Strategy zkumparan

Strategi JNE Manfaatkan Digital Hadapi Perubahan Zaman

Strategi JNE Manfaatkan Digital Hadapi Perubahan Zaman

Sebagai perusahaan yang telah bergerak selama tiga dekade, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Indonesia, pernah melalui berbagai tantangan zaman. Mulai dari krisis 1998, krisis 2008, peralihan analog ke digital, kemunculan e-commerce, hingga yang terkini pandemi Covid-19.

Di sisi lain, infrastruktur telekomunikasi yang semakin baik di Indonesia, masyarakat yang semakin bergantung pada belanja online, serta kontribusi besar UMKM, juga menjadi hal yang harus direspons oleh perusahaan yang bergerak di bidang logistik itu.

Dalam paparannya di acara Webinar bertajuk ‘Finding Ways to Succeed in Business through Digital Transformation‘ yang diselenggarakan SWA, Eri Palgunadi, VP Marketing JNE Indonesia, menjelaskan sejumlah langkah transformasi digital untuk menghadapi perkembangan zaman tersebut.

“Berbagai tantangan ataupun krisis bagi JNE adalah sebuah kesempatan untuk melakukan transformasi. Misalnya adanya kelas menengah yang cukup tinggi di Indonesia saat tahun 2000 awal itu mengubah proses interaksi belanja. Ada proses perubahan akses terhadap informasi. Perpindahan dari analog ke digital. Ini adalah tantangan menarik bagi kami perusahaan lokal,” ujar Eri.

Eri mengugkapkan bahwa sepanjang perjalanannya, JNE telah meningkatkan kapasitas dan kapabilitas yang sangat cepat termasuk melakukan transformasi digital. Pada aspek proses bisnis yakni antara lain SDM, training, mobile device, dan infrastruktur. Pada aspek keuangan yakni fintech. Dan, pada aspek sales & marketing yakni penggunaan big data, sales application, social media analytic, dan cyber troops karyawan internal.

Dia melanjutkan, JNE juga menaklukkan tantangan penerapan digital yang paling utama yakni perubahan mindset. “Yang paling sulit dari proses transformasi digital adalah People, tentang mengubah mindset. Apalagi bagi kurir sebagai garda terdepan yang sebelumnya tidak terbiasa menggunakan device sekarang wajib menggunakannya, wajib foto, dan sebagainya. Mungkin sekarang sudah mulai terbiasa, tetapi tujuh tahun lalu ketika memulai sangat menjadi tantangan,” ungkapnya.

Kemudian, penggunaan teknologi digital pada sisi layanan kepada pelanggan, selain sebagai pengirim barang first mile dan last mile yang sudah masyarakat umum ketahui, JNE juga menyediakan layanan jasa untuk sharing informasi dan kapasitas lewat fulfillment dan warehousing kepada enterprise ecommerce. “Kemudian yang terbaru juga kami menyediakan Order Management System dan Warehouse Management System melalui device,” jelasnya.

Lalu pada area warehouse, per tahun ini JNE meluncurkan sebuah Mega Hub di dekat Bandara Soekarno-Hatta seluas 4.000m2 yang menggunakan automatic sorting center and gateway system. “Fasilitas ini bisa terkoneksi sampai ke device kurir sehingga mereka bisa tahu kondisinya jika ada suatu keterlambatan atau kondisi force majeur,” paparnya.

Adapun peluang pascapandemi nanti, kata Eri, JNE melihat tidak hanya paket tetapi juga ada frozen food, fresh food, dan sebagainya. Menurut data pihaknya bahwa pembicaraan mengenai transformasi digital atau big data selalu mengarah pada makanan, lifestyle, dan tempat wisata. Maka pihaknya juga menaruh perhatian pada hal-hal tersebut.

“Maka JNE fulfillment juga berusaha menyerap barang-barang UKM atau petani dari wilayah-wilayah terpencil,” ucap Eri.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved