Brand Value

BCA, Makin Bernilai Seiring Solidnya Pertumbuhan Bisnis

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.

Berdasarkan survei brand value tahun ini, nilai merek BCA termasuk yang mengalami perkembangan positif. Dilihat dari sisi peringkat, nilai merek BCA masih tetap masuk dalam jajaran Top 10 merek paling bernilai di Indonesia, bahkan tahun ini peringkatnya merangkak naik. Tahun 2020 ini peringkat BCA naik ke peringkat 4 dari sebelumnya di posisi ke-5. Bersama Telkom Indonesia, BRI, Sampoerna, dan Bank Mandiri, BCA merupakan penghuni Top 5 dalam survei brand value tahun ini.

Jelas, hal itu menjadi prestasi yang bagus bagi BCA. Mereka bukan saja mampu bertahan di persaingan Top 10 dan Top 5, tetapi peringkatnya bahkan bisa naik. Tahun ini nilai mereknya sudah mencapai US$ 2,92 miliar.

“Peningkatan nilai brand BCA secara umum ditopang oleh beberapa pilar penting. Antara lain, kinerja fundamental yang solid, kualitas layanan yang prima, ketaatan terhadap berbagai aturan dan ketentuan, komitmen terhadap tata kelola usaha yang berkelanjutan, pengembangan solusi perbankan serta produk yang inovatif dan relevan, strategi komunikasi yang semakin efektif, serta soliditas internal BCA,” Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, menjelaskan.

Menurut Jahja, BCA selalu berusaha memperhatikan perkembangan kondisi eksternal dan internal dalam menetapkan langkah-langkah dan kebijakan strategis untuk mempertahankan kondisi likuiditas dan posisi permodalan. Termasuk, dengan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan kualitas aset.

Guna mempertahankan posisi likuiditas, BCA mengutamakan pertumbuhan dana giro dan tabungan (current account and saving account/CASA) melalui penyediaan layanan transaksi yang semakin andal, aman, dan nyaman bagi nasabah. Untuk itu, bank ini mengimplementasikan berbagai inisiatif pengembangan fitur produk dan fasilitas layanan yang mengoptimalkan teknologi digital, memperluas jaringan dan jangkauan ekosistem pembayaran, serta memperkuat basis nasabah yang dimiliki yang tecermin dari pertumbuhan jumlah rekening nasabah dan jumlah transaksi.

Upaya itu juga sangat tampak dari hasil-hasilnya. Pada 2019, jumlah rekening nasabah mengalami pertumbuhan yang kuat, sebesar 14,2%, mencapai lebih dari 21 juta rekening. Selain itu, jumlah transaksi pun memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan, sebesar 34,5%. Upaya tersebut mampu menopang pertumbuhan CASA secara berkelanjutan dan menjadikan CASA sebagai komponen inti pendanaan BCA. “CASA berhasil tumbuh 9,8% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 530,6 triliun dan berkontribusi sebesar 75,9% dari total dana pihak ketiga BCA,” kata Jahja.

Selain memperkuat segmen CASA, BCA juga melakukan sejumlah terobosan. Terutama, dengan berbagai inisiatif strategis untuk memperkuat layanan transaksi perbankan dengan mengembangkan layanan digital platform yang memberikan nilai tambah bagi konsumen. Jahja menyebut salah satu contoh simpel, yaitu soal pembukaan rekening, yang kini bisa via BCAmobile, sehngga konsumen individu tidak perlu lagi pergi ke cabang.

Selain itu, banyak pula inovasi lain yang dikembangkan pada kanal mobile banking dalam beberapa tahun terakhir. Sebut contoh, BCA Keyboard, transaksi tarik dan setor uang tunai tanpa kartu (cardless transaction) di seluruh jaringan ATM BCA, layanan Virtual Assistant Chat Banking BCA (VIRA), fitur transfer antarnasabah BCA menggunakan Quick Response (QR) code, QRIS Payment, fitur OneKlik, dan Welma.

Yang terkini, disediakan fitur BagiBagi yang memungkinkan nasabah mudah berbagi dengan teman/keluarga yang memiliki aplikasi Sakuku. Nasabah tidak perlu repot untuk transfer berkali-kali. Cukup gunakan fitur BagiBagi di BCAmobile untuk transfer uang dalam jumlah yang sama atau berbeda kepada banyak orang sekaligus yang memiliki Sakuku.

Dengan beragam inovasi yang dilakukan, BCA punya citra sebagai bank yang cukup cepat dalam melakukan adaptasi digital dan bisa memenuhi kebutuhan nasabah yang memang cenderung mengikuti derap digitalisasi di berbagai segmen kehidupan. Upaya digitalisasi dan go mobile BCA ini juga tecermin dari perkembangan platform digital internet banking Klik BCA dan m-banking BCAmobile yang tumbuh sangat baik.

Pertumbuhan jumlah transaksi pada kedua kanal digital tersebut memperlihatkan tren yang sangat positif. “Jumlah transaksi melalui BCAmobile dan Klik BCA masing-masing tumbuh 99,2% dan 10,8% dari tahun sebelumnya di 2019,” kata Jahja. Luar biasa, saat ini sebesar 98,2% dari keseluruhan jumlah transaksi nasabah telah dilakukan melalui jaringan perbankan digital BCA.

Di sisi lain, pertumbuhan jumlah nasabah itu juga ditopang oleh fasilitas pembukaan rekening via BCAmobile dan pengembangan aplikasi-aplikasi interface (applications program interface/API) untuk memudahkan konsumen. Sejak fasilitas baru dalam pembukaan rekening ini diluncurkan, masyarakat memberi respons yang sangat positif. Ini tecermin dari banyaknya pembukaan rekening baru yang tertinggi, mencapai lebih dari 3.000 rekening per hari, yang dibuka melalui BCAmobile.

Sementara itu, teknologi API yang dikembangkan BCA telah memungkinkan dilakukannya integrasi antara sistem co-partner dan sistem perbankan BCA. Saat ini sudah lebih dari 1.600 co-partner, terutama perusahaan fintech dan e-commerce, yang telah tergabung dengan sistem BCA.

Tentu saja, ekuitas merek BCA yang makin bernilai juga tak lepas dari upaya bank ini untuk selalu menaati regulasi perbankan di Indonesia. Jahja menjelaskan, BCA berusaha menjadi bank yang taat turan dan menjalankan Good Corporate Governance dengan baik untuk menjaga kepercayaan semua pihak, termasuk nasabah dan pemerintah.

Hal-hal itu pada akhirnya terakumulasi pada nilai merek BCA yang semakin meningkat. Terlebih, juga didukung kinerja bisnis yang memang tumbuh solid dari sisi laba ataupun dana yang dikelola. (*)

Sudarmadi & Sri Niken Handayani; Riset: Armiadi Murdiansah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved