Profile

Amelia Tjandra, Berusaha Unjuk Gigi Di Tengah Dominasi Laki-laki

Oleh Admin
Amelia Tjandra, Berusaha Unjuk Gigi Di Tengah Dominasi Laki-laki

Bekerja di bidang usaha yang sarat akan hal teknis, seperti otomotif, bukan perkara mudah. Biasanya bidang otomotif dikuasasi oleh para lelaki. Jarang terlihat komposisi pekerja perempuan dan pria dalam suatu perusahaan otomotif bisa berimbang.

Namun, sekalipun sedikit porsi pekerja wanita, bukan berarti mereka tidak bisa berkembang hingga memegang suatu jabatan yang strategis di perusahaan. Adalah Amelia Tjandra yang berhasil menembus dominasi pekerja laki-laki selama 23 tahun bekerja di Astra Daihatsu Motor (ADM). Ia kini menjabat sebagai Direktur Pemasaran. “Saya kerja di Astra Daihatsu Motor ini tahun ke-23, karena saya masuk tahun 1990,” terang Amelia kepada SWA Online, di sela-sela peresmian pabrik Karawang Assembly Plant, di Karawang Timur, beberapa waktu lalu.

Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran ADM

Sebelum bekerja di Astra, dia sempat berkarier di sebuah kantor akuntan dan Lippo grup. Amelia lalu mengatakan, “Karena sudah bekerja di tempat lain, saya masuk (ke ADM) menjadi manajer dari finance administration di divisi sparepart.”

Setelah ia memberikan sedikit informasi mengenai ihwal ia masuk ke ADM, Amelia langsung bercerita mengenai bagaimana ia berkarir di ADM. Mau tanya bagaimana jejak langkah dia selama bekerja di ADM? Berikut petikan wawancaranya dengan Ester Meryana.

Bagaimana tantangan bekerja di dunia otomotif?

Lingkungan kerja di ADM itu dominan laki-laki, maka tantangannya adalah bagaimana bisa menjadi satu tim dengan mereka. Saya itu satu-satunya wanita di divisi sparepart. Ini divisi yang bukan hanya sekadar pelengkap, tetapi juga menjadi bisnis unit yang punya target laba sama target penjualan.

Akhirnya saya menjadi pemimpin di divisi itu, yakni menjadi general manager. Tapi karyawan wanita juga belum banyak. Sekretarisnya saja waktu itu laki-laki, selang beberapa waktu akhirnya diganti perempuan. Jadi, secara umum saya hidup dan bekerja di lingkungan laki-laki, sehingga saya cenderung menjadi seperti mereka yang berpikir logic dan tidak mementingkan emosi. Kelebihan saya sebagai wanita, yaitu saya lebih detail dan lebih human touch. Sehingga timnya terbentuk menjadi satu keluarga yang sangat solid.

Saya cukup lama di divisi sparepart, ada 15 tahun. Baru saya pindah ke divisi domestic marketing menangani penjualan unit. Sesudah itu, saya naik menjadi Direktur Marketing yang membawahi 3 S, yakni sales, service, dan sparepart.

Apakah ada kendala ketika Anda menjejaki dari satu jabatan ke jabatan yang lain?

Waktu pindah dari divisi sparepart, yang teamworknya begitu solid, masuk ke divisi baru tentu saja membutuhkan penyesuaian. Karena setiap tipe pemimpin itu berbeda. Di situ tantangannya bagaimana di divisi yang baru saya masuki, saya bisa jadi pemimpin divisi yang bisa memberi warna, sebagai pemimpin yang lebih mementingkan teamwork. Pada saat itu yang saya sangat ingat, yang paling kental adalah situasi persaingan antardepartemen. Sehingga saya mencanangkan tidak membuat atau mencari superwoman atau superman, karena yang harus dibentuk adalah supertim. Kami bersinergi supaya menjadi lebih kuat. Di mana keberhasilan sebuah tim menjadi keberhasilan bersama.

Apakah posisi yang sekarang ini sudah sesuai target?

Secara pribadi, saya tipe orang yang bukan mencari posisi. Buat saya, posisi dalam suatu pekerjaan adalah berkah dan amanah. Itu nggak perlu dicari karena itu memang pada waktunya, kalau kita bekerja dengan sebaik-baiknya, kesempatan ada, dan kita dianggap mampu, maka kita akan diberikan.

Dan pada dasarnya, di Astra, tidak menganut yang namanya garis keturunan, tapi lebih kepada profesionalitas dan kesempatan. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Selama kita bisa menunjukkan kualitas seorang pemimpin bukan hanya dari segi softskill tapi juga hardskill maka selama kesempatan itu ada, akan diberikan.

Bagaimana Anda melihat tantangan ke depan yang bakal dihadapi ADM?

Tantangan ke depan tentu saja lebih ke arah persaingan bisnis antara Astra dengan yang lain, karena posisi Daihatsu yang sudah menjadi ranking dua bukan suatu posisi yang diraih begitu saja. Tentu saja kami berjuang dari bawah, mulai dari rangking lima lalu ke empat dan tiga, kemudian mempertahankan ranking dua. Mereka yang dulu pernah menduduki ranking dua tentunya berkeinginan untuk merebut kembali dengan mengeluarkan segala usaha. Jadi, tantangannya adalah bagaimana kita tidak mandek di tempat ini walau sudah ranking dua, untuk terus berinovasi, memuaskan pelanggan, dan menjadi merek yang dicintai masyarakat Indonesia. Harapannya, Daihatsu ingin menjadi sahabat bagi bangsa Indonesia.

Lantas seperti apa strategi Anda dalam membantu mempertahankan ADM di posisi yang sekarang bahkan untuk mencapai ranking pertama?

Kami membaginya dalam lima pilar. Pertama, bagaimana mengeluarkan produk yang market in, artinya produk yang diterima oleh masyarakat secara umum. Kalau dilihat, lineup produk-produk Daihatsu kan tidak terlalu banyak, tetapi semua lineup itu volumenya relatif lebih besar. Karena kami menciptakan dan membuat produk yang sesuai dengan gaya hidup dan keinginan masyarakat Indonesia. Perbedaan yang paling mencolok, Daihatsu membuat produk itu di Indonesia sesuai dengan kultur Indonesia. Sementara merek lain dari global langsung masuk ke Indonesia.

Pilar kedua adalah bagaimana kami bisa menciptakan outlet yang ramah dan tersebar di seluruh Indonesia. Outlet itu harus bisa sesuai dengan karakteristik pelanggan Daihatsu. Kami nggak mau buat yang mewah seperti galerinya Lexus, tapi kami juga harus membuat orang nyaman dan bangga masuk ke dalam outlet itu seperti di rumah.

Ketiga yaitu selain punya outlet, kami harus punya orang yang cukup. Kalau punya outlet, tapi tidak punya orang yang bisa menerangkan dan bisa melayani, itu nggak ada artinya. Jadi, pilar ketiga adalah orang yang profesional, fun, reliable sama friendly. Pilar keempat adalah bagaimana orang-orang dan fasilitas outlet ini bisa memberikan pelayanan yang terbaik, yakni pelayanan tingkat dunia.

Pilar kelima, semuanya itu harus menunjang brand enhancement, yakni bagaimana Daihatsu bisa menjadi brand yang membanggakan. Di mana mereka yang memiliki atau memakai brand ini bukan dianggap sebagai brand kelas dua atau ecek-ecek. Walaupun produk kami sangat best value, harga sangat reasonable, tapi kualitas kami tingkat dunia.

Apa hobby Anda, dan apakah punya aktivitas di luar kantor?

Saya suka beragam aktivitas di luar, yaitu saya suka berkebun, berenang, berwisata, suka kuliner. Kalau di dalam, saya suka membaca buku, merapikan rumah. Saya juga mencoba seimbang dengan beraktivitas sosial dengan teman atau di gereja. Semua saya coba jalani sebagai manusia yang bukan sekedar ada saja di dunia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved