Profile Personal Finance

Budi Rachmat Menggulung Untung dari Borong Properti

Budi Rachmat Menggulung Untung dari Borong Properti

Budi Rachmat, pendiri dan Ketua Komunitas Tangan Di Atas, cukup agresif berinvestasi properti. Budi memulai petualangannya di dunia properti sejak awal tahun 2000-an. “Saya pertama kali membeli properti di awal 2000-an. Waktu itu saya membeli apartemen di kawasan perkantoran di Rasuna Said, Jakarta,” ucapnya. Dia membeli tiga unit apartemen dengan cara menyicil di pasar perdana. Waktu itu harganya Rp 400 juta untuk setiap unit. “Sekarang harganya sudah naik sekitar Rp 1,5 miliar,” tambahnya. Budi menyewakan apartemennya sebagai sumber pendapatan pasif. Dia menuturkan dirinya belum berencana menjual apartemennya meski harganya sudah menembus Rp 1 miliar.

Budi rutin mencari informasi mengenai apartemen serta lokasinya. Strateginya adalah mencari lokasi apartemen yang strategis dan dekat dengan fasilitas transportasi publik. Tujuannya agar menarik minat penyewa dan mendapatkan capital gain yang maksimal. Budi pun membidik apartemen di Bandung. Namanya, kata Budi, Tamansari Panoramic Apartment. “Saya sedang bernegoisasi dengan pengembangnya agar diberi potongan harga karena saya ingin memborong 30 unit. Sejauh ini negoisasinya belum final,” ucapnya.

Budi Rachmat

Budi Rachmat

Budi kerapkali memborong lebih dari dua digit unit properti. Dia mengatakan ini merupakan gaya berinvestasinya agar bisa mendapatkan potongan harga dari pengembangnya. Strateginya itu pernah menuai sukses lantaran pengembang memberinya potongan harga. Budi pun mendulang untung sekitar 10% per unitnya.

Budi mengisahkan dirinya pada 2013 pernah memborong 30 unit rumah di salah satu komplek perumahan di kawasan Ciledug, Kota Tangerang. “Rumah yang dibeli sudah jadi tapi belum terjual. Saya sengaja membelinya di pasar perdana setelah pembangunannya selesai oleh si pengembang,” tuturnya. Rumah di kawasan itu sudah laku sekitar 70%-80%. Jadi, Budi membeli unit rumah yang masih tersisa. Budi pun melobi pihak pengembang agar diberi potongan harga sebesar 50%. “Saya mencari potongan harga kalau membeli borongan. Angkanya bervariasi antara 30% sampai 50%,” ucapnya

Lalu, Budi mengumpulkan modal tambahan dari investor. Kebetulan investornya itu kolega-koleganya Bud yang sudah saling mengenal satu sama lain.Sebagai pendiri Komunitas Tangan Di Atas, jaringan Budi sangat luas. Dia juga dipercaya karena rekam jejaknya positif. Anggota komunitas yang berdiri sejak tahun 2007 ini mencapai 25 ribu orang. Anggotanya adalah pengusaha UKM beromset Rp 10 juta hingga Rp 7 miliar per tahun. “Pembeli rumah di Ciledug itu teman-teman yang sudah saya kenal,” katanya. Para pembeli, kata Budi, ada yang menjadi pengguna alias end user dan investor.

Berikutnya, Budi menyelesaikan transaksi pembelian rumah-rumah tersebut. “Potongan harga yang 50% itu dibagi lagi ke pembeli sebesar 40% dan kepada saya 10%,” ucapnya. Harga rumah tersebut berkisar Rp 300 hingga Rp 400 juta per unit. Skema tersebut memberinya keuntungan 10% per unit. “Win-win solution hasilnya bagi kedua belah pihak,” tegasnya Hasil keuntungannya diputar kembali untuk memborong 12 unit rumah toko (ruko) yang berlokasi di salah satu kawasan komersial di Jakarta. Rukonya ini sudah terjual 10 unit. Dia menjualnya kepada rekan-rekannya. “Saya masih ada 2 unit ruko,” katanya. Harga belinya sekitar Rp 360 juta. Cara membelinya hampir sama dengan skema pembelian rumah di Ciledug, Tangerang, Banten

Bagi Budi, berinvestasi properti yang menguntungkan itu ada dua hal. Pertama, membeli apartemen di kawasan strategis untuk disewakan. Kedua, membeli properti yang berdekatan dengan transportasi publik seperti dekat stasiun kereta atau jalur bus. “Kalau dua aspek ini bisa kita dapatkan, mudah-mudahan bisa mendapat capital gain yang tinggi,” jelasnya. Ke depan, ia terus mencari properti lainnya. Ia masih akan menggunakan gayanya yaitu memborong rumah atau apartemen serta diberi potongan harga yang cukup tinggi. “Biar dapat untung,” ucapnya. Berbicara keuntungan, Budi tidak mematok target capital gain karena keuntungannya yang diperolehnya bervariasi. “Tergantung lokasinya,” pungkas Budi. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved