Personal Finance

Tenang Menghadapi Pensiun, Ini Caranya?

Tenang Menghadapi Pensiun, Ini Caranya?

Masyarakat Indonesia telah memahami pentingnya menabung untuk mempersiapkan hari depan yang lebih baik. Tak heran, industri perbankan tumbuh pesat di Tanah Air. Dana pihak ketiga hingga Oktober 2015 mencapai Rp 4.370 triliun.

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto mengutip hasil survey terbaru yaitu 9 dari 10 orang karyawan saat ini belum siap menghadapi pensiun. Ini patut menjadi perhatian pekerja saat ini dan calon tenaga kerja yang telah siap bertarung di dunia kerja baru yang semakin ketat.

“Kita harus jeli melihat instrumen investasi mana yang menguntungkan. Jangan sampai uang hasil keringat sendiri yang dikumpulkan bertahun-tahun tak mampu membiayai pensiun kita nanti,” kata dia di sela-sela talkshow pada gelaran Pesta Reksa Dana 2016 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Dari sinilah pentingnya melakukan investasi sejak dini sebagai tahapan berikutnya setelah menabung. Ia mengambil contoh, dana tabungan sebesar Rp 1 juta jika tak pernah ditambah akan berkurang nilainya pada tahun berikutnya. Pasalnya, ada biaya administrasi termasuk pajak yang harus ditanggung setiap nasabah. Sama seperti tabungan, investasi di reksa dana juga bisa naik-turun tergantung kondisi pasar.

“Bedanya, nilai uang di reksa dana akan terus naik karena imbal hasilnya di atas inflasi. Semakin dini investasi dilakukan, akan lebih baik untuk perencanaan keuangan menghadapi pensiun,” katanya.

Rudiyanto-Panin

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto

Direktur Manulife Asset Management Indonesia Putut E. Andanawarih menambahkan, kebanyakan orang takut risiko yang dihadapi saat investasi di reksa dana. Seperti halnya investasi di pasar modal, nilai unit reksa dana bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar saham dan obligasi.

Tapi, menyimpan uang hanya di tabungan juga berisiko, yakni nilai uang habis digerogoti inflasi. Daya beli pun menurun. Investasi di reksa dana bisa menjadi solusi. Hanya saja perlu disesuaikan tujuan investasi yang biasanya terkait dengan jangka waktunya, dan profil risikonya. Semakin panjang jangka waktu, semakin besar juga risiko yang bisa diterima.

“Semua orang ingin investasi yang menghasilkan keuntungan tinggi dan risiko yang rendah. Tapi, tidak ada yang seperti itu. Saran saya, jangan semua dana ditempatkan di reksa dana. Lakukan perlahan-lahan. Misalnya, rutin menyetor Rp 100-200 ribu per bulan,” katanya.

Ia meyakinkan hasil investasi di reksa dana jauh lebih menguntungkan. Tahun lalu saja, tingkat pengembalian investasi di pasar modal bisa mencapai 15-20%. Inilah salah satu kelebihan investasi di reksa dana. Apalagi, dengan nominal rata-rata sekitar Rp 100.000-Rp 250 ribu masyarakat sudah bisa membeli unit reksa dana di bank-bank yang menjadi agen penjual.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved