Listed Articles

Jurus Grup Yogya Kembangkan Yomart

Oleh Admin
Jurus Grup Yogya Kembangkan Yomart

Gerai Yomart pertama kali hadir di Swastra, Bandung, empat tahun yang lalu. “Yogya mengembangkan minimarket untuk mempertahankan eksistensinya di pasar Ja-Bar,” komentar Sugianto Wibawa, pengamat bisnis ritel.

Mario menceritakan, pada awal kehadirannya semua tim GY dikerahkan untuk mengembangkan Yomart. “Semua pembelian disuplai dari Yogya Department Store, tapi terhitung sejak 2006 kami membuat manajemen secara terpisah,” papar Mario sambil menyebutkan bahwa pada mulanya hanya ada 8 gerai Yomart.

Menurut Mario yang juga mantan Direktur Pengelola GY, mulanya jaringan minimarket ini menghadapi kendala dalam hal pengadaan barang dan distribusi. Pasalnya, mereka terbiasa mengurus jumlah item yang lebih besar, baik di Yogya Department Store maupun Toserba Griya. Ia menyebutkan di gerai supermarket total barang yang dikelola berkisar 10-12 ribu stock keeping unit (SKU), sedangkan di minimarket hanya sekitar 5 ribu SKU, bahkan cuma 3.500 SKU.

Toh, ia mengaku kendala ini sudah bisa teratasi. Kini, ia malah berusaha menawarkan harga kompetitif, dengan slogan: Belanja Dekat dan Hemat. Selain itu sebagai pembeda, Yomart banyak menjajakan merek/produk lokal, misalnya, Sabun Colek Agung dari Tasik.

Dijelaskan Mario, Yomart menyasar konsumen kelas B-D (menengah-bawah). Awalnya, target pasarnya adalah kalangan perorangan, tapi kini diarahkan pada keluarga, setelah meluncurkan slogan citra (tag line): Yomart Sahabat Keluarga. Upaya ini mulai menampakkan hasil. Jika dulu per orang ditargetkan berbelanja sekitar Rp 18 ribu per transaksi, saat ini rata-rata mencapai Rp 22 ribu. Ke depan, Yomart menargetkan Rp 30 ribu per transaksi. “Sebab, sasaran kami adalah keluarga,” ujar Iman Suparyanto, Executive Officer Pusat Layanan Waralaba Yomart.

Mario mengklaim kinerja Yomart terus meningkat. Menurutnya, setiap gerai Yomart mampu mendatangkan 500-600 pengunjung dengan omset rata-rata per gerai sekitar Rp 11 juta per hari. Break even point disebutkan Mario telah dicapai pada 2006. Adapun keuntungannya terus diputar untuk pengembangan gerai.

Toh, Mario mengakui, karena keterbatasan dana, pengembangan Yomart masih terkonsentrasi di Ja-Bar. “Jika solid, kami berencana mengembangkan sayap ke luar Ja-Bar,” kata pria yang tengah mengembangkan lembaga bernama International Franchise Business Management untuk mendukung pengembangan manajemen Yomart.

Sugianto melihat, di Ja-Bar, Yomart masih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. “Karena mereka sudah tahu medan,” katanya. Namun, untuk ekspansi, ia melihat Jakarta masih sulit dimasuki Yomart. “Yang memungkinkan adalah Jawa Tengah, seperti Cilacap dan Purwokerto,” ujarnya.

Setelah pengembangan gerainya cukup berhasil, manajemen Yomart sekarang menawarkan berbagai paket (waralaba) kerja sama. Ada tiga tipe gerai yang ditawarkan yakni gerai seluas 70-90 m2 dengan investasi sekitar Rp 355 juta; gerai seluas 90-120 m2 dengan investasi senilai Rp 408 juta; dan gerai seluas 120-150 m2 dengan investasi Rp 461 juta.

Di samping itu, juga ada tiga bentuk kerja sama yang ditawarkan. Pertama, Waralaba Loka-Usaha. Dalam pola ini mitra membayar fee kemitraan Rp 20 juta selama 7 tahun dan tempat usaha; sedangkan tanggung jawab Yomart melakukan renovasi interior, pengelolaan, dan pengadaan barang, dengan kerja sama bagi hasil. Kedua, Waralaba Swadana, yang mana mitra menyediakan tempat usaha dan dana investasi untuk renovasi nonstruktural, pengadaan peralatan dan perlengkapan toko. Sang mitra dikenai fee waralaba, fee distribusi dan fee administrasi; sedangkan Yomart bertanggung jawab mengelola operasional toko.

Ketiga, Waralaba Wirausaha. Dalam hal ini, sang mitra menyediakan lokasi usaha dan modal untuk renovasi, pengadaan peralatan dan perlengkapan toko. Pengelolaan dilakukan oleh mitra sesuai dengan panduan Yomart, termasuk dalam hal merekrut karyawan. Pada pola ini mitra dikenai fee waralaba, fee distribusi, fee administrasi, dan pembagian laba sesuai dengan jumlah persentase dalam perjanjian.

Ety Mulyati, salah seorang franchisee Yomart, mengaku cukup senang bermitra dengan pihak Yomart. Setelah hampir setahun berjalan, ia mengaku omset minimarket-nya minimum Rp 2 juta per hari, bahkan bisa mencapai Rp 14 juta per hari.

Rupanya tak hanya franchise. Manajemen Yomart yang sekarang telah merangkul 21 franchisee ini juga mengembangkan konsep convenience store pada Maret lalu dengan label EC Store. Untuk mengomandani EC Store, Mario menunjuk Juliardi Setiawan yang saat ini sebagai Kepala Divisi Merchandising Yomart.

Berbeda dari Yomart, EC Store merupakan minimarket yang beroperasi 24 jam nonstop. Adapun target pasarnya kalangan menengah-atas, karena harga banderol produk yang dijual sedikit lebih mahal dibanding minimarket umumnya. “Di sini akan tersedia makanan dan minuman andalan khas Bandung. Contohnya Bandrek Abah,” kata Juliardi. “Selain itu, kami juga akan menggandeng kalangan UKM untuk memasarkan cenderamata yang sulit dicari di Bandung,” ia menambahkan.

Yuyun Manopol dan Siti Ruslina.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved