Next Gen Profile Next Gen

Jessica Lays, Membawa Penyegaran untuk Saga Machie

Jessica Lays, Membawa Penyegaran untuk Saga Machie

Mereka yang belum tahu mengira sepatu Andre Valentino adalah sepatu impor dari Italia. Maklumlah, selain desainnya menarik, produknya pun terlihat dibuat dengan rapi. Sepatu ini juga terpajang di department store ternama. Padahal, sepatu ini buatan sebuah pabrik di Tangerang. Merek Andre Valentino pun bukan merek lisensi, melainkan merek lokal asli dari Indonesia.

Jessica Lays

Uniknya, sebelum beredar di Indonesia, sepatu Andre Valentino justru menjajal peruntungannya di pasar Singapura dan Malaysia. Baru di tahun 1998, sepatu yang menyasar segmen kelas A dan A+ itu mengorbit di gerai dept store yang ada di Indonesia seperti Matahari, Metro, Sogo, dan Seibu, bersama dengan sejumlah sepatu merek global.

Setelah bisnisnya eksis selama sekitar 20 tahun, Aulia memercayakan anaknya Jessica Lays, 28 tahun, untuk terjun membantu mengurus bisnis. Sejak tiga tahun lalu, Jessica sudah dilibatkan dalam operasional perusahaan sebagai general manager, menggantikan peran pamannya, Marga Singgih. “Saya sebagai generasi kedua dipercaya melakukan penyegaran di perusahaan ini,” ujar Jessica.

Di bawah kepemimpinannya sebagai GM, Saga Machie diklaimnya telah menunjukkan beberapa perubahan dan penyegaran. Mulai dari aspek manajemen, proses produksi, hingga fondasi strategi digital dan promosi. “Sebelum saya bergabung, kami tidak punya tim kreatif dan cara berbisnisnya pun masih old school,” kata Jessica.

Melihat kondisi tersebut, Jessica mulai membenahi strategi komunikasi perusahaan dengan membentuk tim kreatif tersendiri yang terdiri dari fotografer, videografer, desainer kreatif, dan anggota proyek tim lainnya. Melalui tim kreatif itulah, kampanye bisnis mulai digaungkan melalui konten yang menarik di media sosial. “Kami buat website Andre Valentino terlihat lebih muda,” ungkapnya.

Dari segi desain pun, lanjutnya, merek Elle mengalami perubahan. Sebagai pemegang lisensi produk sepatu asal Prancis, Saga Machie melakukan inovasi agar merek ini lebih dekat ke segmen anak muda. “Kami dulu dikenal dengan sepatu wadge dan high heel. Namun, untuk koleksi fall & winter kali ini kami perkenalkan model kasual dan sneaker slip-on,” paparnya.

Jessica menggarisbawahi bahwa setiap desain yang dibuat oleh Saga Machie untuk Elle harus dibawa lebih dulu ke Paris untuk dimintakan persetujuan. Ia mengklaim, setiap desain yang diajukan telah melewati tahap riset agar bisa sesuai dengan gambaran gaya hidup pasar Indonesia.

Menurutnya, Saga Machie tidak mau mengambil risiko menelan mentah-mentah gaya Paris untuk dipaksakan di Indonesia. “Sepatu kami sekarang lebih modern desainnya,” ujarnya. “Dulu Mommy yang mengelola semua desain sepatu. Sekarang saya yang pegang desain, tapi tentu ada arahan dari Mommy karena dia punya pengalaman panjang di sini,” papar Jessica.

Wanita kelahiran tahun 1988 ini juga cukup jeli melihat tren perkembangan masyarakat yang makin gemar berbelanja online. Karena itu, tak hanya menjual sepatunya di gerai offline, saat ini produk sepatu Saga Machie juga dijual online, bermitra dengan Lazada, Zalora dan MatahariMall.com. “Dari kanal online tersebut penjualannya naik 5%,” ujar lulusan University of California, Berkeley ini.

Saga Machie belakangan meluncurkan dua merek sepatu baru, Winston Smith untuk pria dan Winston Smith Ladies untuk perempuan. Khusus Winston Smith, Aulia memercayakan pengelolaannya pada adik Jessica, Winston. “Omset Winston Smith Ladies dan Winston Smith sudah naik tiga kali lipat sejak diluncurkan,” kata Jessica senang.

Dalam mengelola perusahaan, Jessica mengaku dimentori oleh orang tua dan pamannya. Terlebih soal membangun hubungan dengan orang lain. Maklum, Jessica lama tinggal di luar negeri, sehingga memiliki pembawaan American style, yang cenderung bicara blak-blakan dan lugas. Jessica mengaku mulanya sempat kaget dan frustrasi dengan cara kerja di Machie yang ia rasa cukup lambat. “Tapi lama-kelamaan saya bisa paham bahwa semua itu bisa diubah dengan membangun sistem kerja yang bagus,” ucapnya. “Memperlakukan orang dengan respek apa pun posisi mereka. Itu kunci perubahan kami,” katanya menegaskan.

Ananda Putri & Herning Banirestu

Riset: Armiadi Murdiansyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved