Editor's Choice Entrepreneur

Jejak Tompi di Beyoutiful Aesthetic Clinic

Jejak Tompi di Beyoutiful Aesthetic Clinic

tompi

Banyak orang mengenal Tompi sebagai penyanyi multitalenta bersuara merdu yang terkenal dengan kemampuan scat singing-nya yang luar biasa. Padahal, pria pemilik nama asli dr. Teuku Adifitrian, Sp.BP ini adalah dokter spesialis bedah plastik. Ya, Tompi seorang dokter dengan spesialisasi yang tergolong langka karena jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Tompi memang mengatakan, bernyanyi hanya sebagai hobi, bukan sebagai profesi. “Profesi saya adalah seorang dokter,” ujarnya.

Untuk membuktikan bahwa ia serius dengan profesinya, tahun 2010 Tompi menggalang kerja sama dengan kawan-kawannya mendirikan Beyoutiful Aesthetic Clinic. Mendirikan klinik memang merupakan salah satu impiannya ketika mulai kuliah spesialis bedah plastik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Ketika lulus, mimpinya pun terwujud.

Beyoutiful didirikan oleh lima orang, yaitu tiga dokter dan dua orang bukan dokter. Di antara mitranya itu ada drg. Devya Linda, Sp.BM FISID, Florine Limasnax (Flo) dan Renny Sutiyoso. “Saya menginginkan konsep klinik yang menyerupai rumah sehingga suasananya homey,” ujar kelahiran Lhokseumawe, Aceh, 22 September 1978ini.

Kini Beyoutiful yang memberikan layanan bedah estetik, dermatologi, perawatan kecantikan dan perawatan gigi sudah memiliki ribuan pasien. Aktris Olla Ramlan, Yuni Shara, Andien, Wulan Guritno, dan Indie Barends menjadi pelanggan Beyoutiful untuk perawatan gigi. Sementara, “Pasien tetap untuk bedah plastik mendekati jumlah 4.000 orang. Pencapaian dalam waktu dua tahun ini saya anggap sebagai kemajuan yang sangat cepat,” ungkap Tompi. Makanya, klinik ini bisa dibilang masuk tiga besar di antara klinik sejenis yang sudah ada sebelumnya di Jabodetabek.

Uniknya, klinik yang menyasar kelas atas ini tak pernah beriklan di media massa. “Kami belum pernah beriklan terang-terangan. Misalnya dengan mengatakan, ‘Datanglah ke klinik Beyoutiful! Operasi hidung, operasi mata gratis.’ Kami tak pasang iklan di koran. Hard selling seperti itu belum pernah dilakukan,” ujar Tompi. Promosi klinik ini bersumber pada word of mouth (WOM) dari pasiennya yang puas dan kemudian mengajak teman-temannya. Di awal, itulah tantangannya, bagaimana Beyoutiful bisa terus membuktikan bahwa pasiennya bisa puas.

Kalau toh menggunakan media, itu lebih karena media tersebut meminta dokter dari klinik ini menjadi narasumber seperti pada rubrik tanya-jawab. Atau, ada juga dokter Beyoutiful yang pernah muncul di televisi sebagai narasumber, baik untuk menanggapi kasus-kasus yang terjadi maupun tampil sebagai bintang tamu sebuah acara. Inilah yang menjadi semacam promosi halus (soft promo) sebagai bagian dari strategi pemasarannya. “Saya percaya, yang namanya estetika punya kekuatan WOM. Orang akan ngomong, mana yang bagus dan mana yang tidak. Penyebarannya pun sangat cepat,” kata Tompi yakin.

Ia ingin kliniknya jangan sampai terkesan murahan. Makanya, strategi yang diambilnya lebih bersifat edukatif. Salah satunya, melalui talkshow. “Talkshow dan media sosial sama-sama efektif untuk menyebarkan WOM. Misalnya, saya hanya muncul sebentar di acara Tukul di Trans7. Setelah itu, ada pasien yang datang karena melihat acara itu,” ia menceritakan.

tompi

Karena sangat mengutamakan kepuasan pelanggan, Beyoutiful tidak mengejar jumlah pasien — misalnya, harus 100 pasien dalam sehari. Klinik ini cukup menerima 10 pasien sehari, tetapi secara kualitatif seperti menangani 200 pasien. Kalau dirata-rata, pasien yang datang berkisar 7-10 orang sehari. “Yang penting bukanlah jumlah, melainkan nilai (value) mereka sebenarnya. Seorang pasien bisa menjalani beberapa prosedur sekaligus seperti mata, hidung, pipi, berikut dagu. Dalam satu hari, saya bisa menjalankan 15-20 prosedur,” tuturnya.

Ditambahkan Devya Linda, untuk menjaga mutu pengobatan, Beyoutiful punya konsep untuk melihat pasien secara menyeluruh. Contohnya, ada pasien yang datang pada Tompi untuk bedah plastik. Setelah memeriksa pasien, Tompi menemukan ternyata kulit atau gigi si pasien kurang bagus. Dia akan langsung mengarahkan pasien supaya lebih cantik secara menyeluruh daripada sebelumnya.

Sama halnya dengan kalau pasien datang hanya ke dokter gigi atau kulit. “Para dokter pasti mengarahkan pasien sesuai keperluan mereka yang kami lihat secara keseluruhan. Lalu, apa sentuhan (retouch) yang paling diperlukan si pasien,” ujarnya menggambarkan.

Dengan cara ini, mutu kerja dokter Beyoutiful pasti akan lebih diperhatikan. Sebab, buat klinik ini, keterampilan (skill) sangat penting. Untuk membangun kepercayaan pasien, teknik kerja dokter harus benar dulu. “Dari tiap penanganan terhadap pasien, kami pasti melakukan perubahan ke arah yang semakin hari semakin bagus. Arahnya, kepercayaan pasien jadi meningkat,” kata Devya.

Ke depan, Tompi dan pemilik Beyoutiful lainnya ingin membuat klinik ini menjadi one-stop service. Dari sekarang sudah mulai dirintis, tetapi terbatas. Selain itu, pihaknya juga sedang memikirkan pembukaan cabang. “Kalau sudah punya produk bersifat nonsurgical nanti, Beyoutiful bisa buka cabang. Kalau hanya dengan produk surgical seperti sekarang, agak susah membuka cabang. Ini berkaitan dengan ketersediaan dokter,” ungkapnya.

Flo dan Renny juga punya rencana mengarahkan Beyoutiful agar dapat membuat produk kecantikan yang lebih bersifat obat, bukan make-up. Beyoutiful ingin memproduksi formula dan merek sendiri yang bukan sekadar campuran obat-obat yang sudah ada. “Sekarang Beyoutiful sudah masuk ke fase kedua, yakni tahap memperbesar fasilitas, memperbanyak jenis layanan,” ujar Flo menambahkan. Tentunya, kualitas pelayanan dan kepuasan pasien tetap menjadi perhatian utamanya. Inilah upaya Beyoutiful menjadi klinik estetika terbaik seperti yang menjadi visinya saat ini.(*)

Dede Suryadi dan Rosa Sekar Mangalandum


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved