dirata-rata, kedua cabang itu sudah membukukan omset kurang lebih Rp 4 juta per harinya. Keuntungannya saya taksir sebesar 30%. Total karyawan Bakso Granat Mas Azis di kedua gerai berjumlah enam orang.

Apa kesulitan yang Anda hadapi saat usaha?

Problem yang saya hadapi biasanya harga bahan baku, apalagi ketika harga bawang goreng dan cabai bergejolak, bisa mengurangi margin saya. Untuk operasional, kami belum mempunyai lahan parkir yang memadai untuk motor dan mobil. Ke depannya saya bekerja sama dengan warga sekitar, yaitu memakai lahan bengkel di depan gerai kami.

Apa rencana pengembangan bisnis ke depan?

Saya sedang mematangkan program kemitraan atau franchise. Cabang pertama memang masih banyak suka dukanya. Sembari belajar, saya masih menggarap SOP-nya. Bentuk kemitraannya ada dua yaitu kemitraan mandiri dan kemitraan reguler. Untuk kemitraan mandiri investasinya sebesar Rp 35 juta, kami akan ajarkan cara membuat baksonya namun resep bumbu tetap dari kami.

Untuk kemitraan reguler, bakso akan disuplai oleh kami. Karena saya alumni YEC, maka saya sering menjadi pembicara seminar YEC di beberapa kota di Sumatera. Melalui acara itu saya sekalian mensosialisasikan program kemitraan Bakso Granat Mas Azis ini. Namun program kemitraan ini belum matang, saya targetkan dalam waktu satu tahun konsepnya sudah siap.

Siapa inspirasi Anda dalam berbisnis?

Saya terinspirasi Hendy Setiono, pemilik Kebab Baba Rafi. Saya terjun ke industri kuliner karena pengaruh beliau. Saya mengikuti nasihat beliau, yaitu untuk fokus di satu bisnis dahulu sebelum terjun ke bisnis lain, dan besar dengan gaya kemitraan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved