Editor's Choice Next Gen

Cindy Leo, Cinta dan Passion bagi “Sang Baby” Nozomi

Cindy Leo, Cinta dan Passion bagi “Sang Baby” Nozomi

Cindy dan Nozomi. Dua sosok yang berbeda tetapi saling melekat. Cindy dan Nozomi adalah dua kekuatan yang bersumber dari cinta dan passion. Cindy, nama yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti bulan, adalah sosok energik bertubuh mungil yang tidak suka basa basi. To the point tetapi ramah dan hangat. Sementara Nozomi, yang berarti harapan dalam bahasa Jepang, adalah sosok yang dipersepsikan memiliki ketangguhan dan ketangkasan.

Cindy Leo

Cindy Leo, Direktur PT Nozomi Otomotif Indonesia

Di bisnis, keduanya menggeliat. Dengan sentuhan Cindy, Nozomi yang boleh dibilang pemain baru di industri motor roda tiga langsung melejit dan menyalip pemain lain yang lebih dulu meramaikan pasar. Ya, Nozomi adalah motor roda tiga besutan PT Nozomi Otomotif Indonesia. Cindy memegang kendali sebagai Direktur Nozomi. Ia langsung melapor kepada Presiden Direktur Nozomi, Leo Zahar. Cindy, sulung dari dua bersaudara, adalah penerus imperium bisnis yang dibangun Leo.

Kelahiran Medan, 18 Februari 1988, ini bergabung dengan Nozomi pada 2012 saat perusahaan ini mau mengepakkan sayap dengan ekspansi membuka pabrik baru di Jalan Raya Purwakarta-Subang, Kampung Cijoged, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Jawa Barat. “Saya mulai terlibat saat pabrik Nozomi di Subang baru dibangun, dari pabrik yang masih dalam bentuk fondasi dan tidak ada lay out-nya sampai pembuatan jig. Jadi, keterikatan saya sangat tinggi. Nozomi seperti baby saya,” katanya sembari tergelak.

Memang, Cindy tak hanya terlibat dalam pembangunan fisik pabrik. Ia juga harus membangun divisi komunikasi pemasaran, layanan pelanggan, sampai proses sertifikasi ISO 9001:2008 untuk Quality Management System. Saat baru kembali ke Indonesia, ia diminta sang ayah untuk bergabung dengan Nozomi dan langsung ditunjuk menjadi Pemimpin Proyek ISO. Jabatan ini menuntut Cindy mengetahui semua sistem dan prosedur di perusahaan. Tugasnya juga membuat alur proses semua departemen sampai dengan level instruksi kerjanya. “Saya hanya diberi waktu satu tahun untuk mempelajari semuanya sampai dengan membentuk tim ISO sendiri. Kami tidak menggunakan konsultan untuk mendapatkan ISO, murni kerja sama antardepartemen,” ungkap dara penikmat travel dan kuliner ini.

Menurutnya, banyak perusahaan yang menggunakan ISO untuk marketing tool-nya. Namun, di Nozomi ia menekankan bahwa ISO yang dikejar bukan sekadar untuk kelihatan keren mempunyai logo ISO yang dipampangkan di brosur. “Jika kita tidak perlu kalang kabut saat auditor mau datang, itu artinya sistem dan man power kita sudah benar-benar ISO. ISO juga memicu kita untuk selalu menjaga kerapian dokumen dan mutu produk, serta mengedepankan kepentingan konsumen,” katanya. Jajaran manajemen Nozomi, imbuhnya, memang sangat concern terhadap sistem, prosedur dan manajemen mutu. “Dengan adanya ISO, kami juga tidak perlu worry jika SDM keluar-masuk karena sistemlah yang berjalan.”

Ia mengaku bersyukur mendapat kepercayaan tersebut karena membuatnya bisa langsung terjun secara operasional. “Saya belajar sangat banyak,” ujarnya. Selain mengemban tanggung jawab sebagai Quality Management Representative untuk sertifikat ISO, Cindy juga berjibaku untuk pembukaan jaringan dealer, bengkel rekanan, kerja sama dengan pembiayaan, pembentukan sistem penjualan dan pabrik, pemasaran, sampai perancangan strategi jangka pendek dan jangka panjang Nozomi. Departemen yang berada di bawah komandonya antara lain penjualan & pemasaran, pabrik, jaminan kualitas (audit, kontrol mutu), tim inti (manajer tiap-tiap departemen), pembelian, kepuasan pelanggan (pascajual), dan SDM (HR).

Tak hanya mengantarkan Nozomi meraih sertifikasi ISO 9001:2008 untuk Quality Management System pada Juli 2013, Cindy pun menggebrak dengan berbagai terobosan. Sebut saja, mengadakan ekspansi painting line; memakai local sourcing; melakukan standardisasi interior & eksterior; melakukan branding Nozomi di dealer-dealer; menjaga mutu pascajual Nozomi dengan mewajibkan dealer membeli paket suku cadang Nozomi; menerapkan sistem KPI untuk semua departemen, evaluasi kinerja setiap bulan, sistem evaluasi kinerja dealer setiap kuartal, sistem report harian area manager ke core team pusat; serta ekspansi sub assembling di Kalimantan dan Sumatera.

Hasilnya, Nozomi mampu menyalip pemain lain yang lebih dulu meramaikan pasar motor roda tiga. “Di daerah-daerah tertentu, Nozomi bisa dibilang mendominasi. Namun, secara overall, saya bisa dengan confident bilang bahwa kami di urutan kedua atau ketiga,” kata Cindy yang menargetkan dalam dua tahun ke depan menjadi pemimpin pasar untuk kategori motor roda tiga. Kuncinya, positioning motor roda tiga premium dan inovasi produk. Dengan delapan varian, menurut dia, Nozomi memiliki keunggulan, antara lain kargo ekstraluas, tebal pelat dasar bordes 2,5 mm, kapasitas tangki 14 liter, stabilizer, dan sistem antikarat. Terpenting lagi, Nozomi memiliki varian modifikasi dan customized sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Dengan berbagai keunggulan itu, Nozomi yang sudah terdaftar di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah banyak dipakai kalangan ritel, korporasi dan pemerintah, seperti motor bak sampah, motor damkar dab motor ambulans. “Ini semua karena teamwork yang bagus dan kekompakan untuk mencapai target,” ucapnya. Adapun untuk pascajual, Nozomi menghadirkan layanan Home Service. Untuk mencapai target pemimpin pasar, Cindy menggeber aktivitas below the line seperti Gebrak Pasar, Kanvasing dan pameran UMKM. Juga, memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Twitter, serta kampanye above the line di berbagai media. “Juga, memperbanyak dealer sehingga lebih mudah untuk edukasi,” katanya.

Diakui Cindy, keluarga besarnya adalah pelaku bisnis pabrikan yang sudah malang-melintang lebih dari tiga dekade. “Setiap kali menjalankan bisnis, kami selalu melihat jangka panjang. Karena itu, kami investasi pabrik, infrastruktur, IT system pun tidak tanggung-tanggung. Prinsip kami, jika kami melakukan sesuatu, tidak akan tanggung dan berjangka pendek. Jika tidak, hanya menghabiskan tenaga dan waktu kami,” tuturnya.

Sebelum bergabung dengan Nozomi, Cindy sempat berkarier di Coca-Cola Amatil (Australia) dan Baxter (Australia). Balik ke Indonesia, ia sempat berkarier di Sanyo, Ernst & Young, serta Columbia Cash & Credit. Bergabung dengan Nozomi, diakuinya, tanpa paksaan. “Saya sudah terbiasa dengan industri pabrikan. Saya juga lebih suka turun ke lapangan daripada di kantor,” ungkapnya. Latar belakang pendidikannya yang Bachelor of Engineering in Mechanical & Manufacturing Engineering dari University of New South Wales, Australia, dengan predikat Honours, ditambah Master of Science in Finance dari Simon Graduate School of Business University of Rochester, AS, membuat dirinya bisa mengaplikasikan ilmunya. “Dengan background pendidikan teknik dan keuangan, pola pikir saya lumayan sistematis. Jadi, saya juga suka membuat sistem dan prosedur. Tentunya, untuk eksekusi perlu ketegasan dan konsistensi,” katanya.

Tak hanya bekal pendidikan, Cindy pun menempa dirinya dengan mengikuti berbagai kegiatan untuk mengasah jiwa kepemimpinannya. Ia pernah menjadi State President of Indonesian Student Association, NSW, Australia; Board Member of Finance Association, University of Rochester, NY, USA, dan Leader Red Cross (Palang Merah Australia). Merasa dipersiapkan menjadi putra mahkota?

Bagi Cindy, next generation di bisnis keluarga umumnya memang dipersiapkan untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Dan, Cindy mengaku tidak ingin mengecewakan ekspektasi orang tuanya. Terutama, karena sudah diberi kesempatan untuk menimba pendidikan di luar negeri serta diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang besar saat usianya masih muda. “Mereka selalu berkata, ‘Jika kamu tidak bisa memenuhi ekspektasi kami, kami tidak akan membiarkan kamu untuk menjadi putra mahkota karena akhirnya akan merusak bisnis yang telah kami bangun. ‘ Saya yakin orang tua juga akan terus membimbing saya agar bisa belajar lebih cepat,” katanya.

Leo Zahar memang menggembleng kedua anaknya sejak dini. Diakui Cindy, sejak usia 13 tahun ia sudah sering ikut sang ayah ke kantor dan meeting. Bahkan, ia pun ikut rapat kerja nasional berhari-hari sampai menjelang dini hari serta ikut inspeksi mendadak ke ruang pajang. Keluarga besar Leo adalah pemilik jaringan Columbia Cash & Credit serta Sanken. “Walaupun saat itu tidak mengerti apa-apa, saya tidak boleh mengeluh. Saya selalu ingat pesan orang tua saya untuk jangan manja. Orang mau sukses pasti ada yang harus dilakukan ekstra dibanding orang lain,” paparnya.

Bagi Cindy, kedua orang tuanya adalah role model-nya. “Mereka workaholic, pergi pagi pulang tengah malam. Ini contoh buat saya. Kalau mau sukses, pasti harus work hard, work smart,” katanya. Cindy pun mengaku kerap bekerja dari pagi sampai malam. “Jujur, saya lebih suka kerja malam setelah semua orang pulang. Untuk urusan strategi, analisis, saya biasa menggunakan waktu sore hari sampai malam,” ucapnya. Pagi hari dimanfaatkan untuk berdiskusi, membangun jejaring, dan kebijakan pintu terbuka. “Orang bisa anytime temui saya saat jam kerja.”

Di sela-sela kesibukannya di Nozomi, Cindy masih meluangkan waktu membangun bisnis sendiri. Ya, bersama sang adik, Horlix Leo, mereka mengibarkan Cold Press Indonesia yang fokus menggarap minuman jus cold pressed sejak setahun lalu. “Saya mendirikan Cold Press karena passion saya mengenai pentingnya menjalankan hidup sehat yang seimbang,” ungkap Cindy yang memiliki motto Work Hard, Play Hard.(*)

Henni T. Soelaeman


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved