Listed Articles

ChezLely Culinary School Ogah Terjebak Teori

ChezLely Culinary School Ogah Terjebak Teori

Tidak seperti lembaga pendidikan kebanyakan, ‘sekolah’ kuliner ChezLely Culinary tidak mau para siswa terjebak dengan gempuran teori. Karena itu, sistem pengajaran ChezLely sepenuhnya praktik. Tidak heran, lembaga yang didirikan oleh Lely Simatupang itu menjunjung motto: “masak, masak dan memasak.”

Semua kurikulum pendidikan di ChezLely memang diolah khusus oleh Lely yang pernah menimba ilmu enam bulan di Le Cordon Bleu, sekolah masak tertua di Prancis. Satu kelas hanya terdiri dari delapan orang dan sistem pembelajaran pun dibagi yaitu dua jam melihat demo masak sang pengajar, dua jam lainnya membuat masakan yang dicontohkan. Para pengajar pun bukan sembarangan. Mereka harus memiliki pengalaman sebagai chef minimal 15-20 tahun di hotel berbintang, baik dalam maupun luar negeri.

“Mempertahankan kredibilitas itu penting agar sekolah tetap diakui banyak pihak. Apalagi, banyak orang bertanya ‘sekolah dimana’, ‘lulusan mana’,” kata Lely yang pernah bekerja 10 tahun di McDonald dan 3 tahun di Unilever.

Lima program kursus yang ditawarkan Lely adalah program Profesional (Profesional Cuisine), Reguler (Le Cuisine Reguler), Program Amatir, Program Remaja, dan Program Anak-anak. Khusus untuk Program Remaja dan Anak-anak dibuka setiap musim liburan tiba. Saat ini Program Profesional yang paling diminati dan menjadi andalan di ChezLely. Sekolah masak ini membidik semua kalangan, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Meskipun, kebanyakan yang bersekolah di ChezLely adalah mereka yang berusia 16-50 tahun. Jumlah siswa di ChezLely sebanyak 1000 orang dan sudah lebih dari 300 siswa yang telah diluluskan.

Untuk mengikuti program tersebut, siswa dikenakan biaya mulai dari Rp 1,5 juta untuk program anak-anak hingga Rp 16 juta untuk program profesional. Misalnya untuk kelas profesional dibagi tiga tingkatan. Basic, intermediate, dan advance. Untuk level basic dikenakan biaya Rp 16 juta atau sebanyak 30 kali pertemuan, intermediate sebesar Rp 15 juta atau setara dengan 30 kali pertemuan, dan advance sebesar Rp 12 juta untuk 24 kali pertemuan.

Tantangan terberat Lely dalam membangun ChezLely justru berasal dari luar. Dia merasa kesulitan meyakinkan orang untuk mau bergabung di sekolahnya. “Menyuruh orang bayar mahal adalah kendala utama. Mereka belum paham betul bahwa biaya sebesar itu benefitnya juga akan besar bagi dirinya,” ungkap perempuan kelahiran 11 Januari 1963 ini.

Lely melakukan beberapa strategi guna memperkenalkan nama sekolah yang beralamat di Jalan Kavling Lestari 1/100, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ini ke khalayak ramai. Ia sempat beriklan di koran nasional ataupun memasang iklan di majalah kawasan seperti Pondok Indah dan Kelapa Gading. Saat ini ChezLely juga mengandalkan situs jejaring sosial seperti facebook untuk menjaring siswa baru ataupun sekadar memperkenalkan ChezLely ke segala lapisan masyarakat. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved