Marketing Strategy

Hinabi Targetkan Penjualan Alat Berat Naik Pada Semester II 2015

Hinabi Targetkan Penjualan Alat Berat Naik Pada Semester II 2015

Proyek pembangunan infrastruktur pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla diharapkan bisa mendorong pertumbuhan pasar alat-alat berat, khususnya alat berat konstruksi. Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) membidik penjualan alat-alat berat bisa meningkat pada semester II 2015 yang akan ditunjang peningkatan penjualan alat-alat berat konstruksi seiring dengan realisasi pembangunan infrastruktur tersebut.

alat alat berat (kaskus.co.id)

pembangunan infrastruktur memndorong perkembangan bisnis alat alat berat (kaskus.co.id)

Jamaludin, Ketua Hinabi, mengatakan penjualan di Januari dan Februari di tahun ini masih stagnan. Menurutnya, industri tambang masih belum bangkit sehingga belum bisa mendorong penjualan alat berat. Penurunan harga komoditas global, seperti batu bara membuat roda bisnis perusahaan tambang menurun. “Oleh karena itu, Hinabi berharap penjualan alat-alat berat dari konstruksi bisa menopang penjualan di semester II tahun ini,” kata Jamaludin melalui sambungan telepon (2/3).

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU-PERA) mengumumkan kebutuhan peralatan berat dalam jumlah yang cukup besar guna menyokong pembangunan infrastruktur. Guna merespon proyek pembangunan infrastruktur dari pemerintah, Hinabi memperkirakan produksi alat berat di tahun ini akan didominasi oleh eskavator dan bulldozer dengan bobot 10-30 ton.

Jamaludin menyebutkan selain alat-alat konstruksi, penjualan alat-alat berat untuk kehutanan dan perkebunan juga ditargetkan bisa menopang penjualan alat-alat berat di semester II. “Penjualan alat berat dari konstruksi, perkebunan, dan kehutanan kita harapkan bisa memberi kontribusi penjualan sebanyak 60%-70% dari total target penjualan di tahun ini,” ia menjelaskan.

Nantinya, alat-alat berat konstruksi akan menggeser kontribusi penjualan alat-alat berat pertambangan yang sebelumnya lebih dominan. “Bisnis pertambangan masih mati suri sehingga produksi alat berat untuk mining dan dump truck diturunkan,” katanya.

Bisnis perusahaan perkebunan diprediksi masih baik kinerjanya di sepanjang tahun ini. Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih emiten perkebunan. Laba bersih PT Dharma Satya Nusantara, Tbk (DSNG) pada 2014 tercatat sebanyak Rp 649,8 miliar, atau naik 201,3% apabila dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp 215,7 miliar. Djojo Boentoro, Direktur Utama Dharma Satya Nusantara, dalam keterbukaan informasinya baru-baru ini, mengumumkan kinerja keuangan didorong oleh adanya peningkatan pendapatan dari sektor industri kelapa sawit.

Menurut Djojo, harga rata-rata CPO pada tahun lalu mencapai Rp 8,27 juta per ton atau mengalami kenaikan sebesar 17,4% dibandingkan harga rata-rata di 2013 sebesar Rp 7,05 juta per ton. Harga CPO sejak kuartal IV/2014 terus melemah yang berlanjut sampai awal tahun 2015. Sedangkan, laba bersih PT Astro Agra Lestari, Tbk (AALI), pada 2014 tercatat naik sebesar 38,9%, atau menjadi Rp 2,5 triliun dari di tahun sebelumnya.

Kendati demikian, lanjut Jamaludin, volume penjualan alat-alat berat hingga akhir tahun ini akan stagnan dan jumlahnya akan sama seperti realisasi di tahun 2014 sebanyak 5,172 unit. Ia menambahkan kapasitas terpasang alat-alat berat nasional sebanyak 10 ribu unit per tahun. Namun, produksinya hanya mencapai 30% dari jumlah total kapasitas produksi tersebut. “Ke depan, proyek pemerintah bisa menunjang pertumbuhan produksi dan penjualan alat berat nasional,” imbuhnya.

Penjualan alat berat di tahun 2014 menurun karena bisnis-bisnis pertambangan tidak bergairah. Akibatnya, kinerja perusahaan alat berat dan pertambangan juga tertekan. Laba bersih PT Hexindo Adiperkasa, Tbk (HEXA) di tahun lalu turun 29,3%, menjadi US$ 11,9 juta dari US$ 16,9 juta pada 2013. Sedangkan, laba bersih PT United Tractors, Tbk (UNTR) malah naik sebesar 11% mencapai Rp 5,37 triliun dari Rp 4,8 triliun.

Walau demikian, penjualan alat berat Komatsu yang dijual United Tractors turun menjadi 3,513 unit dari 4,203 unit. Penurunan tersebut terutama karena adanya perlambatan di sektor pertambangan dan perkebunan. Sektor pertambangan menyerap 35% dari total penjualan alat berat Komatsu. Selanjutnya, sektor konstruksi menyerap 28%, sektor perkebunan sebesar 23%, dan sisanya sebesar 14% diserap sektor kehutanan. Penurunan aktivitas di sektor pertambangan juga menyebabkan penurunan penjualan UD Trucks, yang mengalami penurunan menjadi 171 unit dari 365 unit. Sedangkan penurunan penjualan truk Scania menjadi 365 unit dari 445 unit. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved