Trends Economic Issues

Tahun 2022 Masih akan Diwarnai Konsolidasi Menuju Era Bank Digital

Tahun 2022 Masih akan Diwarnai Konsolidasi Menuju Era Bank Digital

Pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia. Data Kementerian Perdagangan RI pada tahun 2020 menunjukkan bahwa Ekonomi Digital Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar Rp632 triliun atau 4% dari total PDB Indonesia, dan diproyeksikan akan tumbuh 8 kali lipat pada tahun 2030.

Penggunaan teknologi seperti IoT atau Internet of Things, komputasi awan/cloud computing, AI (Artificial Intelligence) dan machine learning telah membawa perubahan signifikan dalam industri jasa keuangan. Di Indonesia, layanan keuangan digital juga menjadi pendukung penting. Dibuktikan dengan 98% pedagang digital saat ini sudah menerima pembayaran digital dan 59% dari mereka juga mengadopsi solusi pinjaman digital .

Untuk mengantisipasi evolusi yang tak terhindarkan di industri keuangan & perbankan ini, Otoritas Jasa Keuangan telah meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. Amar Bank sebagai perusahaan fintech pertama di Indonesia yang memiliki lisensi perbankan, mendukung transformasi ini dengan mengadakan limited media briefing untuk menggali lebih dalam prospek keuangan digital di tahun 2022 dan menghadirkan pakar ekonom Piter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.

Vishal Tulsian, Presiden Direktur Amar Bank mengatakan, salah satu dampak dari pandemi Covid-19 adalah akselerasi digitalisasi. Apa yang dulu dapat terjadi dalam waktu 10 tahun sekarang terjadi hanya dalam waktu satu tahun saja. Namun, pandemi ini juga memperlebar kesenjangan di antara masyarakat berada dengan yang kurang secara ekonomi. Mereka yang belum memiliki rekening (unbanked) dan kurang terlayani (underserved) mengalami pukulan ekonomi lebih keras.

“Amar Bank beruntung telah menjadi bank digital bahkan sebelum Covid-19 melanda, sehingga kami lebih maju dalam hal teknologi dan kami melayani segmen masyarakat unbanked dan underserved. Kami terus berkomitmen untuk memberikan layananan perbankan bagi mereka yang membutuhkan, tidak hanya bagi mereka yang menginginkan melalui 2 produk andalan Amar Bank, yaitu Tunaiku sebagai platform pinjaman digital dan Senyumku, Bank Digital Pertama di Indonesia yang diluncurkan di Cloud. Kedua produk digital kami ini sudah menggunakan teknologi big data dan AI,” ungkap Vishal secara virtual (2/2/2022).

Dari segi prospek bisnis, Vishal menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia terus meningkat, dan saat ini sudah mendekati 200 juta orang, karenanya Amar Bank melihat potensi pertumbuhan besar untuk bank digital di tahun ini. Sementara untuk strategi Amar Bank sendiri, tahun ini masih akan berfokus untuk menjangkau kalangan unbanked dan underserved. Amar Bank menggunakan ekosistem digital untuk memperluas akses digital kepada masyarakat unbanked dan underserved sambil berfokus kepada pertumbuhan yang menguntungkan.

“Seperti yang kita lihat sekarang, banyak UMKM yang membutuhkan pendanaan. Strategi kami adalah berfokus pada kebutuhan mereka dan meningkatkan kredit untuk UMKM. Jadi kami akan meningkatkan pinjaman untuk UKM dan UMKM,” ungkap Vishal. Terkait penambahan modal, pihaknya sedang dalam diskusi dengan beberapa investor potensial untuk memenuhi persyaratan modal inti minimum dari OJK.

Dalam diskusi ini Rachel Elizabeth Hosanna, Millennial Economist Amar Bank memaparkan bahwa baik kondisi global dan domestik menghadapi peluang dan tantangan yang beririsan pada tahun 2022. Varian Omicron terus membayangi pemulihan ekonomi global dan domestik. Di tengah inflasi global yang mulai meningkat, kasus harian Covid-19 juga meningkat. Hal ini menyebabkan diberlakukannya lagi pembatasan yang menyebabkan perputaran uang dan barang melambat.

Tren kebijakan moneter kontraktif (tightening trend) juga menjadi tantangan karena inflasi di Indonesia masih stabil cenderung rendah. Meskipun begitu, rancangan kebijakan fiskal dan moneter yang prudent dari pemerintah dan Bank Indonesia kami yakini dapat mengakomodasi pemulihan ekonomi tahun ini. Kemajuan teknologi juga mendorong transformasi aktivitas bisnis dan ekonomi yang konvensional menjadi digital sehingga pemulihan ekonomi tetap bisa terjadi.

“Di Indonesia, perkembangan ekonomi digital diawali oleh e-commerce dan ride-hailing, yang kemudian diikuti oleh layanan digital lainnya termasuk layanan keuangan atau Fintech, mulai dari sistem pembayaran digital (e-wallet) hingga peer to peer dan crowd funding,” jelas Piter Abdullah dalam paparannya. Perkembangan fintech kemudian memicu munculnya bank digital, dan pandemi ini mempercepat proses gaya hidup digital.

Piter Abdullah melanjutkan, di era bank digital ini, pemenang persaingan bank adalah bank-bank yang memiliki ekosistem digital terbesar. Bank pemenang persaingan saat ini bisa tersingkirkan apabila tidak bisa mengantisipasi persaingan baru perbankan di era digital.

“Keunggulan bank digital semakin besar ketika bank tergabung dalam sebuah ekosistem yang memberikan semua layanan yang dibutuhkan oleh nasabah. Semakin besar dan lengkap ekosistem digital yang terkoneksi dengan bank digital, semakin unggul bank digital itu,” tutur Piter lagi.

Menurut Piter, ekosistem itu sangat dipengaruhi oleh kemauan untuk berkolaborasi dengan ekosistem lain yang akan membesarkan ekosistem dari bank tersebut. Sehingga meskipun sebuah bank memiliki modal besar tetapi enggan berkolaborasi, maka ia bisa kalah dalam membangun ekosistem dengan bank-bank yang lebih kecil, tetapi mau berkolaborasi dengan berbagai ekosistem layanan digital lain.

“Saat ini bank digital masih dalam fase awal, di mana pasar bank digital terus berkembang. Pasar bank digital, yaitu masyarakat pengguna layanan bank, baru memanfaatkan sebagian dari layanan bank digital utamanya yang termasuk dalam aplikasi mobile banking. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan nasabah, pasar bank digital akan lebih luas lagi. Jadi, dapat disimpulkan potensi pasar bank digital masih sangat besar dan akan terus tumbuh,” jelas Piter.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved