Profile Editor's Choice

Denise Tjokrosaputro: Menyempal dari Batik Keris, Rintis Bisnis Sendiri

Denise Tjokrosaputro: Menyempal dari Batik Keris, Rintis Bisnis Sendiri

Denise Tjokrosaputro, anak tertua Handiman Tjokrosaputro, pendiri Batik Keris yang legendaries itu. Denise sempat bergabung dengan bisnis keluarganya di Keris Galleri dan pabrik tekstil, karena latar belakang pendidikannya memang bidang tekstil. Tapi, setelah berjalan sekitar 5 tahun, Denise mundur dari bisnis keluarga dan memilih membangun imperium bisnis sendiri bersama suami tercinta. Kini posisinya adalah CEO Group Publisher MPG Media Publishing, yang menaungi penerbitan 16 majalah.

Bagaimana lika-liku Denise membangun kerajaan bisnisnya, ia menuturkannya kepada Ria Efriani Pratiwi.

Denise Tjokrosaputro dan Julius Ruslan

Denise Tjokrosaputro dan Julius Ruslan

Mengapa Anda memilih mengibarkan atau membangun usaha sendiri? Bukankah bergabung dengan bisnis orang tua lebih nyaman karena sudah jadi?

Saya bergabung di Batik Keris sekitar 4 sampai 5 tahun (sebelum akhirnya membangun bisnis sendiri). Jadi, saya mencicipi dari Keris Gallery, pabrik tekstil, dan juga beberapa unit usaha lain. Jadi putar-putar saja. Pada 2004-2005, saya masih involve di bisnis keluarga, tapi saya ingin juga punya usaha sendiri. Itu waktunya bersamaan dengan saya bertemu suami. Dia itu seorang entrepreneur, bekerja sendiri, lalu dia mengajak saya untuk mencoba membangun usaha restoran.

Karena berkecimpung di Keris Gallery itu saya jadi kenal dunia public relations (PR). Saya kenal seseorang yang jadi partner dalam membangun perusahaan PR sendiri. Waktu itu, Batik Keris dan Keris Gallery mensponsori acara Miss Universe, yang diselenggarakan Mooryati Soedibyo, dan di sana saya jadi tahu dunia PR, karena kita memakai perusahaan PR.

Lalu, saya ketemu dia (partner-nya) lagi setelah tidak bekerja lagi di perusahaan PR yang dulu itu. Saya ajak dia untuk membuat perusahaan PR sendiri, dan dari situ mulai dapat beberapa klien secara pelan-pelan. Dulu saya tidak bisa membuka usaha yang besar-besar, karena sebenarnya orang tua inginnya saya fokus di bisnis keluarga.

Denis Tjokrosaputro (tegak)

Bukannya mereka tidak merestui (saya membuka bisnis sendiri), tapi karena mereka tidak suka, jadi buat apa memberi modal. Sehingga saya mesti mencari usaha yang (bisa dibangun dengan) modal dengkul. Yang usaha restoran, modal awalnya dari tabungan saya, tapi yang PR itu kan sebenarnya tidak banyak modal yang dibutuhkan.

Dari perusahaan PR itu bergulir, dan lama-lama menjadi (perusahaan media) majalah. Kemudian, karena waktu itu sudah menikah dan mulai punya anak, jadi saya merasa itu saatnya to do my own thing. Untuk perusahaan keluarga kan sudah banyak profesional yang mampu menjalankan tugas masing-masing, juga di saat yang bersamaan adik-adik saya mulai kembali (dari kuliah di luar negeri), dan mereka berminat masuk ke bisnis keluarga juga. Dan usaha suami saya juga sudah semakin berkembang, lalu dia bilang ke saya bahwa dia membutuhkan saya untuk membangun bisnis kami lebih lanjut, sebab saya adalah partner-nya dalam bisnis tersebut. Karena memang kerja itu harus fokus ya.

Bagaimana dengan legacy atau nilai-nilai bisnis yang dibangun orang tua?

Pernah satu ketika, ada orang tanya juga apakah saya diharuskan (meneruskan bisnis keluarga)? Kalau orang tua saya bilang harus ya tidak juga, cuma orang tua kan ingin anaknya meneruskan. Karena mereka kan punya suatu legacy yang ingin diteruskan kepada generasi penerusnya. Eventually, orang tua saya memberikan blessing (untuk saya membangun bisnis sendiri), dan sekarang mereka bangga terhadap apa yang sudah saya capai, padahal MPG Media Publishing baru berdiri 5 tahun. Jadi orang tua saya membebaskan anak-anaknya menjadi apa saja, asal jadi ‘orang’ ya. Karena orang tua saya itu hanya menginginkan semua anaknya mapan. Mereka ingin kita semua jadi entrepreneur seperti mereka. So far, kita semua menjadi entrepreneur. Jadi pada akhirnya keinginan mereka (untuk anak-anaknya) memang tercapai.

Seberapa besar tantangan membangun bisnis sendiri?

Dulu suami saya memulai dengan bisnis (iklan) luar ruang, level 8, kemudian juga merambah ke yang lain yakni kita punya agensi model, hotel, furniture, namun kalau saya pribadi masih fokus di bidang publikasi. Enam tahun terakhir, day to day saya di majalah, tapi saya masih mengurusi masalah keuangan untuk semua unit bisnis. Kita mempunyai satu holding yang membawahi itu semua, yaitu Milestone Pacific Group (MPG). Di bawahnya itu ada MPG Media, MPHD untuk hotel dan Lux Living, serta MPG Media untuk Level 8, Spinner (perusahaan PR), MPG Media Publishing (16 majalah), juga modelling.

Sekarang MPG Media mempunyai 16 majalah, yang sebagian adalah license (franchise majalah asing), dan sebagian milik sendiri. Yaitu August Man Indonesia, Baccarat Indonesia, Dwell Asia, Gourmet Jakarta, HangOut Jakarta, Inspire Kids, Indesign Indonesia, Livingetc Indonesia, Property Luxuria, Nylon Indonesia, Nylon Guys Indonesia, Nylon Singapore, Rest & Relax Bali, Solitaire, Surface Asia, dan Timeless. Majalah kita lebih cenderung ke lifestyle.

Punya 16 majalah itu, supaya bertahan, pertama saya harus punya modal besar, karena kalau mencetak itu misal lewat bulan akan masuk ke sampah. Kedua, harus mempunyai kemauan keras, karena ini stres, bukan hanya masalah editorial saja, tapi mencari iklan juga gila. Kalau tidak ada iklan, ya tepar kan. Tapi juga jangan sampai membiarkan business mind kita menghambat kreativitas. Karena majalah saya lifestyle, jadi kalau tidak kreatif maka orang (pembaca) akan bosan.

Walaupun pertumbuhan bisnis MPG Media Publishing cukup bagus di 2013, cuma tahun ini tidak dikasih target yang terlalu tinggi, karena Pemilu itu membuat kita tidak bisa mengadakan event, karena mencari sponsorship-nya susah kan. Itu April sampai Juli, lalu Julinya ada Lebaran. Jadi semester pertama pada tahun ini hilang sudah. Target kita di tahun ini apakah mau tetap seperti tahun lalu atau sedikit lebih tinggi itu plus minus ya melihatnya, misalnya ongkos percetakan itu naik terus. Kalau saya mau bicara yang bagus-bagusnya saja, saya bisa, tapi saya berusaha realistis di sini. Saya bisa saja mencanangkan target penjualan tinggi di tahun ini, tapi pegawai sales saya yang “mati” kan.

Adakah keinginan kelak kembali lagi ke bisnis keluarga?

Sepertinya tidak (akan kembali lagi) ya. Saya memang memulai di bisnis keluarga, dan dari sana saya berkenalan dengan dunia PR dan publikasi (sampai sekarang sukses dengan MPG Media Publishing). Adik saya yang sekarang mengerjakan batik, tapi dia malah dulunya belajar marketing communication di Perancis, sedangkan saya yang belajar tekstil. You never know. Ya sudah lah, dowhatever that makes you happy. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved