Entrepreneur

Lika-Liku Jo Susanto Membesarkan IT Galeri

Lika-Liku Jo Susanto Membesarkan IT Galeri

Perjalanan hidup yang dilalui oleh Jo Susanto tidaklah mudah. Lika-liku dan jatuh bangun dalam merintis bisnis sudah habis dia rasakan. Perjalanan bisnisnya bermula ketika ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempat ia bekerja selama 6 tahun di Metrodata Technology. Memberanikan diri untuk berbisnis, di tahun 1995 Jo memulai kariernya dalam berbisnis dari menjadi seorang distributor berbagai perlengkapan IT dari merek Acer seperti harddisk, modem hingga soundcard. Di tahun 1996 ia memperluas bisnisnya dengan menjadi distributor monitor Samsung. “Saat itu, kami memang mendapat dukungan dari Metrodata, tempat saya bekerja dulu dari tahun 1989 hingga 1995,” cerita Jo.

Namun kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 dan krisis moneter juga berdampak sangat besar bagi bisnis yang digeluti pria kelahiran Makassar ini. Bisnis yang ia bangun jatuh karena utang dalam harga dollar AS yang mendadak tinggi harus ditelan dengan rasa pahit Dari jatuhnya bisnis pada tahun tersebut, Jo kembali mencoba merintis kembali bisnisnya dan mengambil pelajaran dari semua yang terjadi.

Jo Susanto, Owner IT Galeri

Jo Susanto, Owner IT Galeri

Ia memulai bisnisnya kembali dari nol, mulai dari sebuah toko kecil. Namun kali ini Jo membuka usahanya berbeda dengan sebelumnya. Ia banting stir dari seorang distributor, kini ia mencoba peruntungan dengan menjadi seorang retailer. “Alasannya sederhana, kami melakukan apa saja yang bisa kami kerjakan. Kerusuhan yang terjadi memang menghabiskan modal kami. Kalau retail kan kita beli berapa, maka akan langsung kita jual ke end user berapa. Dari situ kami juga belajar dan mulai mengerti bagaimana kebutuhan pasar,” kenang Jo. Menurutnya, selain tidak harus dengan modal yang besar seperti ketika menjadi seorang distributor, menjadi retailer juga cashflow-nya lebih terasa karena uang yang diterima langsung didapatkan ketika transaksi dilakukan.

Bisnis yang dijalani oleh Jo terus mengalami perkembangan, di tahun 2003 hingga 2006 ia mencoba masuk ke perusahaan dan mulai menjajaki proyek pemerintah. Namun, untuk terus berkembang tentunya tidak pernah lepas dari berbagai rintangan. Salah satu kendala yang harus kembai ia hadapi ialah dalam hal pembayaran dan risiko yang besar karena fluktuasi dollar AS yang terjadi.

“Untuk masuk ke perusahaan dan proyek pemerintah sistemnya sama dengan ketika kami menjadi distributor di awal bisnis. Kami jual ke mereka dengan cara kredit, service yang kami berikan harus bagus, harganya pun harus kompetitif, namun payment nya yang lama. Dengan begitu cashflow nya tidak berputar. Karena pembayaran bisa sampai 30 hingga 45 hari,” terang Jo.

Dari apa yang terjadi di tahun 2003 hingga 2006, Jo kembali belajar dan memberanikan diri untuk benar-benar fokus di bisnis retail. Hingga di tahun 2006 ia mulai menggarap pasar retail di pinggiran kota seperti Cibubur, Point Square, Ambassador. “Pertamanya kami memang fokus menggraap di daerah selatan karena memang kantor kami dulu di daerah fatmawati.lalu melihat peluang yang ada, akhirya kami mencoba masuk ke daerah lain sepeti Bekasi, Serang, Cilegon, Mangga Dua dan Ratu Plaza,” ucap Jo menjelaskan.

Hingga kini, bisnis yang digeluti bapak tiga anak ini semakin berkembang dan semakin dikenal khalayak. Hingga tahun 2015 ini sudah terdapat total 22 toko, yaitu 9 toko Lenovo, 7 toko Hawlett Packard, 4 toko Dell, dan 2 toko MSI. Toko Lenovo menjadi yang paling banyak karena menyesuaikan permintaan pasar. Segmentasi pasar juga menjadi perhatian Jo, seperti Lenovo yang pasarnya untuk menengah ke bawah, HP untuk pasar kelas menengah, Dell untuk menengah ke atas, serta MSI untuk kelas premium. Karena alasan inilah jumlah toko IT galeri disesuaikan dengan kebutuhan pasar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved