Editor's Choice Entrepreneur

Triyono, Membangun Bisnis Ternak Potong dengan Pola Kemitraan

Triyono, Membangun Bisnis Ternak Potong dengan Pola Kemitraan

Meskipun memiliki fisik yang kurang sempurna, lelaki yang tinggal di Sukoharjo ini tidak lantas menyerah pada nasib dan berhenti beraktivitas. Dengan memanfaatkan potensi kecerdasan yang ia miliki serta bekal ilmu di bidang pertanian dan peternakan yang diperolehnya selama duduk di bangku kuliah, Triyono yang merupakan salah satu alumnus Universitas Sebelas Maret (Solo) tahun 2007 ini mulai menekuni dunia agrobisnis dengan mengembangkan usaha ternak bebek potong, ayam potong dan sapi potong.

Usaha tersebut diawalinya pada 2006 silam, ketika ia masih berstatus sebagai mahasiswa. Disela-sela kesibukannya selama berada di kampus, lelaki yang akrab dipanggil Tri ini nekat memulai bisnis ternak bebek dengan modal usaha sebesar Rp 5 juta. Modal tersebut kemudian digunakannya untuk membeli 500 ekor bebek dan dibudidayakan di pekarangan milik keluarganya. Walaupun ia harus berjalan dengan bantuan tongkat (kruk), namun kejeliannya dalam melihat pasar dan kemampuannya di bidang peternakan membuat bisnisnya menghasilkan untung yang cukup besar.

Menyadari peluang usaha dari agribisnis cukup besar karena menyangkut kebutuhan primer banyak orang, bermodal Rp 20 juta, putra dari Priyono Raharjo dan Marinah ini pun mantap membangun usaha secara serius sejak tahun 2007. Dengan mengibarkan bendera CV Tri Agri Aurum Multifarm, Tri berbisnis peternakan terpadu sapi potong, ayam potong, dan pupuk organik. Bekal kuliah menjadi nilai plus mengembangbiakan ternak. Alhasil, di 2008, dia mampu meraih omzet Rp 50 juta per bulan. Dia juga berhasil membuka lapangan kerja baru di desanya.

Sejak mengembangkan usaha agribisnis dengan bendera Tri Agri, omset Triyono terus menanjak setiap tahun. Jika pada 2008, penghasilannya baru sebesar Rp 500 juta. Di 2010 lalu, pendapatannya melonjak enam kali lipat menjadi Rp 3 miliar. Triyono, yang kerap memberikan penyuluhan kepada mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret, Surakarta, memanfaatkan kotoran hewan ternaknya menjadi pupuk kompos, kemudian dijual ke pasar seharga Rp 350 per kilo. Dalam sebulan, Triyono dapat mengolah 15 ton kotoran ternak yang disulap menjadi pupuk. Pria yang sempat mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) selama setahun saat usia delapan tahun ini bilang, ide mengolah limbah peternakan muncul ketika ia melihat kotoran ternak yang makin menggunung di sekitar lahan peternakannya.

Majalah SWA berkesempatan untuk bertemu Triyono di sela kesibukannya. Berikut wawancara reporter SWA Rangga Wiraspat dengan Triyono:

Triyono

Bagaimana Anda membangun CV Tri Agri Aurum?

Saya sering mengalami penolakan dari masa saya SD sampai kuliah karena kondisi fisik saya. Dari situ saya berpikir, daripada saya mengalami penolakan lagi saat mencari kerja, saya mulai melirik potensi dari bisnis. Sejak kuliah, saya menjalani beragam usaha, mulai dari percetakan, konveksi, sampai servis komputer. Saat itu, di tahun 2005-2006, saya sebagai mahasiswa sudah mempunyai utang. Waktu semester tiga saya meminjam BPKB teman agar bisa meminjam uang sebesar Rp 5 juta dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ketika KUR tersebut lunas, saya menggandakan pinjaman KUR lagi sebesar Rp 17 juta, kemudian Rp 60 juta, begitu terus.

Namun beberapa usaha semasa kuliah tidak sesuai harapan. Percetakan hanya berjalan satu tahun, sementara konveksi hanya bertahan enam bulan. Saya berpikir untuk mencari bisnis yang tidak capek, karena saat menjalankan bisnis percetakan dan konveksi, untuk berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya dibutuhkan upaya yang melelahkan. Akhirnya saya melirik bisnis komoditas pangan, dimulai pada tahun 2007 sebagai broker hewan kurban. Saya meghubungi petani yang ingin menjual sapinya, kemudian saya mencari pembeli, terkadang saya sudah DP ke petani terlebih dulu. Selama menimba pengalaman di agribisnis, saya mendapat ilham untuk mengembangkan agribisnis dengan basis ekonomi kerakyatan. Selama dua tahun, dari 2007 sampai 2009 saya merancang agribisnis berbasis kemitraan. Setelah sebelumnya hanya usaha perorangan, di tahun 2009 saya legalkan perusahaan agribisnis CV Tri Agri Aurum Multifarm.

Waktu awal pendirian CV Tri Agri Aurum Multifarm, partner utama saya hanya satu orang, yaitu Fauzan Sigma Aurum. Jika ditotal pada periode 2007-2009, perputaran modal yang saya dapatkan sekitar Rp 500 juta. Untuk pendirian CV, saya menggunakan akses pribadi dan akses perbankan untuk modal awal. Saya mengucurkan uang pribadi sejumlah kurang lebih Rp 20 juta, sementara modal dari pinjaman bank kurang lebih Rp 150 juta. Saat itu pembagian saham saya dan Fauzan masing-masing 50%. Pembagian tugas antara saya dengan Fauzan adalah saya mengurusi kegiatan teknis agribisnis, karena sesuai dengan jurusan kuliah saya, sementara Fauzan lebih berfokus pada kegiatan administratif, segala kegiatan surat-menyurat, laporan keuangan, ia yang kelola. Di tahun 2010, Fauzan mengundurkan diri karena mendapatkan pekerjaan baru.

Mengapa Anda terjun di Agribisnis?

Saya menyukai agribisnis karena saya melihat ada tiga hal di Indonesia yang selalu ada potensinya untuk dikembangkan. Ketiga hal itu adalah pendidikan, kesehatan, dan pangan. Menurut saya, jika kita berkecimpung di ketiga bidang ini, tidak akan ada matinya. Ini tidak sekedar idealisme saya saja, namun sudah saya kalkulasi secara bisnis.

Apa keunggulan produk/bisnis yang Anda jalankan?

Dari segi barang, saya pikir keunikan produk CV Tri Agri Aurum hampir sama saja dengan produk lain. Kelebihan kami lebih kepada transfer ilmu yang CV Tri Agri Aurum berikan kepada mitra-mitra bisnis kami seperti paguyuban-paguyuban tani yang saya bentuk, kami juga mengajarkan mereka pengelolaan pasca panen seperti pengelolaan limbah. Memang jika dilihat produknya kami tidak berbeda jauh dengan yang lain, namun secara sistem kerjasama kami berbeda dibandingkan pedagang biasa. Kerja sama dengan CV Tri Agri Aurum bisa memberikan dampak positif yang juga dirasakan oleh para petani dan masyarakat menengah ke bawah. Mitra bisnis kami banyak dari kalangan koperasi dan kelompok tani. Saat ini mitra bisnis koperasi kami sudah se-Jawa Tengah, di bawah komando Koperasi Unit Desa (KUD) Jawa Tengah, karena kami memang sudah membuat komitmen dengan KUD Pusat Jawa Tengah. Pembagian porsi kerja sama dengan para koperasi di Jawa Tengah adalah kami sebagai pelaksana teknis produksi sementara koperasi pelaksana tugas-tugas administratif dan finansial.

Jadi, koperasi juga ikut menopang secara finansial pengembangan usaha ternaknya, kami bantu secara teknis produksi dan pemasarannya. Setelah transaksi dagang berjalan selama satu tahun, barulah kami bagi hasil dengan pihak koperasi sebesar 50-50. Sejak awal CV Tri Agri Aurum bersama mitra berfokus pada pengembangan ternak sapi, belum lama ini CV Tri Agri Aurum mentransfer ilmu ternak ayam kepada mitra. Saya juga menjual pupuk dari limbah peternakan, dan saya menyarankan kepada mitra bisnis saya untuk melakukan hal itu juga. Saya membekali mereka dengan cara-cara mengolah limbahnya.

Bagaimana cara Anda mencari mitra?

Saya sering menginap di rumah pemotongan daging dan pasar untuk mengetahui siapa pembeli dan siapa yang menyuplai daging. Dari sering menginap di kedua tempat itu saya mengetahui siapa penyuplai utama daging. Biasanya satu pemotong atau penyuplai utama daging membawahi beberapa pedangang kecil di pasar. Penyuplai utama itulah yang saya ajak kerja sama.

Apa terobosan yang Anda lakukan untuk mengembangkan bisnis CV Tri Agri?

Dulu CV Tri Agri Aurum hanya bermain pada sektor sapi potong, sekarang kami mulai bermitra pada sektor ayam potong. Kami juga mulai pengembangan sektor hilir sejak tahun 2010, termasuk proyek produk olahan berupa bakso.

Apa kesulitan yang pernah dihadapi dan apa solusinya?

Permasalahan yang saya hadapi sangat banyak, paling utama pada masalah market, hal itu termasuk masalah harga, politik, alam, dan SDM. Dalam peternak, dua masalah utama adalah market dan kesehatan. Untuk mengelola masalah kesehatan, Kami melakukan pembekalan materi sebelum kegiatan produksi kepada para peternak. Seringnya adalah masalah penyakit. Kami membuat forum tanya jawab untuk menganalisis secara bersama-sama masalah yang dihadapi. Sementara itu, mengelola SDM seperti mengatur langit, sulit sekali memprediksinya. Baik karyawan atau mitra bisnis, jika sudah mengganggu sistem bisnis CV Tri Agri Aurum langsung saya buang, karena saya tidak ingin menyimpan racun. Untuk mengatasi permasalahan harga, setiap pagi saya melakukan koreksi harga di pasar tradisional. Untungnya fluktuasi harga daging sapi terjadi secara bulanan atau tahunan, dibandingkan fluktuasi harga daging ayam yang terjadi harian. Maka, saya menambah tenaga SDM untuk sektor ayam potong untuk mengelola teknis dan melakukan koreksi harga di pasar.

Target pasar siapa?

Target pasar saya lebih kepada pedagang kecil menengah di pasar-pasar tradisional. Saya juga memberikan insentif kepada pedagang kecil menegah seperti bonus. Untuk membina hubungan dengan para pedagang kecil menengah biasanya saya ajak mereka diskusi, saya ajak mereka jalan-jalan, sampai pada membantu ‘urusan dapur’ mereka. Dari pengalaman, untuk membuat pedagang dan mitra bisnis jadi loyal dengan kami, tidak bisa dengan hubungan kerja yang kaku, perlu menjaga ikatan emosional dengan mereka.

Bagaimana kisah Anda mengikuti Wirausaha Muda Mandiri? Apa dampaknya?

Di tahun 2009 saya mencoba ikut Wirausaha Muda Mandiri (WMM), namun tidak lolos pada tahap penyisihan regional. Ketika mencoba ikut lomba itu lagi di tahun 2010, saya naik menjadi Juara Kanwil Jateng-DIY, untuk kategori Industri dan Jasa. Sebenarnya saya cuma iseng untuk mengikuti acara Wirausaha Muda Mandiri, ingin tahu saja. Satu-satunya ajang penghargaan yang saya ikuti untuk kewirausahaan hanya itu saja. Namun, ekspos yang saya dapat dari acara Wirausaha Muda Mandiri ini cukup besar, sehingga menarik perhatian mahasiswa terutama yang di wilayah Jateng. Setelah acara WMM saya mendapat banyak kunjungan lapangan dari mahasiswa, banyak terjadi diskusi di sana.

Saya perhatikan mereka terinspirasi dan lebih mengapresiasi bisnis karena pencapaian yang saya dapatkan (Triyono memakai kruk untuk berjalan karena menderita penyakit polio sejak balita). Dalam sebulan saya bisa memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa sebanyak 3-4 kali. Terkadang beberapa saya tolak karena menyita waktu dan jarak tempuh yang terlalu jauh. Makanya, sampai saat ini saya masih memberikan kuliah untuk kampus-kampus di sekitar Jateng dan DKI Jakarta, meski tawaran untuk kuliah tamu di Riau dan Medan juga ada. Ke depannya saya ingin memberikan kuliah tamu untuk mahasiswa dari Sabang sampai Merauke.

Bagaimana kinerja CV Tri Agri Aurum saat ini?

Di tahun 2010 kami membukukan omset sebesar Rp 3 miliar per bulan. Saat ini omset kami sebesar Rp 4,5 miliar per bulan. Saya memang menargetkan pertumbuhan omset sebesar 100-200% per bulan setiap tahunnya. Ambisi pribadi saya sejak tahun 2005 adalah saya bisa membukukan nilai transaksi sebesar Rp 120 miliar, karena itulah saya menggandeng koperasi. Hitungan saya, jika saya mampu mengelola sistem transaksi daging untuk pedagang kecil menengah di seluruh Jawa Tengah maka angka Rp 120 miliar bisa saya dapatkan kurang dari sebulan. Saat ini kapasitas produksi CV Tri Agri Aurum bersama dengan para mitra bisnis adalah 120 ton per bulan untuk ayam, kemudian untuk sapi kurang lebih kapasitasnya 12 ekor per bulan.

Memang unggulan kami saat ini adalah ayam potong, karena saat ini faktanya menyuplai daging sapi memang sulit. Terkadang petani dan mitra menahan sapinya, ketika menjual pun harganya terlalu tinggi. Dalam situasi seperti ini saya pun ikhlas jika hanya untung 30% sementara petani 70%, yang penting repitasi transaksi bagi saya. Sulit bagi saya untuk memberikan target produksi yang rata kepada setiap mitra bisnis saya, paling pelaksanaan teknis produksi yang saya minta mereka terapkan, seperti penanganan masalah pakan, dsb. Saat ini, karyawan teknis CV Tri Agri Aurum sendiri berjumlah sembilan orang, jika digabungkan dengan mitra bisnis (mereka mempunyai karyawan sendiri) maka jumlahnya menjadi 20-25 orang.

Apa target dan rencana CV Tri Agri ke depan?

CV Tri Agri Aurum ingin memiliki ranch khusus yang kami kelola secara industri, yang berkapasitas 10.000-100.000 ekor sapi. Di situ akan ada rumah pemotongan daging juga, kemudian daging akan kami paketkan dalam bentuk beku (frozen), yang akan kami beri label sesuai kelas dan representasi daerah. Misalnya, ketika kami mengembangkan jenis sapi Bali, maka akan kami berikan label tersebut. Target saya dalam dua tahun rencana tersebut bisa dilaksanakan, investasi yang kami butuhkan sebanyak Rp 500 miliar-Rp 1 triliun.

Apakah benar CV Tri Agri mempunyai program CSR?

Saya juga iseng-iseng mengadakan program CSR tak lama setelah mendirikan CV Tri Agri Aurum, tentunya berbeda dengan CSR a la korporasi besar. Bentuk CSR a la CV Tri Agri Aurum adalah bantuan pencarian modal kepada mitra bisnis, kemudian pembekalan materi-materi ilmu peternakan kepada para petani/peternak. Berbagi ilmu kewirausahaan dengan mahasiswa bisa dikatakan juga bentuk CSR CV Tri Agri Aurum.

Apa mimpi/obsesi Anda dalam karier?

Saya ingin menjadi bagian penting dari bangsa ini dan juga orang lain. Caranya, saya membangun bisnis dengan pola sebanyak mungkin mitra, sehingga ada timbal baliknya, orang pun bisa memanfaatkan saya. Saya tidak akan bertahan selamanya di agribisnis, target saya setelah sukses di agribisnis adalah terjun ke politik. Menurut saya, untuk mengubah sejarah diperlukan pengaruh, saya tidak akan bisa memajukan sektor agribisnis Indonesia secara total jika saya tidak punya kekuatan untuk membuat kebijakan yang mendukung hal tersebut. Tokoh panutan saya dalam bidang bisnis adalah Bill Gates, karena ia memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan memiliki cara mengelola teamwork yang bagus. Untuk tokoh lokal, saya menyukai Chairul Tanjung karena kedekatan latar belakang kehidupannya dengan saya.

Mengapa anak muda kurang tertarik agribisnis?

Anak muda enggan berbisnis pada sektor agribisnis karena sistemnya yang tidak tertata dengan rapi. Apalagi pekerjaannya yang sangat menyita waktu dan tenaga, serta butuh kesabaran ekstra. Jika agribisnis Indonesia dikelola dengan sistem industrial korporasi saya yakin anak muda akan antre untuk terjun di dalamnya, seperti di Thailand dan RRC.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved