Profile

Sumber Ide Marketing Marieska “Bango” Widhiana

Sumber Ide Marketing Marieska “Bango” Widhiana

Ide tak akan habis kalau selalu berkaca pada consumer’s insight. Cita-cita pun tak akan mati selama memikirkan food and parenting. Demikian keyakinan Marieska Widhiana, perempuan Jawa kelahiran Bandung, 6 Agustus 1975.

Dalam rekam jejak kariernya, Marieska sudah mengantongi pengalaman 13 tahun. Ia membuat debut dengan menangani biskuit Oreo di Kraft Foods, dulunya Nabisco, selama 5,5 tahun. Kemudian ia pindah ke Sara Lee, perusahaan tempat ia menangani merek Zwitsal, salah satunya. Kini dia bertugas sebagai Senior Brand Building Manager, alias “ibu” untuk merek kecap Bango yang dimiliki PT Unilever Indonesia Tbk. itu.

Masa-masa kuliah 4 tahun dinikmatinya di Melbourne dulu, tepatnya di kampus RMIT. Sebagai mahasiswa Food Science and Technology, pernah ia menjadi seorang pizza chef paruh waktu di sebuah restoran. Sampai kini, pehobi renang, bernyanyi, dan memasak ini keranjingan industri pangan.

Tapi, pindah dari ilmu pangan ke karier marketing bukan tak patut dipertanyakan. Bagaimana Marieska menyesuaikan diri? Tidakkah ibu 3 anak itu menghadapi kebingungan saat harus memoles merek yang menjadi tanggung jawabnya? Dalam sebuah wawancara selepas waktu kerja, Marieska menjawab rasa penasaran SWA Online.

Marieska Widhiana

Marieska Widhiana, Senior Brand Building Manager PT Unilever Indonesia Tbk.

Mengapa Anda tertarik bekerja untuk pasaran sebuah merek?

Dari awal, passion saya memang untuk industri pangan. Dan terus terang saat kuliah, saya mencari ilmu yang jarang.

Selulus kuliah, saya punya 2 pilihan. Yang satu, product development. Satu lagi, marketing di Nabisco. Kalau memilih product development, saya harus bekerja di Cikarang, sementara ibu saya sakit keras. Saya tak mau tinggal jauh dari keluarga. Jadi, saya pilih marketing management trainee.

Ternyata walaupun mayor saya teknologi pangan, saya tidak mengalami kesulitan karena sempat belajar consumer studies juga. Malah sangat menyenangkan. Apalagi di Indonesia, marketing lebih dinamis daripada teknologi.

Lalu kapan datangnya momen Anda merasa cocok dengan karier marketing?

Yang saya suka dari marketing itu consumer insight-nya. Dalam marketing, kami menyediakan produk yang dimaui konsumen. Kalau mereka senang, rasanya seperti memberi hadiah yang tepat untuk seseorang. Momen-momen peluncuran produk, kampanye berhasil, dan ternyata produknya laku sangatlah menyenangkan.

Dari pengalaman selama ini, mana kampanye produk yang paling membekas?

Salah satu yang saya rasa hasilnya bagus adalah Zwitsal Baby Care. Dalam waktu 4 tahun saya memegang Zwitsal, pertumbuhannya bisa berkelanjutan sampai double digit. Padahal angka kelahiran [bayi] hanya 3%.

Pendorongnya tentu produk baru, Zwitsal Natural. Melihat insight bahwa ibu ingin produk yang alami dan aman untuk bayi, kami meluncurkan shampo losion rambut berkandungan Aloe vera, kemiri, seledri. Peluncurannya tahun 2005. Sampai sekarang pun masih bagus.

Saya merasa itu suatu kepuasan karena benar-benar dikembangkan dari scratch. Konsumen masih percaya pada tradisi. Dan kami gabungkan dengan kekuatan brand sendiri dan market gap yang ada. Tentunya berkat kerja tim lokal.

Kini Anda memegang merek Bango. Apa sebenarnya yang Anda lakukan?

Kaya’ ibu punya anak. Kebayang kan, semuanya diurusin, mulai dari ilmu dasar marketing 4P, potensi penjualan, sampai memastikan produk cukup untuk melayani sekian banyak konsumen. Tentu kerja tim juga. Hanya saja, brand manager dan marketing manager mengeset agenda untuk mendorong itu.

Marieska Widhiana (paling kiri) dalam salah satu kampanye Bango

Marieska Widhiana (paling kiri) dalam salah satu kampanye Bango

Sekarang apa terobosan yang Anda godok di Bango?

Banyak inovasi yang akan dilakukan, misalnya Festival Jajanan Bango. Itu juga dimulai dari menemukan konsep dan celahnya seperti apa sampai akhirnya penyiaran media tentang Festival Jajanan Bango paling tinggi tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di tiap momen, ada hal-hal membanggakan.

Kapan dan apa kesulitan Anda selama mengelola suatu brand?

Paling sulit saat perencanaan. Mau apa ya, tahun depan? Mesti memilah macam-macam data. Menurut saya, hal ini secara strategis paling menarik dan menantang. Perlu kemampuan memilah data dan punya visi, brand mau dibawa ke mana.

Cara menyiasati kebingungan saat perencanaan?

Mesti tahu dulu rapor brand. Pasti akan riset kontinu dan akhirnya menemukan peluang. Semua bermula dari consumer’s insight. Tak mungkin kehabisan ide kalau mendengarkan konsumen. Peluang pasti ada, malah bingung memilihnya.

Setelah berkarier 13 tahun, masih ada ambisi yang belum kesampaian?

Saya ingin sekali belajar nutrisi. Ingin lebih tahu lagi. Karena basic saya adalah teknologi pangan. Dan saya tahu bagaimana mendengarkan konsumen. Kenapa deliver sesuatu yang berguna Interest masih ada. Cuma tidak punya waktu 100% untuk itu.

Yang selalu bikin gereget adalah food and parenting. Saya tak akan kehabisan cita-cita kalau mikirin itu. Ha ha ha. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved