Management Strategy

Kuta, Primadona yang Terus Dijaga

Kuta, Primadona yang Terus Dijaga

Awalnya, Kuta hanya sebuah desa yang tenang jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Namun, hamparan pasir putih dan deburan ombak indahnya memikat para wisatawan domestik maupun asing. Kini, Kuta telah menjelma menjadi destinasi wisata favorit di dunia. Para pelancong bisa berenang, berselancar, atau hanya sekadar berjemur menikmati sinar matahari. “Bersyukur Pantai Kuta sudah punya nama sehingga tidak usah dipromosikan. Wisatawan pasti datang,” ujar Wayan Suarsa, Bendesa Adat Kuta.

Pria yang akrab dipanggil Jero Bendesa itu memikul tanggung jawab berat sebagai pengelola Pantai Kuta. Nama besar pantai dengan keindahan pemandangan sunset-nya itu menjadi taruhannya. Ia mesti memiliki program bagus untuk menjaga bentangan pantai yang relatif panjang dengan dukungan infrastruktur memadai. Semuanya untuk menjaga nilai jual lebih Panti Kuta dibanding pantai-pantai indah lainnya di Indonesia.

Tamatan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang sempat mengabdi pada Perum Pegadaian ini membentuk lima unit pengelolaan yang bertanggung jawab langsung pada Bendesa Adat untuk memudahkan koordinasi. Ada unit pengelola kebersihan pantai yang beranggotakan 60 orang ibu-ibu warga Desa Adat Kuta. Ada juga Unit Pengelola Konservasi Tukik yang juga bertanggung jawab pada pelestarian penyu di Tanah Air.

Wisatawan tampak bergegas hendak berselancar di Pantai Kuta.

Suasana di di Pantai Kuta.

Ada juga unit pengelola distribusi makanan dan minuman yang bertanggung jawab memasok makanan dan minuman bagi 138 pedagang setiap pagi dan menyimpannya kembali saat sore hari tiba sehingga tak ada penimbunan stok barang di sepanjang pantai. Unit lain yang tak kalah penting adalah satuan tugas pengamanan pantai yang beranggotakan 50 orang terlatih yang terbagi dalam empat shift, serta unit pengelola event-event di sepanjang pantai.

“Tahun ini kami berharap kelima unit tersebut sudah berjalan optimal. Sehingga, kebersihan, ketertiban, dan kenyamanan pantai terus terjaga,” katanya.

Kebersihan masih menjadi masalah. Tidak mudah menjaga kebersihan karena banyaknya sampah kiriman yang terbawa hanyut oleh air laut di pantai sepanjang 4,5 kilometer itu. Pengunjung, pedagang, dan pelaku usaha pariwisata lainnya juga harus ikut peduli menjaga kebersihan. Dengan kepedulian, urusan kebersihan akan menjadi lebih gampang. Untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan konservasi penyu lewat pemeliharaan tukik (anak penyu), semua tenaganya diambil dari warga desa adat. “Selain gaji, mereka juga mendapatkan bonus. Tak kurang dari Rp100 juta habis untuk upah setiap bulannya. Ada juga bonus tahun baru,” ungkapnya.

Dengan membaiknya kinerja unit-unit pengelola, ia berharap pendapatan melesat setiap bulannya. Targetnya adalah Rp300 juta perbulan dari rata-rata penghasilan saat ini yang hanya Rp100 juta. Jero Bendesa juga punya program unggulan berupa festival seni, seperti lomba Ogoh-Ogoh, lomba Jegeg Bunga Desa, Parade Gong, hingga semarak pasar Majalangu, gelaran pasar tradisional di sepanjang pantai yang diadakan sehari setelah Hari Raya Nyepi. “Kami berkomitmen mempertahankan Pantai Kuta sebagai destinasi wisata unggulan,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved