Profile

Reza A. Maulana, Bisnis yang Bukan Sekadar Public Relation

Reza A. Maulana, Bisnis yang Bukan Sekadar Public Relation

Perkembangan industri media komunikasi terus berkembang pesat. Hal ini tak pelak membuat Reza A. Maulana, 39 tahun, tertarik terjun ke bisnis tersebut. Sejak tahun 2008, ia lantas mendirikan sebuah perusahaan bernama PT Roystone Advisory Indonesia bersama dua orang temannya Eduard Depari dan Affan Alamudi.

Dipilihnya bisnis komunikasi tidak sembarangan. Reza merasa pengalaman dan latar belakang pendidikannya sesuai untuk menjalankan bisnis tersebut. Ia pernah menjadi Country Director di APCO Worldwide (Indonesia), Channel Manager di Schlumberger, dan juga pernah bekerja di Morgan Stanley Dean Witter sebagai Privat Equty Analyst. Gelar pendidikan terakhirnya ialah Doktor Manajemen Bisnis di Universitas Padjajaran, dan aktif mengajar sebagai dosen tidak tetap di berbagai universitas.

Roystone dalam perkembangan terbukti dapat menghasilkan pendapatkan sekitar USD 1 juta setiap tahunnya. Bisnisnya pun lebih spesifik, dari sekedar public relation.”Bisnis kami lebih ke public affair,” katanya.

Reza A. Maulana

Berbeda dengan sekadar melakukan tugas public relation, kegiatan public affair ia katakan lebih melelahkan dan membutuhkan banyak tenaga, analisa dan pemikiran. Didalamnya banyak terjadi kegiatan-kegitan seperti lobi, negosiasi, komunikasi strategis dan pembentukan opini guna menperoleh dukungan publik. Maka itu, Reza tak mau gelap mata dalam menjalankan bisnisnya. Secara tegas ia membatasi jumlah klien yang Roystone terima. “Tidak akan lebih dari delapan klien,” ia menuturkan.

Padahal menurut dia ladang bisnis public affair bisa dikatakan sangat potensial. Baru sedikit perusahaan komunikasi yang memiliki fokus bisnis di kegiatan public affair. “Masih sangat terbatas,” ia menjelaskan. Ia khawatir bila terlalu agresif, justru hal tersebut mempengaruhi reputasi dan kredibilitas perusahaan .

Ia percaya kelangsungan bisnis dalam jangka sangat tergatung atas kualitas bukan kuantitas. Terbukti selama ini hampir seluruh klien merasa puas dengan jasa yang diberikan Roystone. Tak heran bila kemudian banyak klien yang berulang atau datang lagi ketika sedang ditimpa permasalahan. Pertamina, dan Hanjaya Mandala Sampoerna adalah salah satu contoh perusahaan yang pernah menjadi klien Roystone. “Kebanyak klien kami dari industri migas,” ujarnya.

Awal-awal pendirian perusahan, Reza mengatakan kunci keberhasilannya adalah dengan aktif melakukan jemput bola. Caranya dengan rajin mengadakan pertemuan-pertumuan yang ia namakan ‘Roystone Rountable”. Pertemuan tersebut ialah pertemuan yang di desain khusus guna membahas regulasi,opini publik dan kepentingan bisnis. Berbagai stake holder dari berbagai lapisan dihadirkan seperti tokoh-tokoh senior dari pemerintahan, korps diplomatik, akademisi dan dunia usaha.

Saat ini Roystone memiliki sekitar 20 konsultan. Konsultan-konsultan tersebut berasal dari berbagai disiplin ilmu dan mempunyai pengalaman yang beragam. Wawasan yang luas menjadi salah satu prasyarat utama perusahaan melakukan rekuitmen. Calon konsultan dituntut untuk sensitif atas isu dan perkembangan terkini. “Salah satu yang saya pasti tanya adalah, kamu baca Apa? kalau baca koran atau majalah, majalahnya apa? korannya apa?,” katanya.

Pada tahun 2013,- lima tahun sejak pendiriannya- perusahaan juga telah memiliki anak usaha baru bernama Digivla. Perusahaan tersebut menjalankan bisnis berupa alat media analis atau media monitoring. Alat ini memungkinkan klien untuk memonitor menganalisis publisitas harian mereka di media cetak dan portal online setiap harinya. Tidak kurang lebih dari 33 Kementerian atau lembaga serta instansi menjadi klien Digivla. “Pendapatan per-bulannya sekitar Rp 495 juta,” Reza menambahkan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved