Profile

Mario Hartono

Oleh Admin
Mario Hartono

Lulus dari Suffolk University, Boston, Amerika Serikat, Mario Hartono langsung bergabung dengan PT Warna Mardhika (WM), perusahaan keluarga yang dibangun lebih dari dua dasawarsa silam. “Saya diberi tanggung jawab untuk mengembangkan dan membesarkan perusahaan ini,” tutur Mario yang tahun ini genap berusia 33 tahun. Tak mudah baginya melebarkan sayap bisnis perusahaan garmen yang dibesut sang ayah, Eddy Hartono. Apalagi Eddy berhasil mengembangkan merek yang berada di bawah kendali WM seperti Hammer, Nail dan Mangosteen.

Diakui penikmat jalan-jalan dan fotografi ini, ia mendapatkan banyak ilmu dari sang ayah yang kerap mengajarinya cara pandang tentang visi berbisnis jangka panjang. “Beliau selalu mengatakan agar berpikir untuk jangka panjang dan bukan untuk masa sekarang saja,” kata Mario yang juga mengembangkan bisnis F&B dan otomotif. Misalnya, ketika banyak perusahaan tutup saat terjadi krisis moneter 1998, ayahnya malah melakukan perubahan konsep dan rejuvenasi merek. Hasilnya, terbukti sampai sekarang perusahaan keluarga ini tetap eksis. “Ayah adalah tokoh idola saya,” katanya mengakui.

Di tangan Mario, perusahaan membesut merek baru Coconut Island, yang sukses berkembang hingga memiliki 20 gerai bahkan merambah Taiwan. “Untuk yang di Taiwan, kami menggunakan konsep waralaba,” ayah satu putri ini menjelaskan. Coconut Island sendiri, lanjut Mario, berkontribusi positif terhadap total penjualan WM, yakni 30%. “Itu melebihi dari target awal yang kami canangkan. Ke depan, saya ingin menambah lagi profit perusahaan dengan memaksimalkan merek-merek kami,” ujarnya.

Aziz Fahmi Hidayat


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved