Next Gen

Haris Susanto, Sang Penerus Ambarukmo

Haris Susanto, Sang Penerus Ambarukmo

Sejak 4 Juli 2015, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-22, keseharian dan aktivitas Haris Susanto berubah total. Sesuai dengan mandat yang diberikan ayahnya, Tjia Edy Susanto, di pundaknya kini ada tanggung jawab untuk menjalankan roda bisnis PT Putra Mataram Mitra Sejahtera yang mengelola Plaza Ambarukmo dan PT Mataram Indah Wisata yang mengelola Hotel Royal Ambarukmo. Plaza Ambarukmo atau populer disebut Amplaz adalah salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta yang beroperasi sejak 2007. Adapun Royal Ambarukmo, juga di Yogya, adalah hotel bintang lima yang cukup moncer.

Haris Susanto

Haris Susanto, direktur pengelola Hotel Royal Ambarukmo. & Plaza Ambarukmo

Dalam susunan direksi, Haris memang bukan orang nomor satu di kedua perusahaan tersebut. Ia masih berada di level direktur pengelola. Di atasnya masih ada posisi presiden direktur yang dipegang Tjia Edy Susanto. Namun, praktiknya, ia memegang kendali penuh di kedua perusahaan tersebut. Haris mengaku tidak menduga, ia akan secepat itu mendapatkan kepercayaan dari sang ayah. “Saya sendiri sebenarnya masih ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang S-2 di Australia sambil mencari pengalaman kerja di perusahaan asing,” ungkapnya. Namun, ia harus rela melepas keinginanya itu karena keburu dipanggil pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan di Churtin University, Perth.

Gelar sarjana keuangan dan manajemen tinggi yang disandangnya ternyata masih belum dianggap cukup menjadi bekal bagi Haris untuk menjalankan bisnis yang dirintis ayahnya. Namun, menurut ayahnya, modal yang dianggap urgen adalah kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Mandarin yang menjadi salah satu bahasa yang wajib dikuasai untuk sukses dalam berbisnis. “Saya diminta mendalami bahasa Mandarin di Taiwan,” kata anak sulung dari tiga bersaudara ini. Ia membutuhkan waktu sekitar setahun untuk menguasai bahasa Mandarin.

Kembali dari Taiwan, ia langsung mendapat mandat menjalankan bisnis keluarga. Satu hal yang membuatnya terkejut, ternyata ia diminta sekaligus mengelola dua perusahaan. “Saya kira saya diminta fokus untuk memegang mal saja, tetapi ternyata diminta memegang hotel sekaligus,” kata lajang berkaca mata ini.

Haris sadar betul bahwa kepercayaan yang diberikan pemilik perusahaan kepadanya harus dipertanggungjawabkan. Sebagai generasi penerus, ia harus bisa membawa perusahaan yang dinakhodainya semakin moncer. Karena itulah, ia telah menyiapkan strategi khusus untuk membawa Amplaz dan Royal Ambarukmo melesat jauh ke depan. “Saya akan merasa malu dan terbebani bila tidak bisa membawa perusahaan ini berkembang, “ ungkapnya.

Saat ini, Haris sedang memperkuat positioning kedua perusahaan itu. Untuk hotel, ia berusaha menjadikan Royal Ambarukmo menjadi hotel favorit untuk menginap ataupun kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Ia yakin dengan berbagai keunggulannya, hotel ini memiliki daya tarik yang tak dimiliki hotel dengan kelas yang sama yang ada di Yogya. Selain lokasinya yang strategis, Royal Ambarukmo merupakan hotel heritage yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, mulai dari ruang meeting yang representatif untuk kegiatan meeting berskala nasional dan international, juga ada Amplaz. Selain itu, ada pula pendopo yang merupakan peninggalan sejarah Keraton Yogya. ”Kelebihan kami, ada mal yang berada dalam satu lokasi,” ujar Haris.

Haris Susanto

Sementara untuk meningkatkan kinerja Amplaz, Haris melakukan berbagai inovasi. Pertama, repositioning terhadap target pasar. Selama ini, Amplaz diposisikan sebagai mal untuk keluarga. Tahun depan, bukan hanya keluarga yang dibidik, tetapi juga remaja. “Kami mulai menggarap pasar remaja yang market-nya sangat besar,” katanya tandas. Bahkan, untuk membuat bisnis ritelnya makin eksis di tengah persaingan yang kian ketat, Haris menugaskan Surya Ananta yang selama ini menjabat sebagai GM Plaza Ambarukmo untuk studi banding ke beberapa negera seperti Singapura, Malaysia, China dan Hong Kong. Dari hasil studi banding tersebut diharapkan ada hal-hal baru yang bisa diaplikasikan di Amplaz.

Dengan konsep baru itu, Amplaz kini terus berbenah agar tampil dalam nuansa baru. Bukan cuma memperhatikan penampilan fisik gedung, tetapi juga produk-produk yang dijual para tenant diharapkan memenuhi kebutuhan untuk keluarga dan remaja. Buah kesuksesannya, mal dengan 250-an tenant ini, berdasarkan riset Indonesia Original Brand (IOB) yang dilakukan SWA belum lama ini, menduduki peringkat pertama. Artinya, Amplaz mendapat apresiasi bagus dari konsumennya. Haris bahkan sudah menyiapkan pengembangan brand Amplaz dan Royal Ambarukmo ke kota-kota lain. Kalau tak ada aral melintang, dalam lima tahun ke depan, Royal Ambarukmo bisa hadir di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. “Banyak kota di Nusantara yang potensial untuk bisnis hotel. Saat ini, kami sedang menyiapkan SDM untuk menggarap pasar di luar Yogya,” ungkap Haris.

Di kalangan karyawan Amplaz, Haris sebenarnya bukan sosok yang asing lagi. Sejak masih remaja, Haris sudah biasa bermain di pusat perbelanjaan yang didirikan ayahnya. Dari sinilah, ia mulai tertarik pada dunia bisnis pusat berbelanjaan. “Mungkin karena melihat saya senang pada mal, suatu saat Bapak saya pernah bilang bahwa nantinya saya akan diberi tugas untuk mengelolanya,” tutur Haris. Dan, ia bersyukur mendapat kepercayaan dari ayahnya untuk menjadi pengelola hotel dan pusat perbelanjaan tersebut. Ia juga tak menyesal tidak kuliah hingga meraih gelar S-2. “Saya beruntung ketika teman-teman lain masih sibuk kuliah, saya sudah praktik bisnis secara langsung,” ujarnya.

Sementara itu, Tjia Edy Susanto mengungkapkan, ia sengaja melibatkan anaknya untuk belajar mengelola manajemen perusahaan sejak dini. “Semakin cepat akan semakin banyak belajar dan akan banyak pengalaman yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah. Ini bagian dari proses regenerasi, semakin cepat praktik kerja akan semakin matang,” katanya.

Haris sendiri kemudian paham mengapa ia diminta secepatnya terjun ke bisnis secara langsung. Ia baru merasakan betapa kompleksnya permasalahan yang dihadapi seorang pebisnis. Meskipun tiap hari masuk kerja resmi dari pagi sampai sore, ia merasa masih belum cukup. Karena itulah, ia sering banyak berada di mal ataupun hotel hingga larut malam. “Saya banyak mengamati perilaku konsumen agar kami paham apa yang sebenarnya mereka butuhkan,” ujar Haris yang mengaku ketika pertama kali masuk kerja sempat grogi. Apalagi, saat harus memberikan sambutan di depan ratusan karyawan, mulai dari level bawah sampai atas. “Saya sempat demam panggung, bingung mau ngomong apa padahal semua sudah saya siapkan secara tertulis, “ katanya mengenang.

Menurut Haris, salah satu kunci keberhasilan bisnis hospitality adalah layanan. Maka, ia berusaha menjalin komunikasi dengan pelanggan yang datang ke hotelnya. Dari komunikasi inilah, ia mendapatkan banyak masukan dan bisa terjalin hubungan akrab sehingga kelak mereka menjadi pelanggan loyal. “Menyapa konsumen kelihatannya hanya sepele tetapi memiliki pengaruh yang besar karena mereka merasa menjadi tamu yang dihargai,” ujarnya menegaskan.

Bagi Erny Kusmastuty yang menjabat sebagai GM Royal Ambarukmo, Haris adalah sosok pemimpin yang visioner. Walau dari sisi usia masih sangat muda, pikirannya sudah cukup dewasa. Menurutnya, Haris juga sosok pemimpin yang rendah hati, dan selalu menghargai ide-ide yang muncul dari bawah. Setiap kali ada permasalahan, selalu dicari sumber masalahnya dan ditemukan jalan keluar terbaik. “Setiap keputusan yang diambil, selalu meminta pertimbangan kami,” kata Erny. Ia merasa yakin, dengan kehadiran Haris di jajaran manajemen, Hotel Royal Ambarukmo tidak hanya akan mampu bertahan di tengah persaingan hotel yang makin sengit di Yogya, tetapi juga akan berkembang lebih besar lagi.

Hal senada diungkapkan Surya Ananta. Menurutnya, Haris tak pernah memaksakan sebuah ide untuk diaplikasikan secara langsung. Ia selalu membicarakan dengan staf. Kalaupun idenya tak bisa diterima berdasarkan pertimbangan yang masuk akal, Haris bisa menerima. “Sebagai contoh, untuk persiapan tahun baru, Pak Haris mengusulkan untuk menghadirkan seorang artis, tetapi kami tidak setuju dengan pertimbangan ini dan itu yang berkaitan dengan visi-misi mal atau target market kami, beliau pun bisa menerima,” kata Surya.

Menurut Surya, kehadiran Haris telah memberikan suasana baru yang memberikan dampak positif untuk pengembangan Amplaz ke depan. Salah satu idenya adalah menambah target pasar yang tidak hanya terfokus pada keluarga. “Pak Haris yang memiliki ide untuk fokus menggarap remaja yang merupakan aset market yang bagus,” imbuhnya. Masih menurut Surya, Haris juga memiliki konsep agar Amplaz tetap menjadi trendsetter bisnis mal, tidak hanya di Jawa Tengah dan Yogya, tetapi juga di Indonesia.(*)

Gigin W. Utomo dan Henni T. Soelaeman


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved