Listed Articles

Mengais Miliaran Rupiah dari Katalog dan Gondola

Oleh Admin
Mengais Miliaran Rupiah dari Katalog dan Gondola

Menurut Laurentius Tirta Widjaja, Direktur PT Indomarco Prismatama, pengelola jaringan supermarket Indomarco, perusahaannya mengeluarkan sekitar 1.500 eksemplar/gerai setiap edisi. Artinya, dengan total 741 gerai, Indomarco mencetak sekitar 1,1 juta eksemplar per edisi. Adapun Carrefour, menurut Trijono Prijosoesilo, Corporate & Public Relations-nya, setiap edisi menerbitkan sekitar 700 ribu eksemplar.

Trijono menyebutkan, Carrefour menerbitkan katalog dua minggu sekali. Pada setiap edisi, 100-an item produk berpartisipasi. Sayangnya, ia enggan menyebut harga yang harus dibayar para prinsipal untuk memajang produk di katalog itu. Namun, menurut sumber SWA di kalangan pelaku ritel, tarif yang dipatok Carrefour pada katalognya sekitar Rp 6 juta/item produk/edisi.

Adapun Alfamart, seperti dituturkan Endang Mawarti, Manajer Promosi dan Pengembangan PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT), memasok tiap gerai 2 ribuan eksemplar. U Dengan 425 gerai, berarti SAT mencetak sekitar 850 ribu eksemplar per edisi.

Alfamart mengeluarkan katalog dua minggu sekali. Selain edisi reguler, Alfamart juga memikiki katalog edisi khusus empat kali dalam setahun. Tema edisi khusus bermacam-macam: dari tema keluarga, ulang tahun, lebaran dan natal, hingga tahun baru. Pada edisi reguler, paling tidak 40-50 item produk berpartisipasi, sedangkan pada edisi khusus 70-80 item.

Tarifnya? Pada edisi reguler, Rp 4-5 juta/item produk, sedangkan pada edisi khusus 2-3 kalinya. Alasannya, pada edisi khusus para prinsipal juga memberikan tambahan diskon untuk dikelola, dengan syarat tidak menghancurkan harga pasaran. Selain itu, prinsipal biasanya juga memberikan berbagai hadiah, baik langsung maupun diundi, kepada konsumen.

Mari kita hitung pendapatan Alfamart dari katalog. Pada edisi khusus, dimisalkan 70-an item produk berpartisipasi. Ambillah tarif yang harus ditanggung prinsipal Rp 10 juta/item produk, berarti pendapatannya Rp 700 juta/edisi. Jadi, pendapatan per tahun dari edisi khusus, Rp 2,8 miliar. Adapun dari edisi reguler, dengan 40-50 item produk yang berpartisipasi, pendapatan yang bisa digaet Rp 160-200 juta. Berarti dalam setahun, dengan 20 edisi reguler, pendapatannya Rp 3,2-4 miliar. Artinya, paling tidak pendapatan total dari katalog Rp 6-7 miliar. “Tapi semua hanya numpang lewat, karena Alfamart hanya mengelola dan dana promosi tersebut dikembalikan pada konsumen dalam bentuk hadiah, baik langsung maupun undian,” ujar Endang. Belum lagi, katanya, biaya produksi per edisi Rp 100-150 juta.

Goro pun tak mau kalah. Katalognya, Goro Info, terbit 16-20 halaman tiga minggu sekali. Menurut Jasa B. Adji, PR & Investor Relations PT Goro Batara Sakti (GBS), dengan lima toko yang dikelolanya, untuk setiap edisi GBS menerbitkan 50 ribuan eksemplar (15 ribu dicetak dengan kertas HVS dan 35 ribu dicetak dengan art paper). Pada setiap edisi Goro Info memuat 80-120 item produk, dengan tarif Rp 3-3,5 juta/item produk. Target total pendapatannya per bulan dari penerbitan katalog? “Sekitar Rp 5 miliar,” ujar Jasa.

Selain katalog, media lain yang bisa dijual oleh para peritel kepada prinsipal/pemasok produk adalah gondola dan pallet. Menurut Ani Suhandini, Manajer Commerce GBS, untuk memanfaatkan space yang tersedia, Goro menyewakan gondola. Jumlah gondola di setiap toko berlainan. Di Goro Kelapa Gading, 60-an unit, Pekayon 54 unit, dan Margonda 38 unit. Harga sewanya untuk wilayah Jabotabek sekitar Rp 2,5 juta/bulan. Adapun sewa pallet per m2 sekitar Rp 1 juta/bulan. “Katalog, gondola dan pallet memberikan kontribusi 2% (dari total pendapatan),” tambah Jasa.

Bagaimana Alfamart? Menurut Endang, toko Alfamart standar dengan 36 rak, punya 2-4 gondola. Untuk tipe 54, ada 4-6 gondola. Tarif sewanya, Rp 200 ribu/rak/bulan. Bila ingin menyewa satu gondola (terdiri dari lima rak), harga sewanya sekitar Rp 1 juta/bulan. Dengan 2-4 gondola/gerai, berarti dari sewa ini masing-masing toko memperoleh pendapatan Rp 2-4 juta untuk tipe standar. Sementara itu, untuk tipe 54, pendapatan dari sewa gondola Rp 4-6 juta. Bila pendapatan per toko sekitar Rp 5 juta, paling tidak dengan 425 toko, pendapatannya sekitar Rp 2 miliar. “Tidak semua gondola terisi, namun gondola yang tersewa lebih dari 50%,” kata Endang.

Yang menarik, mereka yang punya space besar (misalnya hypermarket) belum tentu memperoleh pendapatan lain-lain yang lebih besar. Pasalnya, penjualan jasa ini juga tergantung dukungan yang diberikan para pemasok pada setiap toko. Apalagi, tidak semua gondola disewakan, ada yang murni dipakai untuk promosi. Carrefour, misalnya, yang menyediakan 20-30 gondola per gerai, tidak menyewakan secara penuh, tapi dikemas satu paket dengan katalog.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved