Editor's Choice Entrepreneur

Bisnis Fashion Kebaya Asri Welas

Bisnis Fashion Kebaya Asri Welas

Bekerja sama dengan ibu mertuanya, Asri Welas mendirikan bisnis fashion sejak 9 tahun yang lalu. Awalnya butik ini dibesut dengan bendera ‘Yani’ dan baru 2 tahun terakhir berganti nama menjadi ‘House of Asri Welas’. Bisnis yang bergerak di bidang pembuatan kebaya ini, kini sudah memiliki dua cabang, di Kelapa Dua dan Cibubur.

Walau disibukkan dengan kegiatan syuting dan siaran, wanita yang bernama lengkap Asri Pramawati ini, tidak melepaskan saja bisnis kebayanya. Asri bahkan turun langsung menangani khusus untuk kebaya pengantin. Dengan mengusung tema kebaya tradisional, House of Asri Welas mampu membuat 50 kebaya tiap bulannya per outlet.

Asri Welas

Asri Welas

Berencana memasarkan produknya via online, wanita kelahiran 7 Maret 1979 ini akan membuat kebaya dan batik kasual yang dapat digunakan sehari-hari. Selain itu, wanita yang lulusan FISIP dan Psikologi Universitas Indonesia ini, sedang melirik pasar Amerika dan Eropa, terkait ajakan yang House of Asri Welas untuk mengikuti New York Fashion Week 2015.

Berikut paparan lengkap Asri kepada reporter SWA Online, Destiwati Sitanggang:

Sejak kapan House of Asri Welas ini ada?

House of Asri Welas ini ada sejak 9 tahun yang lalu, tapi selama 7 tahun namanya Yani, nama ibu mertua saya. Baru 2 tahun ke belakang saya berani menggunakan nama saya sendiri.

Bagaimana ceritanya akhirnya Anda memutuskan untuk membuka House of Asri Welas dan akhirnya menggunakan nama sendiri?

Ini berawal dari ketidaksukaan saya memakai baju yang sama dengan orang lain, dari situ saya suka membuat baju sendiri, bisa dari perca atau kaus yang saya modifikasi sendiri. Kebetulan, ibu saya juga bisa menjahit.

Sebenarnya saya tidak ada rencana untuk membuat butik ini dan melakukan kerjasama dengan ibu mertua saya. Tapi semua berjalan begitu saja. Kesamaan antara ibu, ibu mertua saya, dan saya yang tertarik dengan bidang ini yang membuat usaha ini berjalan. Di awal butik ini berjalan, mula mula saya membuat pakaian yang akan saya gunakan di acara fashion. Baju itu saya buat dari kain perca milik ibu dan ibu mertua saya. Saya buat baju itu di manekin.

Di acara tersebut ada Indah Kalalo, dan dia tertarik dengan baju yang terbuat kain perca yang sama buat. Dia membeli baju saya itu sekitar 150 ribu – 250 ribu. Awal-awalnya seperti itu, kemudian teman-teman meminta saya untuk buat baju untuk mereka. Dari situlah hingga akhirnya saya bisa membuka kios pertama saya yang ukuranya 3mx6m.

Satu tahun butik ‘Yani’ berjalan, saya mendapatkan tawaran untuk casting di Suami-suami Takut Istri (SSTI) dan ternyata saya lolos. Saya menjalani syuting SSTI, tetapi butik saya tetap berjalan. Hingga akhirnya, ada keinginnan saya untuk menghentikan bisnis butik ini karena saya sudah ada syuting.

Saya tidak langsung menutup butik saya, tapi konsultasi dulu kepada almarhum Om Bob Sadino. Lalu, Om Bob bilang sama saya, kalau kita sudah membuka sesuatu dan sudah ada karyawan di dalamnya, maka sudah ada doa di dalamnya. Kamu akan kaget sendiri dari apa yang kamu usahakan. Om Bob justru menyarankan untuk membuka atas nama saya. Hingga akhirnya saya buka dengan nama saya. Sebenarnya saya tidak percaya diri kalau harus memakai nama saya, karena saya tahu, saya masih dalam proses belajar.

Asri Welas (tegak)

Dari mana Anda mempelajari ilmu terkait pembuatan pakaian?

Sebelum saya membuat butik ini, saya beberapa kali diminta menjadi model dari ibu mertua saya untuk beberapa majalah, jadi saya juga belajar dari dia. Selain itu, ketika saya masih berkuliah di Universitas Indonesia, kalau jadwal kuliah saya libur, saya memilih mengambil kursus di Esmod yang sistemnya bulanan. Saya banyak belajar di sana.

Bagaimana perkembangan House Asri Welas sekarang?

Sekarang kan menuju tahun kedua menggunakan nama saya. Sekarang saya sudah memiliki dua outlet, yang satu lagi di Cibubur, yang dibuka sekitar Mei lalu. Selain itu, setahun setelah saya membuka dengan menggunakan nama saya, tiba-tiba saya menerima tawaran untuk Indonesia Fashion Week.

Bahkan, nanti Februari saya akan akan berangkat untuk New York Fashion Week, dengan membawa nama House Asri Welas. Acara New York Fashion Week ini di sponsori oleh BNI Syariah dan CIMB Niaga.

Apa keunikan House of Asri Welas denga butik lainnya?

Kalau House of Asri Welas itu baju-bajunya adat sekali. Ketika ada klien yang datang, saya langsung mengarahkan bajunya ke tradisional, mulai dari kain sampai ke aksesorisnya. Kalau kain, bahkan saya celup sendiri, kalau aksesorisnya saya memesan ke perajin setempat dari daerah asal. Ketika saya memesan aksesoris ke pengusaha daerah, mereka mengucapkan terimakasih kepada saya, karena akhirnya dapat membuat mereka mendapatkan penghasilan. Tapi soal desain, masukan dari klien saya tetap saya terima, jadi digabungkan antara ide saya dank lien.

Mengapa Anda memilih mengangkat baju yang tradisional?

Karena saya melihat perkawinan yang sifatnya kedaerahan itu tidak dihargai, perkawinan yang kebarat-baratan itu malah dihargai mahal. Itu hal yang saya tidak inginkan. Sekarang saya ingin tradisional ini bangkit kembali karena masih banyak tradisi yang harus dipertahankan. Tapi sekarang sudah mulai banyak pernikahan tradisional, bahkan bukan pakaiannya saja, tetapi sekarang sudah memakai tarian tradisionalnya juga.

Memang jasa apa saja yang ditawarkan di House of Asri Welas?

Di sini itu melayani jasa pembuatan kebaya, wisuda, atau acara lain. Kalau mau sewa kebaya juga bisa. Tapi, kalau untuk pembuatan kebaya pengantin, itu saya yang ukur, dan desain sendiri. Semua klien yang mau membuat kebaya pengantin harus ketemu saya dahulu.

Mengapa Anda masih turun sendiri menangani bisnis ini?

Tidak bisa, kalau kebaya dan wedding tetap harus saya yang pegang. Itu menjadi keharusan, layaknya koki, lain orang lain rasana, kalau yang mengukur lain orangnya, jatuhnya juga akan berbeda.

Lalu, sudah beapa jumlah tenaga kerja di House of Asri Welas?

Sekarang sudah ada kira-kiran 30-an orang.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat kebaya di sini?

Tergantung, ada juga yang dua minggu jadi, paling lama 3 bulan. Semua tergantung kesulitannya dan kliennya maunya seheboh apa

Kalau dalam sebulan, berapa kebaya yang dibuat?

Untuk satu outlet, satu bulan paling sedikit 50 kebaya.

Kalau segmentasi House of Asri Welas siapa?

Semua orang bisa datang kemari, mau low budget juga bisa datang ke sini, tapi ada harga ada rupa.

Memang range harganya berapa?

Semua tergantung desain, karena semua dibuat per desain. Kalau mereka punya budget berapa, ya jadi begini.

Apa yang menjadi kunci sukses Anda dalam menjalani bisnis di tengah kesibukan Anda?

Kalau di dunia entertaiment itu, saya harus berpikir, sehabis ini apa yang saya lakukan, ke depannya harus bagaimana? Karena di dunia entertainment ini ada batasannya, ada regenerasi. Saya pikirkan, mengerjakan apa yang saya sukai.

Ketika saya mengambil keputusan untuk tetap berjalan di dunia entertainment dan menjalankan bisnis ini, saya tahu, kalau tidur saya tidak akan bisa nyenyak, tapi itu risiko yang saya tanggung. Kalau kita mempunyai pipa, tidak boleh satu, harus dua, tiga atau empat. Dari situ saya juga mencari tahu lagi, hal apa lagi yang saya sukai.

Saya suka menari. Maka saya membuka sanggar tari juga di setiap butik yang saya miliki. Sanggar tari ini memang bukan untuk sesuatu untung tetapi dapat menjadi satu kesatuan. Saya serius menggarap sanggar tari ini maka saya membeli degung, calung angklung. Mengapa? Karena saya dari kecil saya mengetahui tarian-tarian tradisional Indonesia. Sekarang ini, semuanya tentang Korea, Jepang. Kalau tidak ada yang memulai siapa lagi?

Ketika awal membuka, apakah ada strategi khusus untuk mengenalkan butik Anda?

Sama sekali tidak ada. Hanya dari teman ke teman, dan orang-orang yang lewat sini saja. Saya belum pernah iklan di majalah. Semua berkembang diri mulut ke mulut.

Apa rencana Anda ke depan untuk House of Asri Welas?

Rencana ke depannya saya mau membuat baju kasual seperti kebaya siap pakai atau batik yang bisa dipakai banyak orang yang bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti ke kantor. Terkait motif batik, motifnya tetap saya yang buat, gabungan dari beberapa motif-motif batik di Indonesia.

Rencananya, satu motif saya akan membuat paling banyak 12 pieces atau satu lusin, untuk satu Indonesia. Konsep batiknya warna-warni yang ceria dan akan ada versi tulis dan print. Ide ini muncul dari keinginan klien saya yang berasal dari luar daerah dan ingin menggunakan baju saya. Oleh karena itu, saya akan pasarkan baju kasual ini via online. Semuanya sudah dalam persiapan, di awal 2015 online shop ini akan berjalan. Ini bagian rencana saya untuk menghadapi Pasar Bebasa ASEAN nanti.

Apakah ada rencana membuat outlet baru tahun depan?

Rencana membuka pasti ada, tetapi karena kita mau ke Amerika, sekarang kita fokus garap ke pasar di sana dulu. Di New York nanti, saya mau lihat toko di sana. Karena ada yang mengajak 20 desainer Indonesia untuk membuat counter di sana, bukan hanya di Amerika saja tetapi juga, di beberapa negara Eropa supaya tradisi kita maju, dan bisa dibeli dengan mata uang di sana. Misinya, kami akan membantu para perajin Indonesia. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved