SWA100

DCI Indonesia, Fokus pada Bisnis Inti untuk Jaga Ekspektasi Investor

DCI Indonesia, Fokus pada Bisnis Inti untuk Jaga Ekspektasi Investor
Toto Sugiri, Presiden Direktur DCII.
Toto Sugiri, Presiden Direktur DCII.

“Saham fenomenal”. Begitulah julukan untuk saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII). Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta 1991-1996, Hasan Zein Mahmud, bahkan menyebutnya “Sihir bernama saham DCII”.

Ya, betapa tidak, sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Januari 2021, saham perusahaan ini bukan lagi terbang tinggi, tapi melesat bagai roket. Melepas 357,56 juta saham baru atau setara dengan 15% dari modal disetor dan ditempatkan, setiap saham yang ditawarkan dengan banderol Rp 420 saat initial public offering (IPO), harganya melejit ke posisi Rp 59.000 per saham. Itu artinya meroket 14.000%!

Kinerja saham DCII bahkan mengempas jagoan tradisional di pasar modal dan membuat mereka seperti anak kemarin sore. Hanya dalam enam bulan, market capitalization perusahaan ini mencapai Rp 141 triliun yang membuatnya langsung masuk dalam kelompok 10 emiten dengan kapitalisasi terbesar. Sebagai pembanding: posisi per 19 Juli 2021, BCA (harga sahamnya Rp 30.025 dengan market cap Rp 733 triliun), BRI (harga sahamnya Rp 3.780 dengan market cap Rp 462 triliun), dan Telkom (harga sahamnya Rp 3.220 dengan market cap Rp319 triliun).

Bila dirunut, saham DCII makin melejit ketika pada 31 Mei 2021 Anthoni Salim menambah kepemilikan atas saham DCII sebanyak 192,74 juta lembar saham dengan harga beli Rp 5.277. Dengan transaksi senilai Rp 1,01 triliun itu, sang taipan menguasai 11,12% saham DCII. Di bursa, pada hari Anthoni menambah kepemilikannya, saham terbang ke posisi Rp 13.750. Esoknya, saham terus melejit tidak terkira melebihi hitungan para analis.

Melihat lonjakan yang berkali-kali terjadi sangat signifikan, jangan heran, BEI pun melakukan empat kali suspensi (penghentian sementara perdagangan). Saham DCII terakhir diperdagangkan pada 16 Juni 2021. Hingga tulisan ini turun, BEI masih menggemboknya.

Menanggapi fakta yang berkembang, Toto Sugiri, Presiden Direktur DCII, mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena murni mekanisme dan persepsi pasar terhadap potensi masa depan perusahaannya. “Kami melihat melejitnya harga saham DCII karena persepsi orang-orang bahwa prospek di bisnis yang kami jalankan ini bagus ke depannya sehingga sentimennya positif,” kata Toto.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang industri penyedia jasa aktivitas penyimpanan data di server (hosting), pihaknya menyatakan hanya ingin fokus pada menjalankan bisnis inti, yaitu data center, untuk menjaga ekspektasi investor.

Di sisi lain, menurutnya, tingginya kenaikan harga saham tentu memberikan tekanan tersendiri, lantaran ekspektasi itu harus dijaga. Terlebih lagi, kondisi pandemi masih menyelimuti yang berdampak pada aktivitas bisnis. Namun, Toto melihat pasar sektor ini akan terus berkembang karena pusat data sangat dibutuhkan sebagai infrastruktur ekonomi digital.

“Intinya, untuk menjaga ekspektasi, kami akan terus konsisten dan fokus menguatkan bisnis inti sebaik-baiknya sesuai rencana awal. Kami akan terus mengembangkan data center di Indonesia, karena Indonesia butuh data center cukup besar menimbang jumlah penduduk yang sangat besar,” ucapnya.

Sebagai bagian dari mengelola ekspektasi itu, Toto mengungkapkan, dana yang didapat perusahaannya dari IPO dialokasikan untuk capex terkait gedung pusat data yang baru. “Sesuai dengan prospektus. Kami baru saja melaporkan lagi penggunaan dananya. Dengan sudah diresmikannya gedung data center keempat, dana yang didapat ini dipakai untuk capex,” ungkapnya.

DCII memang baru mengumumkan telah meresmikan gedung pusat data keempat (JK5) yang berkapasitas listrik 15 MW di area data center campus Cibitung. Perusahaan juga tengah membangun lokasi kedua hyperscale data center campus yang berkapasitas lebih dari 1.000 MW di Kawasan Pertiwi Lestari Industrial Estate, Karawang. Rencananya akan mulai beroperasi di kuartal IV/2021.

Selain sentimen yang tinggi sehingga valuasi saham DCII melejit, sisi fundamental perseroan juga solid. Dalam keterangan persnya di awal Juni 2021, Toto mengungkap, pencatatan EBITDA kuartal I/2021 sebesar Rp 116 miliar. Raihan ini naik 45% secara tahunan dari sebelumnya (Rp 80,5 miliar). Sejalan dengan kenaikan tersebut, perseroan juga membukukan kenaikan laba bersih 55% secara tahunan menjadi Rp 48,06 miliar.

Dalam 2-3 tahun ke depan, Toto optimistis bisa menjadikan DCII sebagai pemain pusat data terbaik dan terbesar di Indonesia. “Saat ini kami mencoba jaga market position. Visi kami minimal bisa mencapai tiga besar perusahaan data center terbaik,” katanya.

Bagaimana kelak itu tercapai, belum ada yang tahu. Yang pasti, DCII tak akan melenggang kangkung sendirian. Dalam setahun terakhir, pasar pusat data jadi medan pertempuran besar. Sejumlah pemain lokal, seperti Multipolar dan Telkom, juga pemain asing, seperti Amazon, terjun habis-habisan di sektor ini. Akankah saham DCII tetap menjadi fenomenal dan memercikkan sihir baru, layak ditunggu kelanjutannya. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved