My Article

Qurban dan Kesiapsiagaan Bencana

Qurban dan Kesiapsiagaan Bencana

Oleh: Nur Efendi, CEO Rumah Zakat

Nur Efendi, CEO RZ.
Nur Efendi, CEO RZ.

“Terima kasih Superqurban,”. Begitulah ungkapan warga Desa Balita, Gane Barat, Halmahera Selatan, Maluku Utara pasca gempa besar 7,2 Skala Ritcher (SR) melanda Pulau Halmahera pertengahan Juli lalu. Ribuan rumah rusak, menyisakan ribuan warga yang memilih tenda sebagai tempat tinggal sementara.

Di tengah bencana, senyum merekah, sembari menikmati lahap sajian Superqurban Rumah Zakat yang diqurbankan tahun-tahun sebelumnya. Puluhan ribu paket kornet qurban dari para pequrban dihantarkan menjangkau Desa Gane Dalam, Gane Luar, Desa Kuwo, Desa Ranga-Ranga. Sebagian besar Desa-desa ini hanya dapat ditempuh dengan jalur laut dan udara.

Belum usai gempa di Halmahera, gempa besar melanda Pulau Jawa baru-baru ini, berpusat di Selatan Banten dengan Magnitudo 6,9 Skala Ritcher (SR). Saking besarnya gempa ini, sebagian warga Jawa Barat, Banten, Jakarta hingga Jawa Tengah merasakannya dan kejadian ini menjadi trending topic di twitter.

Indonesia, sebagaimana dilansir Republika Kamis (1/8/2019), memang merupakan salah satu negara paling rawan bencana. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa warga Indonesia harus menerima kondisi wilayah yang rentan terhadap gempa dengan mempersiapkan diri bila terjadi gempa.

Ada enam zona subduksi lempeng aktif dengan 16 segmen zona megathrust. Selain itu, terdapat 295 segmen sesar aktif yang sudah teridentifikasi. Sepanjang Juli 2019 saja, lansir Republika, terjadi 841 kali gempa, yang berarti meningkat bila dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 735 kali.

Kesiapsiagaan bencana menjadi kunci masyarakat dalam menghadapi bencana, dan seperti ungkapan para korban bencana selama ini kami berinteraksi, ternyata stok pangan menjadi salah satu hal yang penting dalam kesiapsiagaan bencana. Karena itulah, Superqurban hadir sebagai solusi pangan tersebut.

Qurban dan Bencana

Saya masih ingat ketika pertengahan tahun 2018, bencana kelaparan dan gempa berurutan melanda Maluku dan Lombok. Rizky, seorang relawan Rumah Zakat ketika menjejakkan kakinya di Desa Maeno Rendah Maluku Tengah, matanya berkaca-kaca, melihat tragedi kelaparan yang melanda Suku Mausu Ane.

Di sanalah, tersiar kabar tiga orang warganya mati kelaparan, dan lainnya kekurangan gizi. Dengan membopong kornet dan rendang Superqurban, mereka menyelusup hutan nan perawan. Mencapai suku pedalaman memang tak mudah. Mereka hidup nomaden, dari satu belantara ke belantara lainnya.

Rasa lelah para relawan tiba-tiba lenyap, ketika melihat penduduk Suku Mausu Ane dengan lahap menyantap daging Qurban, yang boleh jadi dikurbankan tiga tahun lalu, namun masih bisa dinikmati hingga kini.

Di saat yang sama, di Lombok, sepuluh ribu paket superqurban tiba, mengisi menu dapur umum di desa yang terdampak paling parah seperti Dusun Mentareng Desa Obel-obel, Sambelia Lombok Timur.

Pada kondisi darurat alias emergency, Superqurban rupanya dapat menjadi salah satu alternatif cadangan makanan yang begitu bermakna. Para pengungsi di Somalia, Suriah, Palestina, Myanmar, hingga pelosok negeri ini saksinya.

Superqurban bahkan menembus relung-relung belantara, membelah lautan, melewati pegunungan, bahkan menjejak di daerah perang hingga titik terujungnya. Sampai tengah tahun 2019 saja, sudah 502.521 paket kornet dan rendang hadir di 1.234 desa dari Aceh hingga Papua.

Adalah wasilah para pequrban yang mengamanahkan qurbannya kepada Rumah Zakat. Daging qurban yang dijadikan kornet ini telah menyebar menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Kami meyakini, pendistribusian merata hingga pelosok ini tidak akan dapat dilakukan apabila daging tersebut tidak dikemas seperti rendang dan kornet. Beberapa negara seperti Arab Saudi bahkan sudah jauh-jauh hari melakukan inovasi ini karena banyaknya Qurban dan dam setiap musim haji.

Filosofi Ketahanan Pangan

Mengapa kami melakukan inovasi Superqurban dengan bentuk kemasan rendang dan kornet? Pengemasan daging ini tentu saja mempunyai landasan hukum yang jelas, sudah dipraktikkan di negara-negara Arab dan didukung oleh para ulama, termasuk Dewan Syariah Rumah Zakat dan Majelis Ulama Indonesia.

Hadits sang Nabi menguatkan kami, agar daging Qurban bisa disimpan lebih lama, tidak menumpuk di satu tempat dan dapat didistribusikan merata bahkan hingga menjadi solusi pemenuhan pangan saat bencana.

“Wahai penduduk Madinah, janganlah kamu memakan daging qurban di atas tiga hari.” Lalu orang-orang mengadu kepada Nabi, bahwa mereka mempunyai keluarga, kerabat, dan pembantu. Maka Nabi bersabda,”[Kalau begitu] makanlah, berikanlah, tahanlah, dan simpanlah!” (HR. Muslim).

Dalam hadits lain, Nabi bahkan menyebut bahwa sahabat dipersilakan untuk menyimpan daging kurban. Awalnya memang, Rasulullah sempat melarang para sahabat untuk memakan daging qurban setelah tiga hari, sebagaimana digambarkan dalam Hadits Aisyah:

”Dahulu kami biasa mengasinkan daging udhhiyah (qurban) sehingga kami bawa ke Madinah, tiba-tiba Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian menghabiskan daging qurban kecuali dalam waktu tiga hari” (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun, setelah itu Rasulullah memperbolehkan untuk menyimpan atau mengawetkan daging qurban. Larangan ini bukan untuk mengharamkan, melainkan agar banyak orang miskin yang mendapat bagian darinya dalam rangka membantu kelangsungan hidup mereka akibat paceklik, hal ini sebagaimana dijelaskan pada hadits Salamah bin al-Akwa.

”Siapa yang menyembelih qurban maka jangan ada sisanya sesudah tiga hari di rumahnya walaupun sedikit. Tahun berikutnya orang-orang bertanya: Ya Rasulullah apa kami harus berbuat seperti tahun lalu? Nabi saw menjawab, ”Makanlah dan berikan kepada orang-orang dan simpanlah sisanya. Sebenarnya, tahun lalu banyak orang yang menderita kekurangan akibat paceklik, maka aku ingin kalian membantu mereka.”

Namun, yang perlu diperhatikan adalah hewan qurban yang dagingnya dikemas tersebut harus dipotong atau disembelih pada saat Hari Raya Idul Adha atau hari Tasyrik. Meskipun pemanfaatannya bisa dilakukan di luar hari-hari tersebut, bahkan dapat terus menjadi energi berkelanjutan.

Maka, sejak tahun 2006, Superqurban hadir dengan inovasi agar daging qurban dapat dinikmati lebih lama dan dapat dinikmati di wilayah yang bahkan belum mengenal qurban, dan qurban menjadi syiar Islam di sana.

Setiap tahun selama tiga tahun terakhir, Alhamdulillah, pertumbuhan pekurban mencapai 20 % sehingga kami dapat memproduksi 500 ribu hingga 1 juta kaleng yang dapat bertahan selama tiga tahun.

Bisa dibayangkan, jutaan ton daging kurban setiap tahunnya jika tidak langsung dihabiskan sesaat, berapa besar cadangan pangan dan energi yang menguatkan ketahanan pangan nasional? Betapa berkahnya syariat qurban ini!

Karenanya, memperbincangkan qurban, tak hanya dalam dimensi ritual semata. Superqurban hadir sebagai salah satu jawaban solusi kesiapsiagaan bencana dengan filosofi ketahanan pangan, khususnya sumber energi dan protein hewani.

Ketahanan pangan, dalam al Qur’an merupakan hal penting yang tetap harus menjadi concern para pengambil kebijakan. Kisah Nabi Yusuf dalam al Qur’an menginspirasi kami bagaimana agar suatu negeri berdaulat pangan.

Nabi Yusuf memprediksi bahwa akan ada masa 7 tahun subur dan 7 tahun paceklik, dan ia menyarankan agar menyimpan cadangan pangan selama tujuh tahun pertama (QS Yusuf : 47 – 48)

Ia menciptakan kedaulatan pangan bahkan di saat sangat sulit dengan membangun tempat menyimpan cadangan pangan agar dapat bertahan lebih lama, bahkan mengawasi distribusinya. Ketika masa tidak ada produksi pangan, cadangan pangan menjadi sumber ketahanan pangan negerinya.

Praktik pembangunan ketahanan pangan Nabi Yusuf ini terbukti berhasil dan mampu mengatasi masalah pangan yang melanda negeri Mesir saat itu. Dan kini, kami yakin syariat Qurban dapat menjadi solusi masalah pangan dan kebencanaan.

Melalui Superqurban, kami berharap dapat berpartisipasi dalam kesiapsiagaan bencana melalui filosofi ketahanan pangan. Dengan ini, insya Allah kita lebih siap dan sigap dalam mempersiapkan dan menghadapi bencana di negeri ini.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved