Entrepreneur

Lars Voedisch Fokus Majukan Start up

landscape 2

Berkecimpung di dunia public relation selama 15 tahun membuat Lars Voedisch memutuskan untuk membuat PRecious Communication, sebuah agensi public relation di Singapura. Lars pernah bergabung dengan Hill+Knowlton Strategies sebagai Executive Director, Dow Jones sebagai Managing Consultant, Fleishman sebagai Account Director, DHL sebagai Corporate Communication Manager, dan menjadi President di AIESEC Jerman. Menjabat sebagai Managing Director serta Principal Consultant di perusahaanya sendiri,

Lars berfokus kepada start-up. Ia pernah bekerja sama dengan Evernote, Foodpanda, 99co, Helpling , dan masih banyak lagi. Berikut ini petikan wawancara SWA Online dengan eksekutif muda itu.

Seberapa besar pengaruh public relation dengan start-up?

Saya rasa public relation sangat penting untuk start-up karena mereka harus membangun brand mereka sebagai start-up. Dan yang paling penting untuk start-up adalah membangun kepercayaan. Salah satu fungsi utama public relation adalah membantu mereka dalam membangun kepercayaan. Membangun cerita mengenai para pendiri dan orang-orang di belakangnya, visi dan misinya, membuat cerita mengenai perusahaannya yang lebih dari cerita mengenai pendirinya.

Selain itu, membangun konsep bisnis, mengapa mereka unik. Yang paling penting adalah customer story or investment story. Kebanyakan start-up mencampurakan kedua hal ini dan tidak jelas.

Sebagai konsumen (tergantung B2B atau B2C), mereka tidak peduli dengan business model dan bagaimana cara mereka menghasilkan uang. Yang konsumen pikirkan adalah bagaimana suatu produk dapat mengubah hidup mereka dan bagaimana suatu produk dapat membantu aktivitas mereka. Di saat yang sama, investor lebih menekankan mengapa business model mereka berbeda? Apa strategi monetization nya? Jadi star-up harus membangun kepercayaan dengan konsumen dan investor. Membangun kepercayaan membutuhkan pihak ketiga, seperti public relation. Apakah Anda pernah atau akan bekerja sama dengan start-up dari Indonesia?

We are working with few companies that are pre-Indonesia launch. Beberapa foundernya merupakan orang Indonesia, saat ini mereka sedang tes pasar. Ke depan mereka akan berekspansi ke Indonesia. Kami sudah banyak bertemu dengan start-up di Indonesia.

Saran saya untuk mereka, jika mereka punya pasar domestic yang besar, fokuskan dulu di sini. Karena mereka harus membuktikan business model mereka berhasil terlebih dahulu. Jika cash flow sudah lancar, barulah berekspansi.

Bagaimana menurut Anda mengenai start-up di Indonesia dibandingkan dengan start-up di negara lain?

Saya pikir start-up di Indonesia dan di negara lain hampir mirip. Ada 2 tipe pendiri start-up. Pertama, mereka yang merupakan lulusan universitas atau yang masih berkuliah mencoba untuk membuat start-up tapi mereka tidak mengeluarkan semua kemampuan mereka. Kedua, profesional yang sudah memiliki banyak pengalaman untuk memulai start-up karena sudah jenuh bekerja di korporasi. Risikonya lebih tinggi karena opportunity cost semakin tinggi namun pengalaman mereka benar-benar lebih tinggi dibanding tipe pertama dan tingkat kesuksesannya lebih tinggi

Di sisi marketing, start-up di Indonesia lebih tertantang lagi karena pasarnya sangat tersebar luas, tidak hanya di Indonesia. Ada beberapa perusahaan lokal yang berasal dan berpusat di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan daerah lain kesulitan ketika mereka ekspansi nasional. Mereka membutuhkan dana yang tidak sedikit karena user acquisition membutuhkan dana yang besar. Banyak perusahaan yang gagal karena tidak memiliki startegi yang jelas.

Penetrasi smartphone di Indonesia tinggi sehingga digital marketing mudah dilakukan, terutama melalui media sosial. Saya selalu terkejut berapa likes dan retweet dari Indonesia ketika saya mengeluarkan suatu campaign.

Apa Anda punya saran untuk start-up di Indonesia?

Fokus dulu di bidang yang mereka kuasai. Jangan mencoba untuk menjadi ahli segalanya untuk semua orang.

Kesalahan apa yang biasa dialami start-up?

Kesalahan yang biasa mereka lakukan adalah tidak fokus dengan apa yang mereka kerjakan. Mereka kadang tidak mengerti media tidak selalu mempublished press release yang mereka berikan. Founder terkadang bersikap seperti diva, sulit ditemui untuk sesi wawancara dengan media.

Apa saja tantangan untuk start-up di Indonesia untuk saat ini?

Pasar semakin kompetitif, mendapatkan perhatian konsumen akan semakin sulit. Kompetisi tidak hanya datang dari lokal, tetapi juga internasional. Jadi start-up harus cepat menemukan keunikan mereka, apa strateginya, dan bagaimana mereka menghadapi potensi pasar yang datang dari luar, apa strategi internationalization nya.

Apakah dukungan dari pemerintah penting untuk start-up?

Untuk beberepa sektor, ya. Sebagai contoh, di Singapura pemerintahnya memberikan start-up harga spesial untuk kantor untuk memulai usahanya. Co-funding yang didukung oleh pemerintah menjadi lebih mundah untuk mendapatkan modal awal. Pemerintah dapat mendukung dengan beberapa infrastuktur standar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved