Profile Editor's Choice

Dasep Ahmadi, Si Pencipta Mobil Listrik Nasional Kepercayaan Dahlan Iskan

Oleh Admin
Dasep Ahmadi, Si Pencipta Mobil Listrik Nasional Kepercayaan Dahlan Iskan

Dahlan Iskan memberikan apresiasi cukup tinggi kepada Dasep Ahmadi, sang kreator mobil listrik nasional. Menneg BUMN itu menyematkan nama Ahmadi pada merek mobil listrik nasional buatan dalam negeri itu. Menurut Dahlan, sementara di Jepang ada Toyoda yang merupakan pencipta mobil Toyota, di Indonesia ada Dasep Ahmadi, pencipta mobil Ahmadi.

Namun, Ahmadi tak pongah mengaku mobil ini hasil ciptaannya semata. Menurutnya, ada sekitar 300 pihak yang terlibat dalam pembuatan mobil ini, antara lain SDM internal PT Sarimas Ahmadi Persada, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), perusahaan manufaktur dan para pemasok.

Dasep Ahmadi bersama mobil listrik ciptaannya

Dasep Ahmadi bersama mobil listrik ciptaannya

Menurut insinyur Teknik Mesin lulusan ITB angkatan 1984 ini, mobil buatannya akan diproduksi secara massal pada 2013. Jumlahnya 1.000-2.000 unit dengan harga sekitar Rp 200 juta/unit. “Mudah-mudahan sih bisa lebih rendah dari itu,” ujar pria kelahiran Sukabumi, 18 Januari 1965, ini.

Ketertarikan Ahmadi merancang mobil dimulai pada awal tahun 2000-an. Saat itu minatnya masih mobil konvensional. Ada berbagai prototipe yang ia buat, antara lain gokar yang memiliki mesin cukup simpel. Saat akan memasarkannya, timbul kekhawatiran: jika gagal, mobil-mobil yang telanjur diproduksi itu akan menjadi besi rongsokan.

“Kala itu saya berpikir bahwa mobil listrik adalah salah satu yang feasible, karena lebih ramah lingkungan dan irit bahan bakar,” ujar Ketua Ketua Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia serta Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia ini.

Kini, mantan karyawan Pindad dan PT Astra International (1992-98) ini telah menyiapkan prototipe mobil listrik dalam format city car dengan tiga warna pilihan: hijau, hitam dan putih. Ada dua tipe yang ditawarkan, yaitu Gran untuk kelas menengah, dan Lux yang harganya relatif lebih murah.

Yang jelas, saat ini prototipe tersebut masih dalam proses uji coba dan dalam tahap perbaikan sampai dijadwalkan diproduksi tahun depan. Menurut penerima beasiswa dari Impuls Siffting VDMA Germany untuk belajar permesinan di Trumpf Gmbh Maschinen Fabriek (1993) ini, sejauh ini hasil uji coba sangat menggembirakan. “Saya mencoba dari Bandung ke Jakarta, hasilnya lebih baik dari ekspektasi kami, dalam kemampuannya ketika menanjak, kenyamanannya, dan kemampuannya menyalip mobil lain,” ujar pria yang pernah belajar di Divisi Desain Mesin Tada Plant Daihatsu Motor Corp., Osaka, selama enam bulan ini (1995).

Ahmadi mengklaim mobil listrik buatannya punya sejumlah keunggulan. Pertama, tidak mengeluarkan emisi gas buang yang menimbulkan polusi udara ataupun efek rumah kaca. Kedua, getaran yang ditimbulkan sangat kecil dibandingkan mobil konvensional. Ketiga, noisy atau suara berisik cenderung tidak terasa. Keempat, akselerasi relatif lebih tinggi karena tidak perlu berganti kopling atau gigi, bahkan di tanjakan yang menikung, mobil listrik ini lebih cepat ketika menyalip mobil lain. Kelima, mobil listrik mampu menembus kecepatan 120 km/jam. Yang tak kalah penting, secara umum perawatan mobil listrik ini sama mudahnya dengan mobil konvensional. Ia pun menjamin mobil ini relatif aman karena tidak terlalu banyak komponen yang bisa menyebabkan kebakaran.

Dasep Ahmadi

Dasep Ahmadi

Namun, ia mengakui ada pula sejumlah kelemahannya. Antara lain, daya jangkaunya terbatas, yakni sejauh 140 km untuk sekali full charge. Hanya saja, ia memastikan baterai mobil ini menggunakan teknologi tercanggih, yaitu lithium ion yang berkapasitas tinggi dan dapat di-fast charging. Untuk penggunaan normal, baterai ini bisa bertahan kurang-lebih selama delapan tahun. Bila diisi di stop kontak listrik rumah, baterai mobil ini bisa terisi penuh dalam 4-5 jam, sedangkan dengan fast charging hanya perlu waktu sekitar 30 menit.

“Tetapi, saya menilai ini adalah sebuah PR, bukan hambatan. Yang terpenting, kami yakin secara teknis,” ujar Juara Pertama Lomba Inovasi Robotika 1987 ini. Sebenarnya, menurut dia, infrastrukturnya tidaklah mahal. Contohnya, untuk membangun tempat pengisian listrik (SPBU listrik) tidaklah mahal, hanya Rp 3-4 juta per SPBU.

Terkait pertemuannya dengan Dahlan Iskan hingga dipercaya membuat mobil listrik nasional,

menurut Dasep itu berawal dari keinginan Dahlan menciptakan mobil nasional. Dahlan mencari eksekutor yang tepat untuk mobil tersebut. Lalu, Ketua Ikatan Alumni ITB memperkenalkan Dahlan dengan Ahmadi. Dari perkenalan tersebut, kemudian tumbuhlah ide dan perencanaan untuk mewujudkan mobil listrik tersebut secepatnya. Menurut Ahmadi, Dahlan sangat senang karena dalam waktu relatif singkat ide mobil listrik tersebut sudah bisa direalisasi.

Urusan inovasi di bidang teknologi dan permesinan memang bukan hal baru bagi Dasep. Di kancah nasional, ia adalah peraih B.J. Habibie Technology Award 2009 dan penghargaan sebagai pionir dalam pengembangan teknologi dari Kementerian Perindustrian (diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono).

Kelebihan lainnya, Dasep bukan sekadar inovator, tetapi juga entrepreneur. Ia merupakan pemilik PT Sarimas Ahmadi Persada (SAP) yang bergerak di industri permesinan. Produknya antara lain CNC (Computer Numerical Control), induk dari mesin-mesin produksi, seperti mesin bubut. Selain CNC, SAP juga memproduksi mesin-mesin dan perkakas untuk order khusus, misalnya mesin pres, mesin alat-alat pertanian, dan mesin pencuci komponen mobil. Selain dipasarkan di Tanah Air, sejak 2006 mesin produksi SAP telah diekspor ke Malaysia. Untuk produk mesinnya ini, SAP mengusung dua merek: Ahmadi Mesin (untuk mesin mobil dan CNC) dan Sarimas Machine Maker (untuk special purpose machine).

Ya, mudah-mudahan kompetensi Dasep bisa memenuhi harapan Menteri Dahlan dan masyarakat, termasuk soal harganya yang mungkin nanti akan lebih terjangkau buat orang banyak. (*)

Yuyun Manopol & Triwahyuni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved