Listed Articles

Putra Masagung, "Penguasa" Baru Hotel Nikko

Oleh Admin
Putra Masagung, "Penguasa" Baru Hotel Nikko

Sejak Januari lalu, Hotel President memang berganti nama menjadi Hotel Nikko. Pergantian nama itu seiring perubahan kepemilikan saham PT Wisma Nusantara International (WNI) yang menaungi hotel yang berdiri sejak 1972 itu. Pemilik WNI sebelumnya: pemerintah (41,99%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (33,98%), Mitsui Co. Ltd. (21,36%), dan JAL Hotels Co. Ltd. (2,67%). Sejak 8 Januari lalu, seluruh kepemilikan saham pemerintah dan Indocement di WNI diambil alih Guthrie Overseas Investment Pte. Ltd. (GOI) — anak usaha perusahaan publik yang berbasis di Singapura, Guthrie GTS. Pengambilalihan saham itu senilai US$ 51 juta. Sementara itu, sisanya masih di tangan pemilik lama: Mitsui 21,36%) dan JAL Hotels (2,67%).

Tak hanya hotel, gedung perkantoran Wisma Nusantara dan Novotel Benoa Bali pun menjadi milik para pemegang saham baru. Masuknya Guthrie jelas mengubah status WNI yang semula BUMN menjadi PMA. Divestasi saham pemerintah di WNI merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya privatisasi BUMN yang prosesnya dilakukan sejak dua tahun lalu, dan berlangsung cukup alot.

Nikko sendiri adalah operator hotel yang juga anak usaha JAL Hotels. Perubahan nama ini sekaligus mengubah kelas hotel bernuansa Jepang ini dari bintang empat menjadi bintang lima. “Penamaan ini merupakan upaya trustworthy, karena Hotel Nikko adalah merek internasional,” kata Sekretaris Korporat WNI, Andy Fahril M. Perubahan kelas tadi tentu mengubah juga positioning dan target pasarnya. “Kami akan meningkatkan pasar dengan menyasar segmen atas,” Andy menambahkan.

Yang menarik, santer terdengar orang di belakang agresivitas Guthrie mencaplok President adalah Putra Masagung. Anak sulung almarhum pemilik jaringan Toko Buku Gunung Agung (GA) Masagung ini seperti dituturkan Hardy Lewa, Direktur WNI, memang memiliki saham di Nikko. Hanya saja, kepemilikan Putra tidak secara langsung, melainkan melalui Guthrie.

Sayang, Hardy mengaku tidak tahu seberapa besar kepemilikan saham Putra di Guthrie. Menurutnya, yang pasti salah satu usaha Guthrie adalah bidang properti. “Kami semua tidak tahu banyak soal Guthrie termasuk seberapa besar saham Putra di perusahaan yang berbasis di Singapura itu,” kilahnya. Yang jelas, penempatan Hardy sebagai Direktur WNI atas permintaan langsung Putra. Sebelumnya, Hardy tercatat sebagai Presdir GA. Jadi, Hardy ini orang baru di WNI. Adapun posisi Dirut WNI dipegang Tun Oo, orang Singapura kelahiran Jerman.

Menilik penunjukan Hardy yang merupakan orang kepercayaan Putra sejak di GA, besar kemungkinan pria berusia 51 tahun yang juga Wakom GA itu memiliki saham cukup signifikan di Guthrie. Sayang, sampai tulisan ini diturunkan SWA tak berhasil meminta konfirmasi dari Putra, yang sekarang memilih tinggal di Singapura. “Beliau sering sakit karena menderita penyakit jantung. Beliau jarang ke Indonesia,” Hardy menjelaskan.

Bagi Hardy, perubahan nama dan kepemilikan seyogyanya bisa memacu pertumbuhan dan kinerja hotel, juga Wisma Nusantara. Apalagi, hotel ini sudah bersolek mempercantik diri (direnovasi), menambah kamar dan sejumlah fasilitas. Kini, Nikko memiliki 425 kamar — 110 kamar di antaranya berada di bangunan baru hasil renovasi. Fasilitas baru, seperti Restoran Mei (Japanesse food dan China Food) diklaimnya terbesar di Indonesia. Gedung perkantoran Wisma Nusantara juga didandani bagian depannya.

Menurut Hardy, renovasi hotel dilakukan sejak September 2001 saat sahamnya belum diambil alih Guthrie. “Renovasi ini merupakan ide pemilik lama yang tertuang dalam rencana lima tahunan WNI,” kata Andy. Dijadwalkan, renovasi ini rampung September mendatang sekaligus grand opening Nikko.

Dana renovasi yang menelan US$ 28 juta, dijelaskan Hardy, bukan berasal dari kocek pemilik baru, tapi dari keuntungan President tanpa sedikit pun ada dana pinjaman dari bank. “Sejak berdiri Hotel President tidak pernah merugi, sekalipun saat krisis,” papar Hardy seraya menyebut gross operating profit hotelnya per tahun mencapai Rp 15 miliar atau 30% omset (sekitar Rp 50 miliar). “Dengan perubahan tersebut, kami berharap bisa memberikan pelayanan yang lebih baik,” ungkapnya.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved