Listed Articles

Tiga Faktor Kekuatan Bisnis Keluarga

Oleh Admin
Tiga Faktor Kekuatan Bisnis Keluarga

Agus B. Finardi mengatakan, kekuatan bisnis keluarga terletak pada tiga hal. Pertama, ownership concentration related to corporate productivity and speed to the market. Kebanyakan perusahaan keluarga masih menguasai mayoritas saham, sehingga lebih cepat membuat keputusan strategis karena faktor ownership concentration. Beda dengan BUMN yang jelas-jelas birokratis. “Namun, jika dalam perusahaan keluarga itu kepemilikan sahamnya tidak dominan, maka pengambilan keputusan strategis tetap lama dan rumit,” ujar pengamat bisnis dari Swiss German University, itu.

Faktor kedua, lanjut pria yang juga pengajar di Bakrie Management Business School dan aktif di organisasi nirlaba Family Business Network Indonesia itu, patient capital and longterm perspective. Rata-rata bisnis keluarga ingin menjadi bisnis jangka panjang. Bila perusahaan keluarga ini sudah go public, investor yang beli saham-saham perusahaan keluarga berharap untuk jangka panjang.

Faktor ketiga, flexibility and easiness in financing the business. Perusahaan keluarga yang mempunyai reputasi baik dikarenakan sang pemilik memiliki track record yang baik, sehingga mendukung sumber pendanaan pihak ketiga, baik dari institusi formal (bank atau lainnya) maupun informal (non financial institution). Faktor ini semakin menjadi keunggulan competitive jika perusahaan telah mencapai kategori medium size company.

Bagaimana dengan kelemahannya? “Terletak pada proses suksesi baik dari proses pemilihan dan proses persiapan setelah sang suksesor dipilih. Ini menjadi kritikal ketika family leadership masih diperlukan pada perusahaan tersebut,” tegas Agus yang juga pelaku bisnis keluarga, memegang lisensi produk Oakley dan Nike, itu.

Sebenarnya, kata Agus, yang perlu diperhatikan sebelum bicara visi dan strategi adalah bagaimana bisnis keluarga membangun value yang dapat menjembatani family goals dan business goals. Setelah itu, membangun good family business govarenance yang menyeluruh mencakup tiga aspek, yaitu family, ownership, dan business.

“Harus ada waktu dan cara berbeda dalam menangani tiga aspek tersebut,” ujar Agus mewanti-wanti. Contoh, saat rapat pemegang saham hanya dihadiri oleh ownership. Begitu juga saat meeting untuk membahas succession plan hanya melibatkan pihak-pihak yang terkait tiga hal itu saja.

Bagaimana cara mengatasi dan meredam konflik keluarga? Menurut Agus, memang sulit, tapi biasanya diperlukan beberapa hal kunci untuk mengatasi. Yaitu kemauan dan ketegasan dari founder untuk menyelesaikan masalah. Juga, kehadiran pihak independen yang dipercaya oleh semua pihak untuk memberikan solusi obyektik. Selain itu, masalah tidak boleh berlarut-larut dibiarkan. Keiga hal itu bisa menjadi solving problem atas konlik yang terjadi di bisnis keluarga.

Agar familiy business dapat bertahan lama dan mampu menyiasati tantangan, kata Agus, harus dapat membedakan mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus disesuaikan guna mengantisipasi perubahan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved