Profile Editor's Choice

Jurus Erwin Wijaya Kembangkan Cat Lokal Berkelas Internasional

Jurus Erwin Wijaya Kembangkan Cat Lokal Berkelas Internasional

Erwin Wijaya mendirikan PT Indowijaya Sakti Teguh pada 2012. Perusahaannya itu memproduksi cat tembok bermerek Puffin Paint. Erwin adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahnya, Effendy Wijaya, adalah pendiri sekaligus pemilik PT Indopenta Sakti Teguh.

Erwin menceritakan, ayahnya merupakan pengusaha bahan bangunan, khususnya keramik dan granit, yang dirintisnya 25 tahun silam. Indopenta menjual keramik bermerek Grand Royal. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini memiliki jaringan distribusi di sejumlah kota di Indonesia. Pabrik keramiknya berlokasi di Bogor, Jawa Barat.

Nah, kiprah Erwin menggeluti bisnis cat tembok bermula dari pengamatan dan pengalamannya di bisnis bahan-bahan bangunan di Indopenta. “Saya melihat peluang bisnis cat tembok. Selama ini cat tembok adalah satu-satunya bahan bangunan yang belum dijual Indopenta,” ungkapnya. Dia meyakini, peluang pasar cat tembok sangat potensial karena skala pasarnya sangat besar. “Kalau keramik itu kan hanya sekali digunakan konsumen dalam jangka waktu yang lebih lama, tetapi konsumsi untuk cat mungkin setiap tiga tahun sekali, sehingga market-nya besar sekali,” ia menjelaskan alasannya menekuni bisnis cat tembok.

Erwin Wijaya, CEO PT Indowijaya Sakti Teguh. (Foto : Majalah SWA).

Erwin Wijaya, CEO PT Indowijaya Sakti Teguh. (Foto : Majalah SWA).Sebelum ke Tanah Air, Erwin mengasah jiwa kewirausahaannya di China dengan membuka restoran Ipotsuki. Erwin bertualang ke Negeri Tirai Bambu seusai merampungkan kuliah S-1 pada 2011 di University of International Business and Economics, Victoria University, Australia. Ia tinggal di Beijing, China, untuk menimba ilmu bahasa selama satu tahun. Setelah menimba ilmu bisnis di negara tersebut, ia kembali ke Tanah Air dan membantu perusahaan keluarganya, Indopenta.

Perjalanan bisnis Erwin tidak bisa dilepaskan dari kegigihannya mendirikan Indowijaya pada 2012. Modal awal pendirian perusahaan tersebut bersumber dari pinjaman dan subsidi Indopenta. Indowijaya memproduksi cat tembok yang bermerek Puffin Paint. Erwin bercita-cita, Puffin Paint menjadi cat dinding yang menguasai pasar nasional dan internasional. “Puffin Paint beroperasi hampir tiga tahun. Sebagai perusahaan baru, omset kami sekitar Rp 500 juta tiap bulan dengan market share 5%,” tuturnya.

Awalnya, cat dinding yang dijual Erwin nyaris mirip dengan produk sejenis di pasaran. “Kinerja kami mengalami naik-turun di tahun pertama,” ia mengungkapkan. Ia lalu mencari celah bisnis agar cat temboknya bisa digemari konsumen serta mendongkrak omsetnya. Berdasarkan pengamatannya, Erwin memproduksi cat tembok untuk segmen menengah-bawah. Alasannya, cat tembok premium yang sudah ada di pasaran memiliki pangsa pasar tersendiri dan konsumen lebih mengutamakan merek-merek cat tembok tersebut. Akibatnya, konsumen tidak mudah jatuh hati ke merek cat tembok lainnya. Itulah alasan Erwin memproduksi cat tembok yang menyasar segmen pasar tersebut. “Akhirnya, saya memproduksi Nucolour, yaitu cat tembok untuk segmen menengah-bawah. Produk tersebut lumayan laris,” ujarnya.

Nucolour merupakan cat dinding eksterior. Harga jualnya Rp 1,3-1,4 juta per kaleng yang berbobot 25 kilogram. Garansinya lima tahun. Respons pasar terhadap Nucolour sangat menggembirakan. Lalu, Erwin memperluas sayap bisnisnya melalui distribusi yang dimilikinya sendiri. “Jumlah distributor sebanyak 25 cabang, mayoritas berada di Pulau Jawa, sedangkan cabang di luar Pulau Jawa sebanyak lima unit,” pria kelahiran Jakarta 17 Maret 1987 ini menerangkan. Tahun lalu, ia mengubah strategi distribusi Puffin Paint ke agen-agen penjualan. Tujuannya, agar saluran penjualan cat temboknya lebih fokus dan tepat sasaran. “Saat ini, jumlahnya sebanyak lima agen penjualan. Nantinya penjualan melalui distributor mulai dikurangi karena saya akan menjualnya ke agen-agen penjualan,” Erwin menambahkan.

Saluran penjualan cat temboknya dibarengi dengan produk yang inovatif. Indowijaya pada September 2015 merilis cat antiserangga yang diberi merek Insect Guard. Kehadiran produk yang inovatif adalah opsi yang dipilih Erwin untuk menerobos pasar. Hitungannya tidak meleset karena Insect Guard mampu mendongkrak nama perusahaannya dan Puffin Paint. “Insect Guard adalah produk buatan Indonesia yang diproduksi di pabrik kami di Cileungsi, Bogor,” katanya dengan nada bangga.

Erwin melihat ceruk bisnis yang menggiurkan bagi pasar cat tembok antiserangga. Berdasarkan kajian internal Indowijaya, ia menyimpulkan bahwa konsumen domestik membutuhkan cat tembok antiserangga. Bahan Insect Guard ini tediri dari bahan pengikat akrilik khusus dan mengandung zat kimia alami yang berasal dari ekstrak biologis dan tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengusir aneka serangga. Produk ini sudah melalui serangkaian tes dan ujicoba serta terdaftar di HSE (Health & Safety Executive) Inggris. Daya tahan cat ini lebih dari tiga tahun, mudah dibersihkan, aman, dan antijamur. Cat tersebut sudah diproduksi dalam 10 warna. Erwin menyebutkan, pihaknya di tahun 2016 akan menambah varian warnanya hingga 1.100 pilihan. “Sedangkan target penjualan Insect Guard pada semester I tahun ini sebesar 300 ton/bulan,” ujarnya. Harga cat itu dibanderol Rp 200 ribu untuk kemasan 5 kg atau Rp 1,2 juta untuk kemasan 25 kg.

Erwin mengklaim, Insect Guard tidak ada pesaingnya di pasar domestik. Cat antiserangga di luar negeri, lanjutnya, tersedia di Jepang, Malaysia, serta negara-negara Afrika dan Eropa. Ke depan, ia akan menguji tes tingkat keracunan Insect Guard di Singapura. “Hasil tes di Singapura menjadi modal untuk mengekspornya ke luar negeri,” tuturnya. Untuk menaikkan performanya, Erwin bertekad untuk terus berinovasi serta mengembangkan produk dan komunikasi pemasarannya. Effendy, sang ayah, menyarankan Erwin agar rajin memantau langsung operasional bisnisnya. “Agar mendapatkan pengalaman yang lebih banyak,” Effendy menegaskan.(*)

Vicky Rachman & Tiffany Diahnisa

Riset: Muhammad Khoirul Umam


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved