Profile Editor's Choice

Cinderalla Center: Memberdayakan Anak Jalanan dan Ibunya

Cinderalla Center: Memberdayakan Anak Jalanan dan Ibunya

Ketertarikannya pada arang tempurung kelapa membuat Lusia Efriani mampu berkeliling dunia. Dia tercatat pernah menjadi utusan Apindo ke Forum Bisnis Shanghai dan Nanjiang (2010). Mengikuti ajang IVLP (International Visitor Leadership Program) pada 2011. Lalu menjadi utusan pada ajang Australia-Indonesia Moslem Exchange dan mendapatkan penghargaan The International Alliance for Woman pada 2012.

Bahkan perempuan yang akrab disapa Lusi ini kini berhasil mengembangkan Cinderella Forum Indonesia Center (CFIC) demi pemberdayaan ibu-ibu dari anak jalanan. Berikut penuturan single parent kelahiran Surabaya, 1 Agustus 1980 tersebut kepada Sigit A. Nugroho:

Cinderella

Kapan mulai bisnis arang batok kelapa?

Sejak tahun 2009. Waktu itu saya masih bekerja di Grup Avava. Awalnya saya memang mengurus petani arang untuk disuplai ke perusahaan. Tetapi waktu itu banyak perajin yang nakal. Batok arang kelapa dicampur dengan air untuk menambah berat. Dari situ saya mulai berpikir, kenapa tidak saya saja yang menjadi supplier. Akhirnya, saya keluar dan membina perajin arang.

Berapa perajin yang menjadi mitra?

Sekarang ini saya menjadi perajin arang yang disuplai ke Grup Avava. Kalau membina perajin, itu dulu saya lakukan saat masih bekerja di Avava. Sekarang saya menjadi salah satu perajin arang tersebut.

Ada berapa orang yang terlibat di workshop Anda?

Kalau pegawai tetap ada 3 orang. Tetapi saya melibatkan ibu-ibu di sekitar workshop yang ada di Dapur Dua Belas, Batam. Jumlahnya sekitar 13 orang ibu-ibu.

Sistemnya bagaimana?

Mereka kerja borongan. Berapa banyak yang dia hasilkan ya tergantung berapa banyak yang berhasil dikerjakan.

Omsetnya?

Tiap bulan sekitar Rp 60 juta.

Tantangan bisnis batok kelapa?

Waktu awal ya cukup susah. Dulu awalnya kan saya ditawari seseorang untuk membeli tempat pembuatan arang yang sudah tidak terpakai. Ya sudah saya lanjutkan. Kalau pasarnya tidak susah. Kan saya kirimnya ke Grup Avava.

Dulu banyak yang menentang. Ya, masyarakat dan LSM. Mungkin asap dari workshop dianggap mengganggu. Akhirnya, workshop di Sekupang saya pindahkan ke Dapur Dua Belas itu tadi.

Sekarang ini tantangannya justru pada bahan baku batok kelapanya. Kan banyak pelaku usaha yang langsung mengekspor kelapa gelondongan. Akibatnya, kami kekurangan bahan baku. Kalau batoknya ada, mau produksi berapa saja ayo.

Biar tetap bisa jalan, akhirnya saya berikan pelatihan ke orang-orang yang mau menjadi perajin arang. Saya kasih pelatihan tentang produksi yang bagus, kalkulasi bisnis, sampai mempredisksi fluktuasi harga. Kalau supplier nanti saya yang mencarikan.

Cinderella2

Berapa biaya untuk pelatihan?

Seharusnya Rp 5 juta per orang. Tapi saya pungut Rp 2,5 juta saja. Itu untuk pelatihan selama 3 hari. Kan mereka dikasih makan, untuk uang transprotrasi dari tempat pelatihan ke workshop. Materi latihannya ada teori, praktek lapangan, dan ujian. Mereka nanti mendapat sertifikat dari kami. Mereka juga saya kasih link untuk bisa berhubungan dengan buyer.

Apakah itu artinya bisnis arang Anda tidak lagi menggiurkan?

Ya karena kekurangan bahan baku. Jadi, saya lebih pengen memperbesar pelaku usaha arang kelapa dengan memberikan pelatihan.

Mungkin hikmahnya juga, sekarang ini saya disuruh menciptakan mesin uang baru lagi. Makanya untuk tahun 2014 ini saya fokus pada Cinderella Center dulu biar bisa mandiri.

Batok kelapa akan sepenuhnya ditinggalkan?

Tidak. Workshop sudah bisa berjalan sendiri. Sistemnya sudah berjalan. Tidak perlu diawasi lagi. Lagi pula, tidak mungkin mereka mencuri. Kalaupun mencuri susah, jualnya juga di tempat yang sama.

Ceritakan tentang Cinderella Center?

Lembaga ini saya dirikan untuk memberdayakan ibu-ibu dari anak jalanan. Tujuannya, biar ibu-ibunya saja yang bekerja. Anaknya jangan sampai turun ke jalan mencari makan. Ibu-ibu tersebut diberi pelatihan seperti membuat roti, cupcake, cokelat batik, es, dan boneka. Sementara, anak jalanannya kami beri pelatihan seperti bahasa Inggris dan sebagainya.

Berapa orang yang diberdayakan?

Anak jalanannya sekitar 100 orang. Kalau ibu-ibunya 45 orang.

Siapa yang membiayai?

Nah ini. Banyak yang berpikir saya dapat bantuan uang dari sana-sini. Mungkin karena saya single parent dan kebetulan saya cantik, banyak yang mikir saya diberi uang untuk bangun ini. Cinderella Center saya bangun dengan uang saya sendiri. Rumahnya saja saya KPR. Belum selesai. Sampai saat ini masih nyicil.

Saya menghindari bantuan berupa uang. Bantuan paling berupa barang waktu ada kegiatan. Seperti konsumsi dan sebagainya.

Kenapa menghindari bantuan uang?

Saya takut. Mending saya yang biayai sendiri saja. Saya bersyukur banyak yang membantu tenaga.

Berapa orang yang mengelola?

Kita banyak volunteer. Dari pemerintah daerah ada tiga orang. Itu untuk menangani ibu-ibu. Sementara untuk mengajari anak-anak jalanan ada volunteer dari Save Trip Children.

Apakah ibu-ibu yang dibina sudah bisa mandiri?

Beberapa ada yang sudah, ada juga yang belum.

Berapa dana operasional Cinderella Center?

Untuk operasional termasuk bayar listrik, air, cicilan sekitar Rp 5 juta per bulan. Itu di luar kegiatan reguler. Dananya ya lebih banyak dari saya. Kan saya sering diundang menjadi pembicara di mana-mana. Fee dari situ ya untuk kegiatan Cinderella. Ada juga rezeki lain, misalnya saya bantu teman jualin rumah.

Nah tahun ini saya mendapat hadiah dari US Embassy sebesar US$ 19.483. Dulu saya ditawari untuk ikut sebuah event. Yang mendaftarkan ya mereka. Tahu-tahu saya diberi tahu mendapat hadiah tersebut.

Mau diapakan hadiah itu?

Uang itu ya untuk kegiatan Cinderella. Kami baru saja menandatangani MoU dengan lembaga pemasyarakatan untuk memberdayakan narapidana wanita. Mereka akan diberi pelatihan untuk membuat boneka batik.

Di Lapas mana saja?

Di Lapas Baloi dan Lapas Barelang, Batam.

Hasil boneka mau diapakan?

Boneka batik ini nanti akan di-bundling dengan buku saya berjudul Cinderella Forum Indonesia. Di jual di dalam negeri dan luar negeri. Di dalam negeri harga bonekanya Rp 150 ribu. Kalau di luar negeri, dijual dengan e-book berbahasa inggris, harganya US$ 15.

Boneka batik ini sudah berjalan sejak tahun lalu di Cinderella Center. Tahun lalu terjual 150 buah. Target tahun ini bisa menjual 1.000 pcs. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved