Entrepreneur

Jery Kwan Boyong My Gym ke Indonesia

Jery Kwan Boyong My Gym ke Indonesia

Usia 1-3 tahun merupakan usia yang penting dalam tumbuh kembang anak. Pada usia tersebut, anak sedang dalam proses membentuk dirinya. Pengembangan kognisi serta emosi pada usia dini menciptakan fondasi paling hakiki si kecil. Untuk itu, aktivitas fisik tentu sangat dibutuhkan. Sayangnya, banyak balita yang kurang bergerak karena terlalu ‘nempel’ dengan gadget yang diberikan orang tuanya. Alhasil, anak yang kurang gerak cenderung pemalu. Apalagi ruang publik seperti lapangan atau taman semakin langka di Jakarta. Bagaimana solusinya? Anda bisa memasukkan anak Anda ke gym yang dikhususkan untuk balita. Gym khusus balita ini, bukan seperti gym untuk orang dewasa yang dipenuhi dengan aktivitas olah raga, namun lebih ke kegiatan fisik untuk anak-anak yang dibarengi oleh kegiatan belajar.

Salah satu pemain di baby gym ini adalah My Gym. Di Indonesia, nama My Gym belum setenar baby gym lainnya. Namun, My Gym sendiri sudah ada sejak tahun 1983 oleh William Caplin and Yacov & Susi Sherman di Amerika. Saat itu, outlet mereka hanya ada 2. Baru di tahun 1995, mereka mulai mengembangkan bisnis mereka ke dalam bentuk franchise. Saat ini, sudah ada 377 outlet di 30 negara dan sudah ada lebih dari 1 juta murid.

(ki-ka)

(kanan) Jery Kwan, Direktur PT Kids Fitness Indonesia atau My Gym bersama partner bisnis dari Jepang

Jery Kwan, Direktur PT Kids Fitness Indonesia adalah yang membawa My Gym ke Indonesia. Awal mula My Gym di Indonesia berawal dari kunjungannya ke Singapura tahun lalu. Di Singapura, ia melihat ada 6-7 outlet My Gym. Ia pun melihat-lihat kompetitor My Gym yang ada di sana, dan ternyata kompetitor di sana tidak seramai dengan My Gym.

“Anak-anak yang selesai kelas di My Gym terlihat senang sekali. Kelas yang ada di My Gym menggabungkan kegiatan fisik dengan edukasi. Misalnya, belajar alphabet. Pelatihnya bilang huruf A, nanti murid-murid akan mencari di sekililing kelas benda-benda yang huruf awalnya A seperti apel. Dengan begitu, murid-murid akan bisa lebih mengerti oh ini yang namanya apel. Jadi, belajar sambil bergerak. Metode seperti ini tentu lebih efektif ketimbang guru hanya menunjukkan gambar saja. Kegiatan fisiknya menggunakan music untuk melatih kepekaan anak. Jadi ketika musiknya kencang, anak bisa tau ini kegiatan pemanasan, jika suara musiknya dikecilkan anak tau jika kegiatannya sudah mau selesai,” ujarnya.

Jery memutuskan untuk membawa My Gym ke Indonesia karena ia melihat keadaan masyarakat Singapura yang mayoritas orang tuanya bekerja, sehingga sama dengan kondisi di Indonesia. Ia mendirikan perusahaan joint venture dengan Eric, sebagai pemegang lisensi My Gym untuk Asia Tenggara. Outlet My Gym Indonesia pertama resmi dibuka di Januari 2016 di Aeon Mall BSD.

Selama 5 bulan beroperasi, respon yang diterima My Gym bisa dibilang positif, sudah ada 60 lebih murid yang bergabung dengan My Gym. Rata-rata murid yang bergabung di My Gym ini berusia 3 tahun dan kebanyakan merupakan warga negara asing yang tinggal di Indonesia.

“Di Indonesia My Gym memang belum dikenal. Tapi jika ada konsumen yang pernah ke luar negeri pasti sudah tahu My Gym,” jelas Jery yang merupakan mantan akuntan di PwC ini. Jery sendiri menginkan agar pertumbuhan My Gym tidak telalu pesat di awal-awal melainkan bertahap. Alasannya, agar kualitas guru terkontrol terlebih dahulu. “Handle 2 orang anak dengan 10 anak kan berbeda. Jika gurunya tidak siap malah bahaya. Jadi saya inginnya pelan-pelan saja,” tambahnya.

My Gym menyediakan kelas untuk umur 19 bulan sampai 3.5 tahun, Little Bundles ( untuk 3 sampai 6 bulan), Tiny Tykes (7 to 10 bulan), Waddlers (11-18 bulan), Gymster (19 bulan – 3 tahun), Terrific Tots (3-5 tahun), dan Whiz Kids (6-8 tahun). Dengan biaya Rp 1.250.000 per bulan, anak dapat mengikuti kelas mandatory, gym, dan open gym. Anak bisa datang ke kelas open gym setiap hari, namun rata-rata anak hanya datang 3 kali dalam seminggu saja.

Jery mengklaim, kelebihan My Gym dibandingkan pemain lainnya adalah kurikulum yang dibuat oleh My Gym pusat di Amerika. Tidak ada kompetisi yang di dalam pembelajaran. Maksudnya, penilaian diberikan bukan berdasarkan angka, melainkan melalui surat. “Orang tua akan dikirimi surat mengenai hal-hal yang sudah bisa dilakukan oleh anaknya dan akan diberikan saran-saran oleh gurunya,” jelasnya.

Jery akan mengembangkan My Gym Indonesia dengan cara franchise juga, namun ia akan memiliki saham di setiap cabang untuk tetap menjaga kualitas. “Karena 1 lokasi menentukan nama baik semua cabang. Ini bisnis jasa dan lebih lagi ini untuk anak-anak jadi kualitas harus dijaga sekali. Sudah banyak permintaan untuk membeli franchise di Makasar, Surabaya, Palembang, dan lain-lain juga”.

Untuk modal pembukaan 1 outlet My Gym, tergantung dari sewa tempatnya. Namun, modal untuk renovasi, peralatan gym, dan modal kerja saja membutuhkan modal Rp 1,2 miliar. Untuk target break even point (BEP) tergantung dari fixed cost karena sangat tergantung dari harga sewa tempat.

Untuk pemasaran, Jery masih memanfaatkan strattegi marketing getok tular (word of mouth), website, Facebook, dan Instagram. Tahun ini, My Gym akan membuka 4 outlet lagi dan sekaligus membuka play group. “Persiapan kami untuk playgroup sudah matang. Guru-guru sedang ditraining di My Gym Singapura agar mereka merasakan langsung mengajar playgroup,” kata Jery. 5 tahun ke depan, Jery menargetkan untuk membuka 12 outlet di seluruh Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved