Profile

Dikki Akhmar, Nakhoda Baru Asosiasi Cangkang Sawit

Dikki Akhmar, Nakhoda Baru Asosiasi Cangkang Sawit

Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) memiliki ketua umum baru. Sang nakhoda dari asosiasi yang terbentuk sejak tahun 2010 itu ialah Dikki Akhmar. Ia adalah Direktur PT Polindo Bio Energi Pratama, sebuah perusahaan penanaman modal asing yang investornya berasal dari Polandia, Horizon Investment, Co.Ltd.

Ketertarikan Dikki terhadap bisnis cangkang sawit merupakan ketidaksengajaan. Sebelumnya ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang persawitan. Latar belakang pendidikannya berasal dari jurusan Farmasi, Universitas Pancasila di Jakarta.

Dikki

Masuknya Dikki ke bisnis Cangkang pun tanpa direncanakan. Takdir itu dimulai dari perkenalan dirinya dengan warga negara Polandia empat tahun lalu. Warga Polandia itu kebetulan sedang melakukan pendidikan S3-nya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ketika itu, teman bulenya tersebut, mendapat informasi dari Kedutaan Polandia, bahwa ada pengusaha di Polandia butuh cangkang sawit. Dikki kemudian diperkenalkan dengan investor asal Polandia tersebut. “Mereka minta dicarikan cangkang sawit dan dibuatkan perusahaan PMA, lalu saya jadi direkturnya,” ujar menceritakan.

Beruntung pria kelahiran 18 Mei tahun 1971 itu sangat familiar dengan Kalimantan, ia sendiri berasal dari Samarinda dan punya akses untuk berhubungan dengan petani, pemilik perkebunan maupun pabrik sawit. “Awalnya saham saya hanya satu persen, kini perusahaan makin besar saham saya sudah 25 persen di Polindo,” ujarnya.

Sebelum berbisnis cangkang sawit ia juga pernah mencoba berkarir secara profesional di berbagai perusahaan. Ia pernah jadi product manager di Indofarma, pernah menjadi marketing di perusahaan milik Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan juga pernah bekerja di perusahaan Australia.

Sampai pada akhirnya ia mencoba membuka bisnis sendiri. Bisnis yang ia coba kala itu adalah distributor obat-obat.Malang, perusahaan tersebut kemudian bangkrut. “Justru bisnis saya yang masih eksis saat ini yang tidak berhubungan dengan farmasi, yaitu bisni media komunitas ‘My Tangsel’, ekspor kayu jati dan juga cangkang sawit.”

Kini setelah dilantik awal September ini, ia bertekad untuk mengakomodir kepentingan para anggota APCASI yang berjumlah 23 perusahaan, baik eksportir maupun suplier lokal. Visi utamanya dalam jangka pendek ialah meminta revisi atas pungutan ekspor cangkang sawit yang jika ditotal jumlahnya sebesar US$ 17 per ton. Padahal Dikki mengklaim margin keuntungan ekspor cangkang sawit hanya dikisaran US$ 4. Untuk menaikan harga jual dari US$ 70 menjadi kisaran US$ 85-90 pun sangat sulit. “Jarang ada yang mau,” ujarnya.

Selama ini ia mengungkapkan APCASI jarang dilibatkan atau disosialisasikan kebijakan-kebijakan kementerian teknis. Wajar saja jika kepentingannya asosiasi jarang diakomodir. “Memang awal dibentuk agak vakum ini asosiasi, ke depan target saya, asosiasi ini makin aktif,” dia menegaskan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved