Profile

Siti Prameswari Wulandari, Memberi Lebih dari yang Diminta Perusahaan

Siti Prameswari Wulandari, Memberi Lebih dari yang Diminta Perusahaan

Siti Prameswari Wulandari, Industry Market Development Manager Microsoft Indonesia, berperan memasarkan produk-produk Microsoft untuk sektor publik, khususnya lembaga edukasi dan pemerintahan. Tugasnya adalah memberikan informasi mengenai opsi-opsi yang dimiliki produk Microsoft untuk kedua sektor lembaga itu. Nah, apa saja terbosan yang dilakukan Prameswari dalam mengemban tugasnya? Ikuti perbincangannya dengan Rangga Wiraspati:

Apa tugas dan tanggung jawab Anda di posisi sekarang?

Posisi saya saat itu adalah Audience Marketing Manager for Education. Saya berada di posisi itu selama dua tahun, kemudian bulan November 2012, saya dipromosikan untuk posisi Industry Market Development Manager. Perannya kurang lebih campuran antara marketing dan managing partners. Area marketing yang saya pegang adalah sektor publik. Karena saya orang marketing yang secara khusus mengurus sektor publik, saya meminta input dari bagian sales pada departemen kami mengenai kebutuhan pasar, ketika konsep aktivitas pemasaran sudah terbentuk, saya berkonsultasi dan membagi tugas dengan bagian marketing.

Microsoft tidak pernah berjualan langsung kepada klien, selalu melalui mitra (dealer, dll). Saya bertugas mengurus mitra yang memasarkan Microsoft ke lembaga edukasi dan lembaga pemerintahan. Lembaga edukasi meliputi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan berbagai sekolah serta perguruan tinggi. Kami di Microsoft merancang kampanye pemasaran untuk menjangkau konsumen sektor publik itu, karena kami mempunyai harga sendiri untuk produk konsumsi sektor publik tersebut. Jadi, tugas saya adalah memberikan informasi mengenai opsi-opsi yang dimiliki produk Microsoft untuk sektor lembaga edukasi dan lembaga pemerintahan. Baik produk untuk lembaga edukasi dan lembaga pemerintahan mempunyai spesifikasi yang berbeda.

Kalau disimpulkan, tugas saya dari sisi marketing adalah menciptakan permintaan untuk produk dengan lisensi khusus lembaga edukasi dan lembaga pemerintahan, yang bisa dicapai melalui beragam aktivitas edukasi produk. Untuk sasaran lembaga edukasi, saya memanfaatkan iklan di media massa (koran dan majalah) dan telesales.

Sementara itu, untuk lembaga pemerintahan saya memanfaatkan event seperti seminar, talkshow, dan juga pertemuan langsung satu lawan satu untuk menjelaskan produk. Sementara itu, untuk peran managing partners, pada intinya saya memberikan edukasi kepada mitra agar mereka mau menjual produk Microsoft. Caranya beragam, mulai dari mengajari langsung mitra tentang produk kami, sampai pemberian program insentif atau diskon.

Siti Prameswari Wulandari

Apa target Anda di posisi sekarang?

Target dari pekerjaan saya, yang terhitung adalah peningkatan revenue. Sementara itu, yang tidak terhitung adalah peningkatan permintaan, artinya tanpa kami harus menjemput bola ke konsumen, konsumen sudah mencari produk Microsoft. Seperti orang mencari produk AC, otomatis mereka akan mencari produk Panasonic, atau mesin cuci Samsung.

Untuk produk Microsoft, banyak konsumen masih lebih tertarik untuk membeli bajakan. Maka saya perlu meningkatkan awareness konsumen, dalam posisi saya adalah lembaga edukasi dan lembaga pemerintahan, terhadap produk asli Microsoft. Dari inisiatif telesales yang saya lakukan untuk lembaga edukasi, ternyata 80% konsumen lembaga edukasi belum mengetahui adanya produk Microsoft khusus untuk lembaga edukasi. Supaya jangkauan edukasi lebih luas, kami menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggelar serangkaian event bersama, di acara itu kami memberikan edukasi tentang solusi-solusi yang ditawarkan Microsoft bagi pengguna di lembaga edukasi. Untuk lembaga pemerintahan memang kami lebih banyak mendatangi mereka satu-satu. Saya pernah membuat satu event besar untuk mensosialisasikan Microsoft kepada institusi pemerintah. Saat itu datang 60 perwakilan dari 20 Kementrian.

Apa terobosan yang pernah Anda lakukan?

Di bulan April-Juni 2012, untuk menjangkau unmanaged accounts (jumlah karyawan Microsoft tidak mampu mengurus segmen sekolah, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu), saya bersama tim melakukan breadth campaign. Aktivitas breadth campaign meliputi gabungan iklan media massa dan roadshow event yang kami adakan bersama beberapa Dinas Pendidikan Daerah. Kami melakukan roadshow ke Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Padang. Rata-rata setiap kali roadshow ada 100 kepala sekolah yang datang. Pada kegiatan roadshow ini kami membuat permintaan, untuk hubungan lebih lanjutnya kami pakai cara telesales. Aktivitas roadshow belum pernah dilakukan Microsoft Indonesia sebelumnya, karena memang kami lebih banyak fokus kepada akun yang ada account manager-nya sebelumnya. Maka, kami coba garap unmanaged accounts itu dengan cara roadshow ini, sekaligus riset pasar juga. Terbukti, banyak sekali konsumen yang tidak tahu tentang produk Microsoft khusus lembaga edukasi.

Apa prestasi yang pernah Anda dapatkan?

Saya pernah mendapatkan penghargaan dari Microsoft Asia Pacific untuk Cross-Collaboration di tahun 2012. Penghargaan itu diperuntukkan bagi karyawan yang berprestasi ketika berkolaborasi dengan departemen lain dalam perusahaan. Selain itu, tidak ada pencapaian pribadi saya ketika di Microsoft. Paling, tahun lalu tim edukasi kami di Microsoft Indonesia meraih juara dua se-Asia Pasifik, juara satunya adalah tim dari Australia yang tentu pasarnya sudah lebih dewasa di sana. Di tahun lalu target revenue, permintaan, dan awareness dari tim marketing & sales kami tercapai.

Bagaimana cara Anda mencapai prestasi tersebut?

Bagi saya pribadi, sebagai karyawan saya bangga bisa mencapai posisi saat ini dalam waktu promosi jabatan yang relatif cepat. Selain kerja keras, menurut saya kita harus memberi lebih kepada perusahaan jika ingin menapaki jenjang karier di perusahaan. Kalau saya hanya memberi yang diminta oleh perusahaan, saya tidak ada istimewanya dibandingkan karyawan lainnya. Maka, saya selalu menyasar tujuan yang lebih dari target yang diberikan kepada saya. Lalu, saya pikir saya cukup beruntung. Selama perjalanan karier saya, terkahir di Microsoft ini, saya memiliki atasan yang terbuka, open-minded, jadi ia memberi saya kesempatan untuk bereksprimen dengan ide-ide baru serta membuktikan diri.

Di departemen saya ada 15 orang, saya tidak punya anak buah, ada delapan orang yang posisinya sejajar secara struktural dengan saya, kami melapor kepada satu direktur. Kami ber-15 merupakan tim yang hebat, rekan-rekan sangat kooperatif dengan ide-ide yang ingin saya jalankan dan mereka mau untuk saling membantu. Artinya, jika ada orang yang pekerjaannya sudah selesai ia mau membantu pekerjaan karyawan lain. Gaya saya untuk mengkoordinasikan rekan-rekan adalah cerewet, namun bukan cerewet secara menyebalkan. Tentunya kita perlu tahu karakter kerja dan pribadi rekan, namun ada saja cara saya supaya rekan tidak kesal secara pribadi dengan saya.

Menurut Anda kompetensi dan skill yang Anda miliki?

Saya memiliki atensi kepada detil yang tinggi. Saya baru berkecimpung dalam pemasaran di sektor publik sekitar tiga tahun, tentunya banyak hal seperti peraturan dan compliance yang membutuhkan ketelitian dalam penanganannya. Dari Microsoft sendiri pun banyak rambu-rambu dalam menggarap sektor publik. Karena saya suka pada detil, maka segala catatan proyek bisa tersusun rapi, mulai dari dokumentasi sampai laporan. Plus saya suka dengan angka (hitungan) sehingga memudahkan dalam membuat laporan keuangan.

Jika Anda seorang pemimpin, apa saja yang Anda lakukan?

Saya ingin membawa bisnis naik level dengan ekspansi, baik ekspansi secara SDM atau ekspansi secara pertumbuhan revenue. Kedua, melakukan pengembangan kapasitas dari SDM. Pelajaran yang saya dapat dari posisi sekarang adalah kita tidak bisa bekerja sendiri dalam perusahaan. Team work yang maksimal dapat tercapai jika pemimpin mau dan percaya untuk mendelegasikan pekerjaannya kepada anggota tim. Jika saya menjadi pemimpin di Microsoft, saya akan mengembangkan kapasitas SDM melalui job training. Hal itu dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, menerjunkan karyawan langsung ke lapangan/pekerjaan, yang kedua adalah membuat kelas pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing divisi. Pada setiap kelas tentu ada mentor-nya. Untuk strategi bisnis, kami harus meriset terlebih dahulu area atau segmen di mana Microsoft bisa unggul. Saat ini kami memang menargetkan unggul di semua sektor, tetapi strategi yang ditempuh masih sporadis, sehingga memberatkan kami yang di lapangan.

Jadi, menurut saya Microsoft Indonesia harus fokus dulu untuk memenangi kompetisi di satu sektor, baru setelah itu perlahan-lahan menggarap sektor lainnya. Di Indonesia sendiri, menurut saya sektor yang perlu ditonjolkan adalah sektor enterprise, sebab perubahan kebutuhannya tidak secepat di sektor consumer. Kemudian saya ingin menanggulangi pemabajakan, yang merupakan salah satu isu utama di Microsoft.

Salah satu cara yang ingin saya tempuh adalah edukasi tentang HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) kepada mitra dagang dan konsumen. Penanganan anti-pembajakan memang tidak bisa dipukul rata. Untuk pemakai software enterprise, lebih baik menggunakan pertemuan antar AM (account manager). Saya kurang setuju dengan pendekatan keras dalam pemberantasan pembajakan, karena pada dasarnya orang tidak tahu saja dengan adanya produk-produk Microsoft untuk sektor tertentu.

Untuk mengedukasi pemakai software consumer, memang kami tidak bisa jalan sendiri, karena perlu sebuah gerakan yang masif. Cara yang bisa ditempuh adalah menggandeng HAKI, BSA, dan produsen lain, karena bukan software Microsoft saja yang dibajak.

Bagaimana Anda memandang wanita yang sukses dalam karier dan keluarga?

Menurut saya, sukses ganda seorang wanita karier ditentukan oleh penyeimbangan waktu, satu hal yang tidak mudah dilakukan. Buat saya pribadi arti dari perempuan yang sukses adalah perempuan yang mampu menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pekerjaannya. Supaya dua kehidupan itu bisa seimbang, dibutuhkan kemampuan untuk mengatur skala prioritas.

Bagi seorang wanita berkeluarga yang ingin sukses pada karier, pertama kali dibutuhkan suami yang mau mengerti aspirasi istrinya untuk berkarya. Jadi seorang wanita karier akan membutuhkan suami yang open-minded dan mandiri, tidak terlalu bergantung pada istri. Kedua, tentu pembagian tugas antara suami dan istri. Agar pembagian tugas berlangsung lancar, komunikasi antara suami dan istri tidak boleh putus, apalagi saat ini teknologi sudah mendukung. Bagi saya, analoginya suami merupakan CEO dan istri adalah CFO dan COO. Namun bukan berarti segala kebijakan absolut milik suami. Itu hanya karakteristik pembagian tugasnya saja. Karena bagi saya suami adalah imam, maka ujung-ujungnya keputusan berada di suami. Saya pikir pengaturan karier dan rumah tangga akan kembali pada kesepakatan awal antara suami dan istri.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved