Capital Market & Investment

IPCC Proyeksikan Kinerja Tahunan Berbalik Positif

IPCC Proyeksikan Kinerja Tahunan Berbalik Positif
Terminal kendaraan IPCC di Tanjung Priuk, Jakarta. (Foto : Dok)

Sehubungan dengan adanya pembaruan perhitungan maupun evaluasi dan penerapan free float terhadap sejumlah indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI), diantaranya indeks IDX BUMN20, IDX SMC Liquid, IDX SMC Composite, IDX High Dividend 20, IDX Value30, IDX Growth30, dan IDX Quality30 berdasarkan Pengumuman Bursa Efek Indonesia No. Peng-00028/BEI.POP/01-2022 pada 27 Januari 2022 sehingga menyebabkan adanya perubahan isi dari konstituen indeks tersebut. Daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks pada indeks-indeks tersebut akan efektif berlaku pada 4 Februari 2022.

Dengan adanya perubahan tersebut diperkirakan berimbas pada rebalancing portofolio sejumlah investor, baik investor institusi maupun ritel. Kondisi ini dinilai merupakan hal yang umum terjadi dan wajar ketika terjadi perubahan isi dari konsituen indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia. Pelaku pasar umumnya akan menyesuaikan porsi dan bobot saham dalam portofolionya sehingga dapat mirroring dengan indeks acuan yang digunakan terhadap portofolionya. Hal ini akan berimbas pada perubahan posisi dan porsi saham yang terdapat dalam portofolionya.

Saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) sebelumnya berada di salah satu indeks yang terkena evaluasi tersebut, yaitu indeks IDX SMC Composite. Adanya perubahan perhitungan free float tersebut membuat saham IPCC keluar dari konstituen IDX SMC Composite. “Meski demikian hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fundamental perusahaan. Manajemen menilai bahwa perubahan dalam suatu indeks umumnya berdasarkan sortlist yang ada sehingga bisa jadi ketika ada saham yang likuiditas maupun freefloat-nya meningkat selama periode pengamatan maka saham tersebut akan mengungguli saham lainnya,” tutur Sofyan Gumelar, Sekretaris Perusahaan IPCC dalam pernyataanya di Jakarta, Rabu (2/2/2022).

Jika dibandingkan dengan pergerakan saham IPCC maka kemungkinan terdapat saham-saham lainnya yang likuiditas maupun free float-nya meningkat di atas likuiditas maupun free float-nya saham IPCC sepanjang periode pengamatan pada indeks IDX SMC Composite. Reza Priyambada, Investor Relation IPCC, mengatakan adanya perubahan ini dimungkinkan terdapat sejumlah pelaku pasar yang melakukan rebalancing dengan mengurangi porsi saham IPCC sehingga menyebabkan harga saham IPCC mengalami penurunan jelang akhir Januari 2022.

Meski saham IPCC keluar dalam konstituen indeks IDX SMC Composite namun, saham IPCC masih masuk dalam sejumlah indeks. “Adapun indeks tersebut ialah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan indeks IDX-MES BUMN 17. Selain itu, juga masih tercatat di Papan Utama Bursa Efek Indonesia,” sebut Reza.

Perseroan tetap berupaya untuk dapat menjaga kinerja fundamental dengan baik sehingga value perusahaan dapat terjaga. Melihat perkembangan kinerja sepanjang 2021 maka kinerja perseroan dapat dikatakan telah membaik dibandingkan kinerja 2020 karena terimbas pandemi Covid-19. Telah pulihnya kondisi makroekonomi yang dibarengi dengan kebijakan akomodatif dari pemerintah, terutama pada industri otomotif memberikan dampak yang positif. Selain itu, meningkatnya sejumlah aktivitas di industri komoditas turut berimbas pada meningkatnya permintaan akan alat-alat berat. Kondisi-kondisi ini pun turut berimbas positif pada kegiatan bongkar muat di Terminal IPCC. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah kendaraan yang dilayani di Terminal Perseroan.

Indikasi Pembalikan Arah

Sebagai contoh, lanjut Reza, jumlah bongkar muat CBU ekspor sepanjang 2021 naik 25,79% menjadi 290.277 unit dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan ini diikuti dengan jumlah impor CBU yang naik 41,47% menjadi 47.011 unit dari tahun sebelumnya. Kondisi yang sama juga terjadi pada Alat Berat yang naik 56,65% menjadi 2.851 unit untuk ekspor dan impor naik 145,79% menjadi 6.747 unit di tahun 2021. Kinerja fundamental IPCC sepanjang pada Januari-September 2021 diyakini mengalami turn around maka diperkirakan kinerja tahunan perseroan dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari sisi operasional dan pengembangan bisnis, adanya penggabungan antar Pelindo turut berimbas positif pada potensi kinerja perseroan. Sejumlah pengembangan sedang dilakukan oleh IPCC, diantaranya perluasan lahan di area eks-DKP di daerah Tanjung Priok berbatasan dengan lahan penumpukan seluas 1,89 ha; lalu, kerjasama pengoperasian pelabuhan lain yang masih dalam Pelindo Group di luar Terminal yang telah dioperasikan oleh IPCC (Terminal Tanjung Priok, Jakarta; Terminal Panjang, Lampung; Terminal Dwikora, Pontianak; dan MKO MTKI Gresik) antara lain, Terminal Belawan, Medan yang mulai dikerjasama-operasionalkan pada awal Januari tahun ini, berikutnya penjajakan dengan Terminal di Surabaya, Makasar, Balikpapan, dan lainnya yang dapat dijadikan hub Terminal Kendaraan.

Berikutnya, pendekatan dengan sejumlah automaker untuk tidak hanya terlayani dari sisi layanan penumpukan namun, juga dapat dilayani layanan bongkar muat oleh IPCC. Lalu, juga pengembangan digitalisasi IT sehingga terkoneksi sistem antara IPCC melalui Autogate System hingga billing system dan payment gateway; sistem para pabrikan otomotif; hingga sistem di kepabeanan untuk keperluan administrasi pelaporan. “Peningkatan kegiatan operasional dan pengembangan bisnis IPCC ini diharapkan dapat dipandang positif oleh pelaku pasar,” ujar Reza. Harga saham IPCC pada Rabu ini naik 1,63%, menjadi Rp 500 dari perdagangan sebelumnya.

swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved