Leaders zkumparan

Fetty Kwartati, Siapkan Panggung Cultural Zone di Sarinah bagi Insan Kreatif

Fetty Kwartati, Direktur Utama PT Sarinah (Persero) (Foto: Lokadata).
Fetty Kwartati, Direktur Utama PT Sarinah (Foto: Lokadata).

Kepercayaan pemerintah terhadap Fetty Kwartati tak main-main. Perempuan kelahiran Tangerang, 4 Februari 1968, ini pada Juli 2020 ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Sarinah (Persero) sekaligus merangkap Direktur Ritel. Suatu tanggung jawab besar mengingat nama Sarinah yang legendaris sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia membangun kemandirian ekonomi melalui usaha perdagangan eceran (ritel).

Sarinah adalah pusat perbelanjaan sekaligus pencakar langit pertama di Indonesia yang mulai beroperasi pada 15 Agustus 1966. Presiden RI pertama Soekarno menggagas pembangunan properti komersial menyusul lawatannya ke sejumlah negara yang sudah lebih dulu memiliki pusat belanja modern. Soekarno ingin memiliki properti komersial yang membanggakan, sehingga pada 17 Agustus 1962 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Sarinah, yang berlokasi di wilayah emas di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat.

Dalam usia 55 tahun sekarang, Sarinah telah mengalami pasang-surut yang dinamis. Pernah kebakaran hebat tahun 1984, Sarinah yang telah menjadi aset nasional bangkit kembali. Sarinah bertahan sebagai mitra usaha kecil, terutama pengrajin yang dibutuhkan untuk memperkenalkan produk nasional ke mancanegara lewat ekspor yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Jejak heroik dan nama besar Sarinah inilah yang mendorong Fetty membuat terobosan-terobosan baru sesaat setelah dilantik menjadi orang pertama di Sarinah. Demi mempertahankan visi Sarinah menjadi wadah menumbuhkembangkan usaha kecil menengah (UKM) dan produk Nusantara agar dicintai bangsanya serta dapat dipersembahkan di pasar global, dan misi meningkatkan kapasitas kewirausahaan UKM dan pemberdayaan perempuan serta turut berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan menggalakkan ekspor, ia pun membuat rumusan cetak biru dan peta jalan Sarinah ke depan.

Fetty yang mengenyam pendidikan MBA dari California State University dan USA Professional Degree in International Business UCLA, Amerika Serikat, menyadari, agenda besar transformasi Sarinah bukan perkara mudah. Terobosan transformasi tidak bisa berjalan tanpa kerjasama seluruh pihak, terutama karyawan, pelanggan, mitra kerja, serta berbagai pihak yang ingin tumbuh bersama.

Terlebih di masa pandemi saat ini. Naluri perempuannya mengatakan, untuk menjalankan perubahan di situasi seperti sekarang, yang terpenting adalah menjaga keselamatan karyawan dan keluarganya, membangun kepercayaan karyawan melalu komunikasi internal yang intensif, serta memotivasi karyawan agar tetap produktif dan inovatif. “Salah satu hal yang kami lakukan agar karyawan tidak demotivasi adalah dengan tidak melakukan pay cut. Termasuk, hingga saat ini tidak ada PHK atau pengurangan karyawan,” Fetty mengungkapkan.

Langkah pertama yang dijalankan, memugar gedung berdasarkan rekomendasi tim Ahli Cagar Budaya. Intinya, Sarinah akan menjadi pusat belanja yang lebih kekinian dan diharapkan menjadi peritel modern sesuai dengan khitah awalnya saat kepemimpinan Bung Karno. Fetty memperkirakan proses pemugaran ini akan rampung pada Hari Pahlawan, 10 November 2021.

Target fisik ini diikuti langkah-langkah berikutnya, yaitu merampungkan dan melaksanakan cetak biru dan peta jalan transformasi Sarinah; memaksimalkan pendapatan dari sektor ekspor dan impor; mengembangkan skill SDM (upskiling dan reskilling), termasuk rekrutmen fresh talent; menyiapkan pendanaan, baik untuk capex maupun opex, melalui berbagai skema, berupa loan, investasi, rasionalisasi aset-aset, dan/atau BOT; mengembangkan usaha baru, termasuk duty free; serta membentuk brand Sarinah.

Selain itu, Sarinah juga telah merumuskan strategi recovery, antara lain mengembangkan bisnis dan brand Sarinah sendiri; bekerjasama dengan DUFRY, perusahaan duty free terkemuka di dunia; bekerjasama dengan Angkasa Pura, Pelindo, serta Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Luar Negeri untuk ikut pameran di luar negeri; serta melakukan kurasi produk dan brand Nusantara.

Salah satu andalan Sarinah ke depan adalah meramu produk nasional dan nuansa budaya melalui cultural zone, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi insan kreatif nasional untuk “manggung” di Sarinah dan seluruh ekosistemnya, baik offline maupun online, di dalam maupun di luar negeri. Lalu, ekspor juga akan digalakkan melalui trading house Sarinah.

Potensi advertising –baik pada situs Thamrin maupun pada digital aset Sarinah– pun akan dikembangkan. Dan tak ketinggalan, Sarinah akan menyediakan down town duty free satu lantai dengan luas kira-kira 1.800 m2 yang akan menyuguhkan brand unggulan Indonesia dan global. Gerai ini ditujukan untuk wisatawan mancanegara, ekspatriat, dan perwakilan asing di Indonesia.

Fetty memahami, bukan suatu kebetulan diangkat sebagai Dirut Sarinah tepat di masa eskalasi pandemi Covid-19. Menurutnya, siapa pun yang ditunjuk untuk memimpin organisasi pada saat seperti ini harus mengambil hikmah dan pelajaran agar dapat digunakan untuk menyempurnakan usaha ke depan.

“Salah satu aspek penting yang kami dapatkan adalah peran mitigasi risiko bisnis,” kata Fetty menegaskan. Salah satunya, harus lebih sering melakukan contingency exercise dengan tujuan damage control demi menjaga ekuitas bisnis dan brand Sarinah agar tetap eksis. Sehingga, jika kelak kondisi sudah membaik, Sarinah dapat melakukan recovery karena ekuitas usahanya masih bertahan.

“Masa-masa seperti sekarang juga tepat digunakan untuk reset dan decode DNA bisnis Sarinah yang selama ini relatif stagnan. Pandemi is a wake up call. If we do not change the way we do business, we will be out of business,” kata Fetty bijaksana. (*)

Dyah Hasto Palupi/Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved