Trends

Ramai Konversi LPG 3 Kg, Ini Alasan Kompor Gas Kurang Efisien dan Penyebabnya

Ramai Konversi LPG 3 Kg, Ini Alasan Kompor Gas Kurang Efisien dan Penyebabnya
Ilustrasi elpiji Pertamina (Foto Istimewa).

Muncul wacana pemerintah bakal bekerja sama dengan PLN mengenai program transisi kompor gas LPG ke kompor listrik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif blak-blakan menjelaskan hal ini tak lepas dari upaya mengatasi kondisi kelebihan pasokan daya atau surplus listrik yang dialami PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

Kementerian ESDM juga telah memproyeksikan adanya kelebihan pasokan daya listrik PLN hingga akhir tahun. Sekjen Kementerian ESDM Rida Mulyana, telah meramalkan hingga akhir tahun nanti setidaknya akan ada kelebihan pasokan daya listrik atau surplus listrik PLN sebesar 6 gigawatt (GW) hingga 7 MW.

Tak hanya akibat surplus pasokan listrik, latar belakang kebijakan pemerintah ini adalah untuk mengurangi impor LPG. Karena, saat ini 75 persen pemenuhan kebutuhan LPG di Indonesia berasal dari impor. Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, Indonesia sangat bergantung terhadap harga CP Aramco yang fluktiatif, karena hal ini, beban subsidi dari LPG semakin meningkat. Alhasil jika kompor induksi masif, kondisi ini dapat mengurangi beban subsidi.

Dilansir dari esdm.go.id, tercatat pada 2019 impor elpiji mencapai 5,71 juta Metrik Ton dengan nilai sebesar USD2.590 juta sementara sisanya 2,06 juta Metrik Ton berasal domestik.

Tak hanya itu, mengutip dari Bisnis.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas sepanjang 2021 mencapai US$ 196,20 miliar atau setara US$ 2.805 triliun.

Impor migas ini meningkat 38,59 persen dibandingkan 2020 dengan nilai impor US$141,57 miliar atau setara Rp2.024 triliun. Kenaikan harga migas pada tahun ini berpotensi memperbesar biaya impor komoditas energi tersebut.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan juga mengatakan saat ini LPG non-subsidi dipatok Rp 17.750 per kilogram. “Jika dibandingkan kompor induksi, yang 7,19 kwh setara kompor induksi dengan menggunakan tarif subsidi sebesar Rp 630 per kwh, akan didapatkan angka sebesar Rp 4.530,” kata Mamit.

Ia juga mencontohkan jika pelanggan menggunakan daya listrik 900 volt ampere (VA) golongan subsidi. Biaya untuk setiap kwh yang muncul pada golongan daya tersebut adalah Rp 630 per kwh. Jika dibandingkan dengan harga LPG subsidi, selisihnya hanya Rp 500-1.000.

Dilihat dari sisi penggunaan, kompor induksi relatif lebih murah bila dibandingkan dengan kompor gas elpiji. Berdasarkan hasil uji coba, untuk memasak 1 liter air menggunakan kompor induksi 1.200 watt hanya memerlukan biaya sebesar Rp158, sedangkan dengan kompor elpiji tabung 12 kilogram sekitar Rp 176.

Hal senada juga dikatakan oleh Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, yang mengatakan bahwa penggunaan kompor listrik 40 persen lebih murah dibanding penggunaan kompor gas.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved