Entrepreneur

Kiat Tiga Sekawan Orbitkan Komik Volt

Kiat Tiga Sekawan Orbitkan Komik Volt

Komik Indonesia genre superhero pernah mengalami masa kejayaannya di masa silam. Pembaca komik Indonesia tentu masih ingat dengan tokoh-tokoh pahlawan super buatan local, seperti Gundala Putera Petir, Aquanus, dan Godam Manusia Besi, yang sempat begitu populer di tahun 1960-1970an. Sayangnya, para jagoan tersebut mendadak seperti hilang bak ditelan bumi. Remaja atau anak-anak yang tumbuh di era setelahnya lebih banyak menggilai komik luar negeri asal Negeri Paman Sam dan Negeri Sakura.

Barulah di tahun 2012, mulai timbul lagi secerca harapan baru. Karakter pahlawan super buatan lokal mulai bertaji kembali dengan diluncurkannya komik berjudul Volt, yang digawangi tiga kerabat, Sarjono Sutrisno, Marcelino Lefrandt, dan Aswin MC, di bawah naungan Skylar Comics.

Volt, tokoh superhero

Volt, yang digawangi tiga kerabat, Sarjono Sutrisno, Marcelino Lefrandt, dan Aswin MC(foto; ganlub.com)

Respon pasar terhadap komik ini cukup bagus. Terhitung sekitar 3000 sampai 4000 eksemplar dicetak dalam setiap edisinya. Saat ini Volt sudah memasuki edisi terakhir atau edisi ke 10 dan memiliki jangkauan pembeli mayoritas di wilayah Jabodetabek. “Responnya bagus, bahkan edisi ketiga dan kenam selalu sold out,” ujar Wakil CEO Skylar Comics, Marcelino Lefrandt.

Cikal bakal Skylar Comics sendiri, ia bercerita, berawal dari pembicaraannya dengan Aswin MC Siregar untuk membuat komik superhero Indonesia. Kedua sahabat tersebut punya ide untuk menciptakan karakter-karakter superhero komik Indonesia yang dinamis, sesuai dengan perkembangan jaman dengan sentuhan budaya Indonesia. “Suatu hari nanti kita harus buat jagoan kita sendiri, Win” ujar Marcelino ke Aswin ketika itu,

Ternyata ide tersebut menjadi kenyataan saat Marcelino berkenalan dengan Presdir Skylar Picture, Sarjono Sutrisno, tahun 2011. Tanpa diduga Sarjono juga pecinta komik. Ia kemudian membantu dalam sisi pendanaan dan juga menjabat sebagai CEO Skylar Comics.

Gayung bersambut, akhirnya timbullah kesepakatan untuk menseriusi inisiasi komik Volt. Pada 1 Maret 2012, komik tersebut lantas mulai dirilis di pasaran. “Tahun itu belum banyak industri omik. Belum ada yang berani untuk menjual ke pasar, karena masih terkekang publisher besar,” kata Mercelino.

Bagi yang belum pernah membaca komik Volt, komik ini menggambarkan superhero yang punya kemampuan mengendalikan elemen listrik. Untuk lebih memasukkan unsur lokal di komik tersebut, tak jarang berbagai atribut khas Indonesia dimunculkan, semisal Monas, Bendera Indonesia, bus Transjakarta dan lain-lain.

Meski begitu, dari segi penggambaran, para pembaca bisa menemukan unsur ke-bara-barat-an di komik terebut. Penampilan Volt bisa dibilang kental dengan pengaruh gaya komik barat. Namanya pun sengaja dibuat lebih bernuansa internasional menggunakan nama ‘Volt’, yang tak lain ialah satuan ukur listrik yang berlaku secara internasional. “Untuk desainnya kami memang sengaja menampilkan superhero dengan international look, itu strategi kami,” Aswin menandaskan. Tujuannya, agar anak-anak yang sudah terbiasa membaca komik superhero dari Amerika dan Jepang, dapat menerima dengan cepat tokoh Volt. Toh, saat ini komik Volt tak hanya diedarkan untuk dalam negeri tapi juga untuk pasar luar negeri. “Untuk edisi Volt perdana kami cetak terbatas hanya 1000 dalam versi Inggris sebagai trial untuk go internasional,” ujar Aswin.

Aswin mengaku banyak banyak menggunakan acara-acara talkshow sebagai ajang promosi. Kebetulan, Marcelino juga merupakan artis yang sudah cukup terkenal, sedangkan dia sendiri adalah komikus kenamaan sekaligus musisi. ”Ketika menjadi bintang tamu talk show, mereka banyak menanyakan bisnis yang sedang saya jalani,” ungkapnya.

Ke depan, berbagai rencana siap direalisasikan oleh Skylar. Tak cuma mengangkat kisah Volt menjadi film, perusahaan ini juga akan menggarap Volt dalam bentuk novel dan menjual merchandise superhero. “Untuk filmnya sedang on going,” ia menambahkan.

Saat ini, Skylar juga sedang fokus untuk melakukan penetrasi pasar komik dengan kehadiran karakter superhero wanita bernama Valentine. Meski Valentine muncul sesudah Volt, nyatanya tokoh ini dipilih lebih dulu untuk dirilis filmnya. “Rilis Juni atau Agustus sebagai jembatan untuk mengangkat film Volt. Karena itu, di dalam film Valentine ada sedikit tentang Volt,” Aswin menuturkan.

Komikus Sweta Kartika mengapresiasi cara Skylar memasarkan komik Volt. Menurutnya, Volt lumayan cukup agresif melakukan rentetan promosi, baik di media online maupun dan media konvensional. Meski diterbitkan dalam bentuk buku cetak, penyebaran komik Volt juga sangat ramai di media sosial. Perusahaan ini, kata Kartika, juga cukup disiplin menjaga interval penerbitan untuk menjaga animo pasar.

Ia pun menyarankan agar Skylar menambah divisi translasi dan divisi pemasaran untuk pasar luar negeri. Dengan cara ini, Volt bisa lebih luas dalam menggemakan kekuatannya meraup pasar internasional seperti yang dicita-citakan. “Event-event pameran buku besar dengan skala internasional dan menjual rights penayangannya ke penerbit luar negeri mungkin bisa jadi pertimbangan,” ujar Kartika. (Reportase: Tiffany Diahnisa/Riset: M. Khoirul Umam)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved