Listed Articles

Multistrada Serius Garap Kampus Korporat

Multistrada Serius Garap Kampus Korporat

Meski memiliki kinerja keuangan jempolan, ternyata PT Multistrada Arah Sarana Tbk. memiliki masalah besar dalam ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Produsen ban merek Achilles dan Corsa itu akhirnya membuat training center sendiri sebagai cikal bakal terbentuknya kampus korporat untuk mencetak SDM yang sesuai standar mereka. “Kami punya masalah pada ketersediaan SDM yang memenuhi standar,” ujar Wayah S. Wiroto, Director of Corporate Planning and Learning Multistrada.

Untuk kinerja keuangan masih oke. Lihatlah hingga semester pertama 2011, laba bersih perusahaan berkode MASA di lantai bursa ini naik 36,19% menjadi Rp 121,74 miliar dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 89,39 miliar. Selain itu, volume penjualan juga meningkat, sehingga kapasitas produksi akan ditingkatkan 57% per tahun.

Ide ini memang baru serius dijalankan di Multistarada sejak Wayah ditarik Peter Tanuri, Presdir MAS ke dalam perusahaannya. “Waktu saya bertemu dengan Pak Peter, ia bercerita kesulitan Multistrada adalah penyediaan SDM,” kata pria yang sebelumnya Wakil Pembantu Rektor 3 di Binus International School. Sedangkan Multistrada adalah perusahaan yang mengimpor teknologi terbaru dari industri ban Eropa, Cina dan Jepang, sehingga mengharuskan pihaknya melatih kembali SDM yang bekerja di pabrik. Kesulitannya, bagaimana membuat program pelatihannya dengan lebih terarah.

“Sebelum saya masuk sebenarnya sudah ada training, tapi masih secara seporadis, konteks pembelajarannya belum terarah,” jelasnnya. Wayah mengatakan untuk menyiapkan itu pihaknya melakukan benchmark dengan universitas-universitas top yang ada di Indonesia. Seperti diketahui teknologi ban bukan milik umum, tapi milik industri. Misalnya tire building process adalah milik vendor-vendor seperti Multistrada, Dunlop, Goodyear, dan sebagainya. Wayah mencontohkan saat ini pihaknya telah mengirim 14 karyawan untuk mendapat pelatihan di VEDC (Vocational Education Development Center) atau lebih dikenal dengan nama Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) yang dimiliki Kementrian Diknas di Malang.

Lalu, kapan embrio dibangunnya kampus korporat itu akan dibuat? “Pastinya, kami sudah punya tanah 10 hektar sekitar 2 kilometer dari kantor pusat dan pabrik Multisratrada di daerah Karangsari, Cikarang, untuk membangun kampus itu secara menyeluruh,” ungkapnya. Saat ini Multistrada kurangnya ruang untuk tempat pelatihan. Sebab, jumlah pegawainya mencapai 3.700 orang. Sekitar 400-500 orang adalah staf manajemen, sisanya merupakan karyawan yang ada di bagian produksi (operator). Kampus korporat ini diakui Wayah memang akan lebih besar untuk pengembangan SDM di bagian produksi yang memang terbanyak di perusahaan.

“Training-training operator yang tadinya sudah ada, saya rekonstruksi ulang, kemudian digunakan konsep sertifikasi seperti yang ada di luar negeri,” katanya. Pihaknya tidak akan bermain di degree yang formal apakah itu D1, D2 atau D3, karena pekerjanya adalah skill workers, tidak membutuhkan itu semua. Namun sertifikasi itu akan masuk kerangka kualifikasi kerja nasional Indonesia setara dengan level D1, karena jumlah jam training sama dengan D1. “Kami akan ada on the job training selama 6 bulan,” tuturnya.

Wayah menyusun kurikulum training untuk para operator ini dengan membagi proses training berdasarkan pembagian proses produksi. Kemudian, di setiap bagian tersebut akan disertifikasi, dan itu akan disambungkan dengan kerangka human resources atau talent management perusahaan. Contoh seorang dengan kualifikasi lulusan STM atau SMU, masuk sebagai operator, dia memiliki kompetensi, pengalaman kerja, setelah dia mendapat performance appraisal -nya, plus dengan program training yang diharuskan dilalui untuk level dia, diharapkan dia bisa masuk ke level diatasnya yaitu foreman.

Lalu, setelah melalui training disertifikasi lagi, agar karyawan tadi bisa naik menjadi supervisor, kemudian naik lagi di level atasnya yaitu team leader dan akhirnya naik posisi paling tinggi di operasional yaitu section head. Sebelum naik ke posisi di atasnya, di section head itu karyawan akan masuk dalam management development program. Setelah teknikalnya sudah bagus, mendapat manajerial kompetensi barulah karyawan mendapat kesempatan pengembangan karir ke bagian manajerial.

Landasan karyawan mendapat kesempatan pelatihan dan pengembangan karier adalah pengalaman kerja, performance appraisal, training program yang harus mereka ikuti, dan kompetensi yang harus mereka bangun. Penilaian kerja didasarkan evaluasi dari atasan, evaluasi dari Multistrada Learning center dan evaluasi atau assessment dari pihak luar. “Mulai tahun depan kami akan menerapkan KPI dan balance scorecard secara menyeluruh, “ jelasnya. Tepatnya pada Januari 2012 nanti tiap departemen namun untuk section head akan memiliki key performance indicator atau KPI dengan menggunakan balance score card. Operator memang tidak menggunakan KPI, tapi akan diturunkan penilaiannya berdasarkan rutinitas pekerjaan dia harus seperti apa. Rutinitas jobnya itu akan mendukung pencapaian KPI atasannya atau section head-nya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved